Sudahlah ya….
Bukan waktunya berbasa-basi busuk lagi sekarang.
Sudah waktunya buat ‘Ngontolin’ nih betina yang begitu menggoda dan menggairahkan.
Selanjutnya, setelah gue berbisik tadi, segera saja gue tarik ia ke sofa yang tak jauh dari posisi kami berada. Intinya semua yang gue lakuin ini, sekali bergerak, sambil menahan nafas, serta, yang pasti kenapa gue berhasil, karena si korban malah gak melakukan pemberontakan sama sekali. Coba bayangkan kalo dia berontak seperti film-film JAV (Japan Adult Video) yang biasanya gue atau kalian tonton? wahh, pasti langsung di gebukin dah ama para penghuni di semua kamar di lantai empat ini.
Singkatnya….
Begitu telah tiba, segera saja gue dudukkan ia di sofa.
“Oh, Pak Adam. I-ini salah, kita sudah melangkah terlalu jauh.” rintihnya dengan suara rendah.
“Dan saya tidak berniat untuk kembali, Bu.” Gue membalas yakin.
Gue membelai dagunya dengan tangan kanan sambil melihat ke matanya yang berkaca-kaca, “Saya hampir tidak percaya, kalo masih ada di dunia ini wanita secantik kamu, bu”
“Pak A… Adam…” Dia gemetar.
“Ssst…” Gue menyuruhnya untuk diam, lalu sebelum dia sempat memprotes lagi, segera saja gue membungkuk dan menciumnya. Itu adalah sebuah ciuman lembut tapi basah. Ahhh, bibirnya terasa lezat. Penis sialan gue langsung berdenyut hidup di dalam celana.
“Shh…” Tita menarik napas dalam-dalam saat bibir kami terlepas.
Sempat gue berikan belaian ringan buat meredakan gejolak dalam dadanya itu. “Nikmati saja….” sekalian gue bisikkan dua kata yang gue harapin, dia bisa tenang. Hanya menikmati apa yang harus ia nikmati dari perlakuan gue sekarang ini.
Setelah mengatakan itu, gue kembali menghujani dengan pagutan-pagutan ringan di bibir. Dia membalas dengan setengah hati, namun tidak berniat untuk menolak.
Intinya mah…. melihat dari geliat, gelagat dan sikapnya saat ini, gue pun langsung bersorak menang. Karena kendali sekarang tentu saja sudah berada di tangan gue, yang adalah sebagai the Conqueror. Sebagai si Penakluk.
“Bu,” Sambil berbisik, gue membawanya ke dalam pelukan. Kembali bibir kami bertemu untuk sebuah ciuman, namun kali ini lebih hangat dan basah. Lembut, tapi tegas, gue mulai mendorongnya sehingga dia bersandar di rebahan sofa.
Oh shit!
Beautifull view….
Sepasang mata ini tak berkedip mengagumi apa yang kali ini telah tersaji di hadapan gue.
Mau tahu apa yang tersaji?
See…. Gamis tipisnya terlihat ketat, menampakkan kedua puting payudaranya yang mencuat bebas seperti ingin merobek menembus kain. Benar, dia memang tidak mengenakan bra! Bisa gue lihat tonjolan payudaranya yang besar. Amat sangat menggugah kelelakian banget, bukan? Dan hal itu, tak gue tunda lagi, untuk sesegera mungkin meremas gemas dengan sepenuh hati.
Ahhhh…. Rasanya masih sama, tetap empuk dan kenyal di dalam genggaman. Tita segera memalingkan mukanya ke samping saat gue menatapnya, dia terlihat sangat rikuh dan malu. Meski sudah mempersiapkan semuanya dari tadi, tak urung naluri sebagai bini orang tetap mengambil alih begitu bertemu dengan gue si penakluk.
Gue bisa ngertiin, namun tidak ingin berhenti. Sambil menatap jilbab hitam panjang yang membingkai wajah cantiknya, gue kembali menunduk untuk mencium bibirnya yang tipis. Dengan lembut mulai memagutnya sebelum membiarkan lidah ini bergerak rendah, turun semakin ke bawah, dan tentu langsung terhenti tepat pada sasaran. Di bagian sepasang payudaranya itu. Dan di situlah lidah gue kini melingkar-lingkar di sepanjang buah dadanya.
Masih merasa kurang, saking gemas dan bernasfunya, gue benamkan wajah di antara kedua benda bulat memadat penuh kekenyalan itu sambil terus meremas-remas gemas. Aroma keintiman sensual yang menguar dari tubuhnya semakin membangkitkan gairah gue.
Apalagi, denyutan di pangkal paha gue semakin meningkat. Semakin menegang amat sangat maksimal.
“Kamu sangat cantik, bu Tita… Saya jadi tidak bisa berhenti.” Sambil berbisik, gue menoleh, dan menemukan bibirnya kembali.
Tita tidak menjawab, tapi gue yakin dia menyukai belaian dari gue.
Itu terlihat dari deru nafasnya yang semakin berat, juga wajahnya yang cantik, tambah memerah seakan terbakar. Merasa menang, gue pun kembali menghantam. Dari luar baju, bisa gue rasakan kedua putingnya mulai menegang. Gue terus memijat dan meremas-remasnya sampai gue mulai merasakan benda mungil itu menjadi sangat kaku diantara jari-jariku.
Bibir kami bertemu kembali, dan Tita mengerang dalam satu ciuman lembut saat mulai gue tekan bulatan payudaranya dengan satu remasan kuat.
“Auwh!” Ia mendorong untuk menyingkirkan tangan gue, terlihat begitu kesakitan.
Namun gue memutuskan untuk membuatnya lebih menarik dengan memindahkan bibir ini ke puncak payudaranya yang kini sudah terbuka. Baju gamisnya sudah melorot hingga ke perut, menampakkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Bongkahan payudaranya seperti mau meledak, lengkap dengan dua puting mungil kemerahan yang sudah seakan memanggil gue buat menyantapnya.
Alhasil…. gue memerintahkan si lidah buat segera meluncur kesana untuk menjilatinya.
Lembut… gue mencium dan menggigit, berpindah dari satu puting ke puting yang lain. Tak hanya itu, gue juga menarik pelan dengan gigi sebelum menyerang dengan lidahku. Bulatannya yang terasa empuk dan hangat gue pegangi erat-erat sambil sesekali gue remas-remas gemas.
Atas tindakan gue ini, gue mulai dengar Tita merintih tertahan, terlihat sangat menyukai dengan apa yang gue lakuin pada tubuhnya. Di tingkahi dengan tangannya yang mulai bereaksi, mulai membelai rambut gue saat dia terus merintih pelan.
“Hh… Hhm…” Mendengus seperti kerbau, jemari ini menari-nari ringan di atas perutnya yang rata.
Ohhh gusti. Sempurna banget tubuh wanita ini. Putihnya bikin birahi gue kian terbakar.
Sejurus kemudian, jari-jari yang menari tadi mulai menyingkap baju gamisnya yang panjang ke atas untuk menampakkan kedua kakinya yang jenjang.
Sekali lagi….
Gusti…. Oh gusti…. sedap sekali.
Alhasil, karena gak tahan lagi, jemari lancang gue pun mulai bertindak, mulai meraba-raba belahan pahanya yang halus dan putih mulus sebelum dengan lancang tanpa permisi, tangan ini langsung menyasar bibir vaginanya melalui celah celana dalam.
“Ikhhhh ah Pak….” rintih Tita, yang masih berusaha ia redam dengan telapak tangannya yang satu. Sesekali bergantian dari yang kanan, lalu kiri.
Bisa gue rasakan kalau benda yang kini menjadi titik poin tangan laknat ini, sudah basah kuyup kebanjiran.
Sepertinya….
Sudah saatnya gue meneruskan aksi. Segera bergerak cepat, mumpung Tita tidak memprotes. Hampir tidak bersuara, gue pun menarik celana dalamnya ke bawah.
Yeah!
Sempurna…..
Sekarang gak ada lagi kata mundur. Apalagi kabur. Karena kini, di hadapan gue, wanita cantik bersuamikan pelaut telah berbaring dengan tubuh hampir telanjang. Hanya jilbab hitam yang membingkai wajahnya menunjukkan kalau dia sebenarnya adalah istri yang baik, tapi sayang sudah terjerumus ke dalam godaan setan yang terkutuk.
Gue bahkan sampai menggertakkan gigi ini sampai ke rahang, saking gemasnya menatap tubuh milik wanita di hadapan gue ini. Sempurna banget bro. merangsang banget seluruh indera di tubuh gue. Dan karena itu, gue langsung mulai bergerak lagi. Sudah cukup beberapa detik untuk mengagumi tubuh memukaunya.
“Pa… Pak Adam… ba… bapak mau ngapain?” tanyanya tersentak saat gue mulai merangsang bagian depan kemaluannya dengan jari jemari gue.
Masa mau maen gaplek, seh bu? Ya, gue lagi mau ngasih pengalaman baru berselingkuh dengan laki sahabat lo, sayang.
“Tenang saja, Bu.” gue menatap ke dalam matanya sambil terus membelai. “sekarang giliran saya untuk membuktikan ke ibu Tita, kalo saya bisa di andalkan buat mengganti tugas suami yang lagi melaut”
“J-jangan, saya belum pernah, pak!” jawabnya terengah-engah.
“Karena itulah… bu Tita harus mencobanya.” Setelah mengatakan itu, tanpa permisi, gue menyibak semak tak rimbun yang mengelilingi lubang kemaluannya. Bisa gue lihat bibir merah bengkak yang berkedut-kedut pelan saat mulai gue sentuh.
Sekali lagi, tanpa permisi segera saja gue agak rendahin posisi kepala ini, biar lidah gue bisa semakin menjangkau sajian kemaluan di hadapan gue ini.
Ahhhh, akhirnya…. akhirnya gue julurkan lidah ini mencicipinya. Sumpah. Memabukkan banget aromanya. Serta aroma dan rasa vagina ini akan menghilangkan kenangan buruk yang telah mencium kolor laknat milik suaminya itu. Dan…. secara spontan juga, “Ouwhh…” Tita langsung mencoba menahan mulutnya yang hampir mengeluarkan suara erangan.
Tubuhnya pun sontak menggeliat-geliat tak karuan saat gue terus menjilati celahnya yang mungil. Ia tidak bisa diam, terus saja menjerit dan mengaduh.
Untung saja kran di kamar mandi masih menyala sehingga bu Sari jadi tidak bisa mendengarnya. Gue harus berterima kasih sama si bro keran dan air di kamar mandi sana, karena secara tidak langsung, mereka juga ikut andil dalam melancarkan proses penaklukkan pertama gue ini.
Gue lantas tersenyum penuh kemenangan, di saat melihat Tita yang sepertinya sangat menikmati. Penuh semangat, terus gue gerakkan lidah nakal ini melawan arah gerakan pinggulnya, semakin lama menjadi semakin keras. Yang terutama gue serang adalah bagian klitorisnya, dimana benda itu semakin bertambah kaku dan menegang seiring setiap hisapan yang gue berikan.
Lepas dari situ, gue bergeser lebih rendah saat gue rasakan cairan jusnya mulai mengalir deras. Kebanyakan masuk ke dalam mulut, namun ada juga yang muncrat membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak puas, gue sambar kedua pahanya yang putih mulus, mulai mengelus-elus ringan sementara di titik utamanya, di kemaluannya itu semakin gue lajukan lidah ini masuk ke dalam liangnya.
“Hhh… hhh… ahh…” Tita mengerang tak terkendali saat gue berhasil menemukan biji klitorisnya, dan disanalah dengan rakus gue hisap-hisap penuh gelora.
“Enak, Bu?” gue sempat melepas, untuk sekedar bertanya.
“Oh, geli sekali! Tapi enak… Auw!” Dia tersentak begitu gue posisikan satu jari di pintu masuk lubangnya yang basah dan sambil kembali menghisap klitorisnya, perlahan-lahan gue dorong semakin masuk ke dalam.
“Oh, Pak! Ba… bapak mau apa? J-jangan!” Dia mengerang keras. Namun tidak sesuai dengan kata-katanya, saat gue meluncurkan jari semakin dalam–juga sambil terus menjilati biji klitorisnya–alhasil, Tita mulai menemukan jati dirinya sendiri, mulai melupakan statusnya sebagai bini pelaut, dan ingin mengejar apa yang ia dambakan selama suaminya gak berada di sisi, yaitu ‘Kenikmatan’. Dan ya. Itulah yang sedang ingin ia kejar. Karena nyatanya, kini, terasa banget kalo wanita itu mulai mendorong pantatnya maju untuk menyambut tusukan dari gue, lalu mulai menggoyangkannya memutar untuk memenuhi hasrat birahinya yang tampaknya sudah semakin memuncak.
Wohooooo!
Damaikan dirimu, wahai penggoda, wahai istri orang.
Raihlah kenikmatanmu malam ini bersama suami sahabatmu.
Sekarang, mari kita berdua ciptakan sebuah sejarah baru, sebuah story baru yang berjudul ‘Kan ku kejar orgasmeku malam ini’.
Makin kesini….
Kian menggelepar geliat kejang tubuh Tita, apalagi bisa gue rasakan kalau dia sudah dekat dengan titik orgasme.
“Auw, apa ini?! Ada… ada yang gatal pak…. ada ada…. yang mau keluar” desahnya yang masih saja teredam dengan telapak tangannya, dan itu semakin meyakinkan gue kalo sedikit lagi, dia bakal mencapai puncak tertinggi orgasmenya.
Begitu seterusnya….
Sedikit lagi.
Bahkan gue bisa dengan bebas menyaksikan tubuhnya terkejang-kejang pelan sementara dari liang vaginanya mulai berdenyut cepat.
Gue masih belum berhenti, masih terus merangsangnya dengan mulut dan jari ini, sampai dia terlihat mulai menunjukkan akan tiba pada titik tujuan.
Hingga…………………….
Begitu tubuhnya mulai mengejang, kepalanya terlempar tertengadah ke atas, dadanya meliuk membentuk gaya kayang, pahanya menjepit, saat itulah, gue putuskan untuk menghentikannya sejenak.
“Aahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……..” rasain.
Bayangin, dia yang sudah tiba di ujung, tiba-tiba saja gue melepasnya begitu saja. Tubuhnya spontan kejang seperti terserang penyakit ayan. Lidahnya sampai melelet keluar, tapi gue abaikan sejenak.
Wahhh, sumpah. Bener-bener begitu sulitnya buat gue jelasin lagi bagaimana kondisi Tita sekarang ini. Bagaimana menggelepar-geleparnya tubuh sintal menggairahkannya ini, saat ingin proses pelepasan orgasme tiba-tiba mendadak terhenti begitu saja, mengambang di udara dan entah hilang seakan tertiup angin.
Ada beberapa detik, momen ini gue capture dengan baik biar menjadi kenangan di masa tua gue nantinya.
Asli….
Super duper yahuddd banget.
Setelah sejenak memperhatikannya, jenak berikutnya pun dengan gerakan cepat, serta wanita ini masih belum menyadari disekelilingnya, jika sedetik lagi, akan adanya penis lain yang memasuki kedalamannya, cepat-cepat gue menarik turun celana gue, dan mulai mengambil posisi pas buat melanjutkan apa yang seharusnya gue lanjutkan.
Whooooaaaaaaahhhhh….
Sedikit lagi. Sedikit lagi gue bakal ngontolin liang vagina sahabat bini gue. Uhhhhh, Dan maafkan suamimu Dinda. Untuk kali ini, biarkan suamimu membantu sahabatmu buat memberinya pengalaman baru, dan tentu saja juga sebagai pengalaman baru bagi gue untuk sebuah perselingkuhan.
…
….
…..
Tuh saya update lagi.
Yang demen protes kenapa lama update lah, kenapa ini lah itulah. Apakah kalian wahai para tukang protes itu, memikirkan bagaimana perasaan kami, yang sudah capek-capek mikirin cerita sampai kepala mau botak. eh malah kang copas sialan yang dengan se-enak udelnya copas dan jualan karya-karya kami? Makanya, jangan protes juga lah kalo kami akhirnya ikut jualan karya kami juga, toh, di sini kalian juga masih bisa menikmatinya dengan cara gratis kok. cuma memang kudu sabar. Kalo gak sabar, yah harus terima konsekuensinya, ngeluarin isi dompet kalian sedikit buat bantu kami biar semakin semangat. Gituuuuuuu loh.
BERSAMBUNG CHAPTER 24
boss minta linknya dong…pengin baca cerita2 anda yg lainnya.tq
Minta linknya boss,pengin baca cerita karya anda ygnlain