Skip to content

CERBUNG – Keluarga Bahagia

[Bagian 2]

Untuk pertama kali setelah 2 tahun pacaran dengan Jessi, akhirnya aku bisa merasakan bibir perempuan chinese yang banyak sekali yang mengejar, mengganggu, dan berusaha merebut Jessi dariku. Banyak sekali orang orang diluaran sana yang berharap bisa menyentuh atau sekedar memegang Jessi dan kini aku merasa sangat beruntung bisa ciuman dengannya, dengan lembut ku balas ciuman pelan itu, berusaha menikmati bibir dan lidah yang banyak sekali diimpikan semua orang.

Sluurpp sluurpp sluurpp Dengan santainya kami berdua ciuman, aku pun meletakkan kedua tangan dipinggulnya dan membiarkan toket dan pantatnya untuk saat saat terakhir, sengaja mengumpulkan birahi supaya nanti rasanya lebih enak lagi.

Entah sengaja atau tidak namun Jessi menjauhkan area dadanya supaya tidak menempel di dadaku, namun Jessi menggodaku dengan mengusap tonjolan kontol yang semakin keras dan semakin membuat celanaku sesak dengan telapak tangannya, aku berkata di dalam hatinya, “Kenapa ga dikeluarin aja sih kontol gw, sumpah gw ga tahan pengen banget rasain lembutnya tangan Jessi.” Selama pacaran, paling jauh kamu hanya pegangan tangan dan aku sangat tahu kalau tangan Jessi begitu lembut, lentik, dan sangat terawat. Siapapun yang diusap atau dikocok Jessi pastilah orang orang yang sangat beruntung.

Setelah 10 menit ciuman, Jessi lalu melepaskan ciumannya dan berkata sambil menatap wajahku dengan tatapan yang sangat dalam, “Kamu ga mau coba toket aku sayang? Nih udah siap loh.” Sambil memundurkan tubuhnya dan melirik ke toketnya, “ga usah ragu ragu sayang, banyak loh yang pengen pegang? Atau mau aku bukain juga??” Sambil bersiap membuka kancing kemejanya.

Namun tiba tiba terdengar banyak langkah kaki, suara berisik, dan tawa mendekati kamar tersebut, kami berdua langsung terdistraksi dan melihat ke arah pintu, aku lalu berkata, “Kamu ga masalah kan kalau temen temen bengkel aku ikut?”

Jessi pun membalas sambil menggodaku dengan mengusap dada dengan jari telunjuknya, “Kalau kamu emang senengnya maen ramean dan ga masalah liat aku digarap temen temen kamu ya aku nurut aja sayang.”

Aku tersenyum dan langsung melepaskan pelukannya dan akan membuka pintu, namun baru saja akan membuka kunci tiba tiba pintu itu digedor dari luar dengan kuat dan cepat, “Sabar! Hahaha dah ga kuat ya pengen ikutan main.” Ucapku sambil tertawa dan melihat Jessi.

Jessi pun membalas dengan tersenyum dan menarik tanganku, lalu berbisik padanya, “udah kita kerjain temen kamu yuk, kita ciuman aja, biar temen temen kamu nunggu.”

“Hihihi ya udah.” aku menurut dengan ide gilanya dan mulai ciuman dengan Jessi.

Selama beberapa menit kami ciuman dan pintu terus menerus digedor dari luar, semakin lama semakin cepat dan semakin kuat.

Sampai akhirnya kami melepaskan ciuman sambil tertawa puas sudah mengerjai teman temanku, ya siapa suruh tadi meledekku.

“Iya, iya, sabar, pasti ga kuat ya haha.” aku pun langsung membuka kunci pintunya dan seketika pintu langsung terbuka dari luar.

Mereka langsung masuk ke dalam kamar dan membuat kami berdua kaget sekaligus merinding, “Loh, bang Jarwo?”

Tanpa kusangka preman kampungnya masuk ke kamar dengan 8 anak buahnya, jelas saja membuat kami sangat ketakutan, Jessi bahkan sampai bersembunyi di belakang tubuhku saking takutnya dikelilingi 9 preman berwajah garang, bertubuh tinggi besar, berotot, semuanya berkulit gelap, dan jelas sangat bau tidak jelas.

“Lama banget lu tinggal buka pintu doang!!” Jelas sekali wajar Jarwo terlihat sangat kesal.

“Ma..maaf bang.. Du..duit keamanannya udah aman kan?? A..atau kurang?”

Namun Jarwo seketika tersenyum sambil berkedip pada Jessi, “Gw lagi ga butuh duit keamanan dari lu, hari ini gw mau dibayar pake yang lain, iya ga, cantik?” Jelas dari matanya yang jelalatan membuat Jessi tidak nyaman dan aku langsung mengerti apa yang ketua preman itu mau.

“Jangan bang, yang lain aja, gw bisa koq kasih apapun.”

“YA UDAH KASIH SINI CEWE LU!!” Teriaknya dengan sangat keras, matanya melotot dan bersiap memukul Fajar.

Jelas saja membuat Jessi ketakutan, aku bahkan sampai mundur saking takutnya, meski aku terbilang lelaki pemberani, bahkan tidak takut dengan anak anak jalanan yang sering nongkrong di dekat tempat belajar, namun melawan preman yang juga residivis kambuhan ini jelas bukan tandinganku, bahkan Jarwo tidak takut dan tidak masalah dipenjara atau berhadapan dengan pihak berwajib, rumor mengatakan kalau Jarwo punya kenalan sehingga mudah keluar masuk penjara.

“Please bang, yang lain aja.”
Jarwo pun langsung memandang sinis, “ya terserah lu, mau serahin baik baik atau mau pake cara kita? Omongin aja dulu berdua.”

Mendengar itu kedelapan anak buahnya langsung bersiap, jelas membuat kami berdua semakin ketakutan. Jessi pun berkata, “udah ga apa apa sayang, dari pada kaya gini.”
“Tapi kamu yakin?”

“Kan tadi kata kamu ga masalah liat aku dipake temen temen kamu.”
“Ya tapi ini kan bukan temen aku, mereka preman sekaligus residivis sayang, sering bolak balik penjara karena kasus pemerkosaan..”

Mendengar itu, seketika Jessi langsung terdiam, “Hah pemerkosa?? pasti kasar banget mainnya, apalagi badan mereka tinggi dan besar.”
“Sayang, kenapa diem??”

“Ya udah gini, anggap aja mereka temen kamu, aku yakin kamu dan aku bakalan aman, gimana?”
“Tapi kamu yakin?”

“Supaya kita selamat sayang, kamu ga liat kita dikelilingi preman di ruang sempit, gimana caranya keluar baik baik coba??”

Benar juga apa yang diucapkan olehnya seketika aku langsung melihat ke sekeliling, “iya sih bener juga, ya udah lah aku pasrah aja.”

Kemudian setelah aku menyingkir Jessi pun perlahan mendekati Jarwo dan membuatnya tersenyum, “Nah gini kek dari tadi, ga mesti pake cara kita kan hehehe sini sayang.” Ucap Jarwo sambil melebarkan kedua tangannya.

Jessi pun dengan gemetaran masuk ke dalam pelukannya, dan untuk pertama kalinya aku melihat Jessi ciuman dengan orang lain, meski tinggi mereka hampir setara, karena kami sama sama masuk ekskul renang, namun terlihat sangat tidak sinkron dan bertolak belakang, Jessi putih, chinese, langsing, ciuman dengan Jarwo yang berkulit sawo matang, berwajah garang, tatoan, dan botak.

Kedua tangan besar Jarwo pun langsung menaikan rok Jessi dan memperlihatkan celana dalam putih, terbuat dari satin, sedikit kebesaran sehingga tidak tembus pandang dan tidak mencetak pantatnya, namun melihat dari remasan tangan besar Jarwo memperlihatkan ukuran pantar Jessi yang terlihat besar dan bulat berisi, dari dulu banyak sekali lelaki yang ingin merasakan pantat besar Jessi termasuk diriku yang selama 2 tahun ini hanya bisa membayangkan saja.

Melihat diriku sangat menikmati pantat putih, mulus, dan besar Jessi membuat Jarwo merasa tidak suka, “Balik badan lu!!”

“Ta..tapi bang..”

“Ga usah protes!! Gw ga mau lu nikmati!!”

“Iya bang..” Dengan berat hati aku langsung membalikkan badannya.

Terdengar suara ciuman dan lenguhan yang membuat kontol besarku berontak di dalam celana, apalagi ketika mendengar komentar anak buahnya,

1 thought on “CERBUNG – Keluarga Bahagia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *