Skip to content

CERBUNG – Keluarga Bahagia

[BAGIAN 6]​

Sampai tiba tiba aku terbangun mendengarkan teriakan ibu, dan seketika pintu kamarku didobrak dari luar, tentu saja aku sangat syok melihat 4 orang tiba tiba memasuki kamarku, menelanjangiku dan menarikku sampai ke ruang tamu, disana bapak sudah telanjang terlihat sangat ketakutan dan tidak berani bergerak sama sekali, wajar saja, aku tidak menyalahkan beliau karena memang kami sedang dikelilingi oleh belasan preman, ruang keluarga kami pun seolah sesak padahal sudah beberapa kali mengadakan syukuran disana.

Tiba tiba seorang anak buah mendekati kami berdua dan masing masing diberikan sebotol lubricant, Jarwo lalu berkata, “Sekarang permainannya kalian ngocok yang cepat sambil lihat pertunjukan, kalau sekali gw liat kalian ngocok pelan.. tau sendiri kan kaya gimana hukumannya? Kali aja kalian lagi susah berak hahaha.”

Kemudian 2 orang banci kaleng pun melambaikan tangannya, mencium dari jauh, lalu menyapa kita sambil mengedipkan mata, “halo mas mas ganteng.”

Seketika tubuhnya bergidik melihat 2 banci kaleng yang sering mangkal di terminal, tidak terbayang kalau aku sampai digenjot mereka berdua, mau ditaruh dimana mukaku.

“Nah selama gw main, kalian harus terus nontonin, kalau sekali aja gw liat kalian liat ke arah lain atau merem, Rahmi bakalan gw suruh layanin anak buah gw, setiap 5 detiknya nambah sekaligus 2 orang, ngerti?!”

“APA!!?” Ucap kami berdua berbarengan.

“Eits kalian ga boleh protes atau ngelawan, apalagi sampai teriak minta tolong, mau kita hajar sekaligus? mending nurut.”

Kami menganggukan kepala dan berusaha menurut.

“Bagus, jadi inget ya, kalian harus ngocok cepat, dan kalian harus terus ngeliatin, dan peraturan terakhir, kalian ga boleh ngecrot sama sekali hahaha.” Kami melotot dan terdiam mendengarnya, bagaimana mungkin kami tidak ngecrot saat sedang ngocok cepat, apalagi mendengar hukumannya yang membuatku bergidik, “Kalau Budi ngecrot, Rahmi bakalan jadi mainan kita, tapi kalau Fajar yang ngecrot, Bintang yang jadi mainan kita, dan kalau kalian ngocok, kalian ga boleh berhenti sebelum gw izinin hahaha sekarang kalian mulai ngocok, gw hitung sampai 5 kalau ga kalian bakalan dipukulin.”

Karena takut, kami pun segera membuka tutup botol ini dan langsung melumuri kontol kita dengan lubricant, SIAL, ternyata lubricant tersebut water base sehingga selalu licin, dan entah kenapa baru beberapa kocokan saja sudah membuatku tidak kuat, rasanya sangat geli dan sangat nikmat, Jarwo lalu menjelaskan kalau sudah ditambahkan cairan perangsang juga ke dalamnya, pantas saja rasanya sangat luar biasa.

Setelah itu Ibu langsung ditarik dari dalam kamar Bintang oleh dua anak buahnya, tentu tenaga ibu bukan tandingan dua pria kriminal berbadan besar itu, mereka pun langsung mendorong ibu sampai terjatuh dipelukan Jarwo, kami pun dengan terpaksa hanya bisa coli sambil melihat ibu memberontak sambil memukul mukul Jarwo. “Ga mauu!! Lepasin!! Lepasiin!! Pergi kalian dari rumah sayaa!! Toloong!!”

Ibu teriak keras namun entah kenapa tidak ada yang berani mendekati rumah kita.

Sampai akhirnya tangan ibu dicengkram, dibalikkan, dan dipeluk dari belakang, “Liat tuh anak sama suami kamu, bukannya nolongin malah coli sambil liatin kamu, kayanya mereka suka liat kamu dilecehkan.”

Ibu jelas tidak tahu dengan perjanjian yang kita buat namun untungnya ibu percaya kalau keluarganya tidak seperti itu, “Ngga!! Mereka ga kaya gitu!! Pasti kalian paksa, toloong!! Lepasiinn!!”

“Masa? Kita buktikan aja ya hahaha.” Jarwo pun membalikan tubuh ibu lalu dengan tenaganya yang besar, dengan mudahnya Jarwo merobek robek daster ibu yang memang tipis, APES, ibu saat itu sedang tidak mengenakan pakaian dalam apapun sehingga setelah daster itu robek tidak beraturan dan terjatuh ke atas lantai, langsung memperlihatkan tubuh mulus yang sering ditutup olehnya.

Aku pun melotot hebat melihat tubuh telanjang ibu untuk pertama kalinya, dadaku pun naik turun menahan supaya tidak orgasme, rasanya benar benar sudah diujung tanduk, untung saja Jarwo memintaku untuk berhenti, dia lalu bertanya, “Gimana tubuh telanjang ibu kamu, suka ga?”

Dengan berat hati aku balas kalau aku menyukainya, seketika seluruh anak buahnya pun tertawa dan meledek diriku,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *