CHAPTER 7
Hari itu aku kembali mendapatkan pesan untuk mengikuti seniorku. Di hari sabtu, Kak Nurul mengirimku pesan kalau untuk hari ini aku harus menemaninya pergi ke sebuah seminar privat di kampus.
Kami berdua berjalan ke kampus yang sepi karena hari itu adalah hari libur. Sepanjang perjalanan aku berusaha untuk menghindari kontak dengan siapapun karena aku tahu hari ini pasti acaranya aneh-aneh.
“Ini sebenarnya acara apa sih kak?”
“Acara seminar persiapan nikah lah.”
“Hah, pasti isinya aneh-aneh.”
“Ya pastilah.”Kak Nurul tertawa lepas.
“Kakak kenapa sih ikutan acara beginian.”
“Maksudmu?”tanya Kak Nurul sambil kakinya terus berjalan.
“Kakak itu alim loh. Hafal kitab suci loh.”
“Terus ?”
“Masa kakak gak paham kalau yang kakak lakuin itu dosa besar.”
“Tentu itu dosa besar. Tapi kan manfaatnya terus banyak.”
“hah?”Aku melongo tak percaya dengan pendapat yang dikeluarkan Kak Nurul.
“Loh kenapa kaget begitu. Kan memang banyak manfaatnya.”
“Manfaat apaan?”
“Banyaklah. Kayak yang pernah di kasih tahu Ummi nayla juga kan? Kita jadi belajar untuk mencintai dengan sepenuh hati. Belajar berkorban. Belajar menyenangkan orang lain dengan tubuh kita.”
“Alasan macam itu?”
“Kamu masih belum paham sih. Nanti deh kamu bakal belajar sebentar lagi.”
Kak Nurul membawaku masuk ke sebuah gedung perkuliahan di kampusnya. Bagian areal gedung itu dipenuhi oleh pasangan yang menurutku sangat aneh. Perempuannya semua mengenakan hijab minimal menutupi dada sedangkan laki-lakinya menggunakan kemeja dan celana bahan. Meski penampilan perempuannya terlihat alim, tapi mereka justru tanpa ragu bermesraan dengan laki-lakinya seakan mereka pasangan muda yang tengah berbulan madu.
“Ih, ini kenapa pada mesra-mesraan,”ungkapku jijik.
“Gak papa kali. Kan persiapan mau nikah.”
“Tapi gak gini juga kali kak.”
“Udahlah, Ta, gak usah banyak omong. Kamu ikutin saja semua kata-kata kakak. Ok?”
Aku mendengus kesal tapi akhirnya mengangguk juga.
Kami akhirnya sampai di meja pendaftaran tempat dua orang tengah mendata peserta sebelum masuk ke ruangan seminar.Dua orang itu perempuan berjilbab yang kelihatan cantik dengan bajunya yang seragam.
“Assalamualaikum ukhti Bella ,”ucap Kak Nurul menyapa mereka berdua dengan senyum ramahnya.
“Eh, ukhti Nurul. Dateng juga ke sini.”perempuan yang dipanggil Bella itu celingukan seperti mencari sesuatu.”Loh, anti datang kesini sendiri?”
“Enggak. Ini aku bawa pasangan.”Kak Nurul menunjukku yang berdiri diam.
“Ohhhh…”Bella terkikik pelan.”Mau coba sejenis ya ukhti.”
“Iya. Hehehehee. Sekali-kali selingan sama kontol.”
“Bagus itu. Padahal kita sudah sering loh bujuk peserta supaya coba yang sejenis. Cuma ya begitu. Pada doyan kontol beneran.”
“Memang itu. Padahal sensasi sejenis kan mantep banget.”
“Iya nih. Lihat saja dari 30 pasangan yang daftar Cuma anti yang kayaknya sejenis.”
“Hebat juga aku.”ucap Kak Nurul membusungkan dadanya bangga.
“Kak ini apa maksudnya sama sejenis?”tanyaku yang mencium sesuatu yang tidak beres.
“Ya nanti kamu berperan jadi suaminya begitu.”
“Maksudnya kita bakal lesbian?”tanyaku terkejut bagai disambar petir.
“Iyalah. Memang apa lagi.”
“Kak!!!!”tegurku dengan suara keras.
“Sudah kamu nurut saja. Inget loh kalau kamu gak nurut fotomu bakal langsung di sebar. Mau?”ancam Kak Nurul.
“Ini pasangannya kayaknya belum terbuka ya?”tanya Bella yang sedari tadi hanya menonton pertengkaran kami.
“Iya ini. Maklum anak baru. Mana memeknya gak boleh dipake lagi?”
“Loh kenapa?”
“Itu sudah kesepakatan sama Ummi Nayla. Dia Cuma mau cobain saja kehidupan kita tapi perawannya bakal dijaga. Makanya dia makai chasity belt.”
“Serius? Coba liat?”
“Nih liat saja.”Dengan gerakan yang sangat cepat bagai elang tangan Kak Nurul menyingkap rok gamisku hingga terlihatlah chasity beltku yang berwarna hitam menutupi dengan rapat memekku.
“KAK NURUL!!!!”seruku marah karena bisa-bisanya dia menyingkap gamisku dengan kondisi ramai orang.
“Hihihihi. Pasangannya sudah marah itu.”
“Biarin. Kan nanti kelihatan juga.”balas Kak Nurul.
“Ok deh kalau begitu.”Bella kemudian mengorek sesuatu di kardus yang ada di belakangnya dan mengeluarkan sebuah alat yang sangat aneh. Alat itu berbentuk seperti chasity belt berwarna hitam tapi di bagian depannya terpasang sebuah dildo besar berwarna krem yang mirip dengan kontol sebenarnya.”Ini bisa dipakain dulu ke pasangannya.”
“Ini apa kak?”
“Sudah kamu diam saja. Sana angkat gamismu.”
“EH!!!!”Aku sontak mundur menghindari tangan Kak Nurul.”Mau apa ini.”
“Anita!!!”bentak Kak Nurul dengan tatapan tajamnya yang membuatku membeku seketika.”Kamu harus nurut.”
“Tapi kak…..”
“Gak ada tapi-tapian.”
Aku akhirnya menyerah dan menyingkap gamisku ke atas. Rasanya malu sekali menampakkan paha dan kakiku yang mulus dengan hanya tertutup kaus kaki sebeti. Apalagi aku tidak mengenakan celana dalam dan malah mengenakan chasity belt. Kulihat beberapa orang tertawa cekikikan melihatku.
Kak Nurul kemudian berlutut dan memasangkan alat itu diluar chasity ku sehingga aku terlihat seperti memiliki penis di depan memekku. Rasanya sungguh memalukan apalagi ada begitu banyak pasang mata melihatnya.
“Ayo masuk. Acaranya mau mulai.”
Aku pun kembali mengikuti kak Nurul ke ruang seminar. Rupanya ruangan tersebut cukup luas dengan hamparan karpet berwarna merah. Bedanya di sini tidak ada kursi melainkan bantal duduk yang di sebar ke penjuru ruangan.
Para peserta kemudian memasuki ruangan. Di ujung ruangan terdapat sebuah panggung rendah yang lagi-lagi tanpa kursi atau sofa.
“Ass***** semua!”sapa Kak Bella yang rupanya bertindak sebagai pembawa acara.
“Wa*****!”jawab kami semua serempak.
Setelah beberapa saat berbasa-basi, Kak Bella kemudian memanggil pemateri yang mengisi acara seminar ini.
“Mari kita sambut, Kak Andi dan Kak Nada.”
Mataku terbelelak melihat kedua pasangan itu. Bukan karena usianya yang mungkin masih terbilang muda melainkan dengan cara apa mereka datang dan naik ke atas panggung.
Kak Nada mengenakan jilbab yang dililitkan sehingga menampakkan bagian tubuhnya sempurna yang bugil tanpa sehelai pakaian pun. Kak nada mengenakan collar seperti anjign yang agak tersembunyi di balik jilbabnya dengan rantai yang tersambung ke genggaman Kak Andi yang menuntunnya selayaknya tuan membawa anjingnya jalan-jalan.
Yang lebih nista lagi, Kak Nada yang posisinya masih merangkak punggungnya diduduki oleh Kak Andi layaknya kursi. Kulihat Kak Nada mati-matian berusaha untuk mempertahankan posisinya agar Kak Andi dapat nyaman duduk di punggungnya.
“Halo semua. Selamat pagi.”sapa Kak Andi ramah dengan santainya di atas punggung Kak Nada.
“Pagi.”jawab peserta seminar dengan semangat dan serempak.
Kak Andi kemudian memulai seminar tersebut. Seminar yang isinya sangat sesat dan menyimpang dari semua norma yang ada dan kuketahui. Bahkan aku tak yakin ada orang bejat yang mau melakukan apa yang Kak Andi paparkan.
Kak Andi menjabarkan bagaimana peran penting seorang istri sebagai ‘benda’ yang dimiliki keluarga. Kak Andi menerangkan kalau di dunia modern sepert ini istri sering kali melupakan bahwa dia dalah milik suami. Untuk itu, penting untuk selalu memperlakukan istri sebagai’benda’ yang dimiliki agar istri senantiasa mengingat kodratnya.
“Nah, karena itulah hari ini kita akan punya 2 materi penting untuk dipraktikkan. Pertama adalah : Memuaskan suami. Kedua : menghukum istri. Untuk setiap sesi akan saya contohkan. Nanti kalian harus ikuti sesuai arahan saya.”
Aku meremas tanganku ketika mendengar semua pemaran omong kosong ini. Apa maksudnya coba soal seminar keluarga. Yang kulihat hanyalah pesta sex. Beruntung aku pakai chasity belt sehingga setidaknya vaginaku bisa aman sekarang.
“Ayo, Ta. Kita praktikkan.”ajak Kak Nurul tiba-tiba.
“Kak Nurul ada-ada saja nih. Masa kakak mau pesta sex di sini.”
“Ini kan buat pendidikan ya gak papa lah.”
“Pendidikan apaan. Cuma modus itu.”
“Udahlah kamu ikutin saja. Toh nanti kamu bakalan puas.”Kak Nurul mengedikpkan sebelah matanya.”Janji.”
Aku sama sekali tak paham yang Kak Nurul maksudkan.
Kemudian Kak Andi mulai mencontohkan apa yang harus kami lakukan. Kak Andi dengan santainya melepaskan celana panjangnya beserta celana dalamnya sehingga nampaklah kontol berurat yang sangat besar.
Aku meneguk ludah melihatnya. Sebelumnya aku memang sudah melihat kontol. Tapi itu adalah kontol dosen tua yang sepertinya sudah mau mati. Melihat kontol segar yang bergerak-gerak bagai ular entah kenapa….membuatku tertarik.
“Mau kontol ya….”goda Kak Nurul.
“Apaan sih. Orang aku risih ada orang kok mau ngeliatin kemaluannya begitu.”
Kak Nada kemudian dengan semangat mulai menjilati kontol itu. Persis seperti bagaimana Bu Citra menjilatnya. Kak Nada bahkan tanpa ragu memasukkan kontol Andi ke dalam mulutnya hingga tembus ke tenggorokan.
“Euhhhhh…kok dia mau nelen kontol kayak begitu.”
“Kalau namanya sudah cinta, garam pun di bilang manis,”imbuh Kak Nurul.
Aku kemudian memperhatikan Kak Nada mulai menggunakan kedua teteknya yang cukup besar hingga sepertinya melebihi genggaman. Kedua teteknya itu digunakan untuk menjepit kontol Kak Andi dengan menempatkan tepat di celah tetek. Di tambah dengan tekanan yang diberikan, kontol Kak Andi mulai mengeras
“Ohhhhhh!! Crottt! Crotttt!”Kak Andi menumpahkan sperma dalam jumlah yang termat besar.
Sperma yang meluber itu mengenai wajah Kak Nada beserta teteknya. Tapi Kak Nada justru dengan semangat menjilati setiap tetes sperma termasuk yang ada di wajahnya seakan itu adalah minuman terenak yang pernah ada
BERSAMBUNG ….