PART V
Bu Ida yg mulai tau titik sensitif gw mulai bergantian menciumi puting sebelah gw, namun tetap memainkan jari2nya di puting gw lainnya. Gw cuma bisa pasrah lemas diperlakukan begitu, membiarkan saja Bu Ida bermain di dada gw agar gw bisa benar2 menikmati sensasi itu lebih lama.
“Oughh Paakk.. Sshhh Paaak.. Slrrppp iyyaaa aahhh sayang..”, desah Bu Ida ketika refleks gw menggerakkan pinggang gw, membiarkan kontol gw yg makin mengeras menggesek2 tubuhnya.
Bu Ida lalu tampak coba merayap lebih jauh ke bawah, namun dengan segera gw tahan kedua lengannya. Dengan kedua telapak tangan gw yg dijepit ketiaknya, gw tarik tubuh Bu Ida kembali ke atas dan dia pun pasrah melemaskan tubuhnya. Sampai posisi kedua wajah kami kembali berhadapan dan langsung gw ciumi lagi bibirnya dengan rakus.
“Sslrrp cup.. Mwaah aachh mwwach mwach..”, suara bibir kami saling membasahi, diiringi tangan gw yg coba merayapi punggung Bu Ida sampai ke pinggang celana legging nya yg terasa lembab, turun terus hingga mendarat di sepasang pantatnya yg padat menungging. Dengan gemas kedua telapak tangan gw meremas kuat pantat Bu Ida sambil menekan selangkangan nya lebih rapat ke tonjolan kontol gw.
“Hmpphh.. Hmmmphh aaachh.. Sshhh hmpff Paak.. Ouch.. Ouchh..”, ciuman bibir Bu Ida semakin ga beraturan menahan bibir gw yg semakin bernafsu juga karena merasakan sensasi betapa padat dan kencang nya pantat Bu Ida. Dari pantat, tangan gw kembali naik ke punggung Bu Ida dan mulai masuk ke dalam bra sport nya.
“Sshhh Bu.. Kemari sayang..”, bisik gw sambil menarik lebih tinggi badannya, seolah paham Bu Ida pun pasrah mengarahkan dada nya tepat di atas wajah gw.
“Cupp.. Cupp.. Cupp..”, beberapa ciuman bibir gw mendarat di kulit dada lembab Bu Ida, sambil lalu tangan gw menelusup masuk ke depan sampai menemukan tetek nya yg masih tertutup cup BH. Gw tarik ke atas bra sport abu2 nya sampai sebatas leher, tampak jelas di hadapan wajah gw sekarang sepasang tetek bulat dan padat yg hanya sebagian tertutup cup BH tanpa tali berwarna biru muda itu. BH bermotif kembang ciri khas wanita seumurannya yg sangat kontras mencolok dibandingkan teteknya yg coklat kegelapan.
Langsung gw raih sebelah cup BH nya, gw tarik cepat ke bawah sampai mencuat keluar tetek berukuran sekitar 34C yg meski agak kendur namun ternyata justru lebih menggairahkan dari dada wanita biasanya. Tetek yg Bu Ida biarkan terbuka menjuntai di depan wajah gw, dengan puting hitamnya yg lembek berkerut tanpa tanda2 menegang sama sekali.
“Sshhh sayang, nafsuin banget tetek kamu ini.. Slrrpp cupp cupp cupp slrrpp aachh sayang.. Mwwach slrrpp”, langsung gw sambar cepat puting itu ke dalam mulut gw, bibir dan lidah gw refleks beraksi cepat menikmati tonjolan puting itu.
“Ooouch sayaang, hhahh hhah hhaa aachh ennnak trusin sayaang aaagh”, pekik Bu Ida sambil semakin menyodorkan tetek nya semakin menempel ke wajah gw. Barulah ga lama gw bisa rasain puting Bu Ida semakin keras dan merekah di dalam mulut gw, dengan gemas gw pun langsung mengulumnya bertubi2 sambil sesekali gw hisap kencang. Gw jepit puting Bu Ida dengan bibir gw, gw tarik ke bawah sampai lepas dari mulut gw, lalu tanpa ampun tetap gw mainkan dengan jilatan2 lidah gw di ujung putingnya.
“Pppaaak terus Paaak.. Aaargh lidah kamu nakal banget sayang aaach aach”, desaham Bu Ida semakin menjadi2 sambil tangannya menahan kepala gw yg berusaha tetap terangkat agar terus menempel di dadanya.
Bergantian lalu tetek Bu Ida lainnya yg gw lahap, setelah cup BH nya terbuka full ke bawah sampai sepasang tetek kendur itu menggantung pasrah di hadapan gw.
“Slrrp slrrp aachh mmwwhh mwwh”, ga berhenti gw emut dan hisap kedua puting Bu Ida. Kali ini sambil kedua tangan gw kembali turun ke pantat Bu Ida, sesaat gw elus2 dulu dari luar legging nya yg lembab itu, lalu seketika kedua telapak tangan gw masuk ke dalam legging nya sampai bisa gw rasakan langsung pantat Bu Ida yg masih terbungkus celana dalam itu di telapak tangan gw. Karet pinggang legging Bu Ida pun turut melorot sampai ke bawah pantatnya saking terlalu ketat untuk menutupi sepasang pantat padat itu. Dengan gemas gw cengkeram kedua pantat Bu Ida yg masih kencang itu lalu meremas2 nya kasar. Bahkan saking ga tahannya gw tarik celana dalam itu dari bawah sampai terasa kulit pantat Bu Ida yg ga terlalu mulus itu tersentuh langsung sampai ke belahan pantatnya. Gw gosok2 kan tangan gw di dalam belahan pantat Bu Ida, membiarkan tangan gw dijepit pantatnya yg masih terasa agak berkeringat itu.
Ga lama kemudian setelah ciuman demi ciuman gw di dadanya mulai melambat, tampak Bu Ida kembali berinisiatif bergerak turun. Sebelum posisi Bu Ida semakin merambat turun, dengan segera tangan gw melepas kancing BH di punggungnya sampai terlepas lah BH biru muda itu meninggalkan bra sport Bu Ida yg masih mengganjal di dadanya. Ternyata dengan sigap Bu Ida justru melepas sendiri bra sport nya ke atas sampai kini dia benar2 bertelanjang dada dengan sepasang tetek nya yg dibiarkan terbuka bebas begitu saja. Ga sampai situ, mungkin karena kurang nyaman dengan legging yg menyangkut di pahanya, Bu Ida pun lalu mencoba melepas dengan cepat legging nya sampai lolos di bawah kakinya. Gw hanya pasrah terdiam memandangi Bu Ida yg tiba2 sudah telanjang dengan celana dalam biru muda bermotif renda dan kembang juga tersisa di selangkangan nya.
“Hmmm.. Cantik banget kamu Bu..”, goda gw sambil tersenyum menatapi Bu Ida yg kini menungging dengan wajah tepat di atas pinggang gw.
“Halah cantik apanya, berantakan gini dibuat kamu..”, sahut Bu Ida dengan tersenyum balik dan tangannya yg tiba2 sudah mendarat di tonjolan kontol gw. Dengan sengaja diusap2nya kontol gw dari luar celana jeans yg gw pakai.
“Justru makin cantik kalau begini kamu Bu.. Ssshh”, jawab gw lagi namun tertahan ketika usapan2 Bu Ida mulai lebih kuat bahkan seperti meremas2 kontol gw.
“Hmmmm..”, tanpa kata apa2 Bu Ida kembali memalingkan wajahnya dan kini menatapi selangkangan gw. Dengan tangkas nya jari2 tangan Bu Ida berhasil membuka kancing dan resleting celana gw, disertai telapak tangannya yg langsung menelusup masuk dan menggenggam batang kontol gw yg masih tertutup celana dalam.
“Sshhh kamu udah keras banget gini Pak, ughh serius ahh kok keras banget sih sayang..”, bisik Bu Ida yg semakin kuat juga menggenggam kontol gw. Seolah penasaran dan kurang leluasa, Bu Ida menarik keluar tangannya dan langsung menarik celana jeans gw terlepas sampai bawah. Gw pun cuma bisa pasrah membiarkan Bu Ida menelanjangi gw yg kini cuma menggunakan celana dalam, itu pun ga lama karena kembali tangan Bu Ida meraih celana dalam gw dan menariknya turun sampai ke lutut gw dengan cepat.
“Sshh sayaang..”, sahut gw pasrah ga bisa berkata apa2 ketika selangkangan gw kini terbuka bebas di hadapan Bu Ida.
“Hmmm iya sayaang..”, jawab Bu Ida yg tau2 langsung kembali menyentuh kontol gw. Dimulai dengan elusan dari pinggang gw lalu turun ke bawah, dengan sengaja membiarkan telapak tangannya terjepit di antara batang kontol dan bulu2 jembut gw. Lalu digenggam nya batang kontol gw yg tadinya dalam posisi di atas perut kini mengacung ke atas, dikocoknya perlahan dengan lembut sekujur kontol gw sampai jari2 nya juga menyentuh biji gw yg semakin ikut mengeras itu.
“Slrrpp.. Slrrrrp.. Slrrp slrrp slrrp..”, Bu Ida mengawali permainan mulut nya di kontol gw dengan beberapa jilatan lidahnya. Dengan seksama gw ngeliat lidah Bu Ida menjulur keluar membasahi batang kontol gw dari pangkal hingga ke ujungnya, sambil tetap digenggamnya supaya kontol gw tetap dalam posisi tegak berdiri.
“Cupp sshhh cupp cupp.. Glukk.. Glukk glukk glukk glukk.. Sshhh”, dengan sebuah ciuman di kepala kontol gw Bu Ida seolah mencicipi kembali rasa batang kejantanan gw, lalu setelahnya dengan mulus kontol gw sudah menelusup masuk ke dalam mulutnya.
“Hmmpphh.. Mmhhh.. Mmmhh.. Glukk glukk glukkk sshhh Paaak.. Glull glukk”, semakin cepat kuluman bibir Bu Ida sampai kontol gw semakin mengeras dengan ujungnya yg mulai menyodok dinding2 mulut Bu Ida sedalam2nya.
“Aaarrghh sayang.. Ssshhh nikmat banget Bu.. Iyaah sshh iyahh terusin Bu..”, desah gw mulai ga tertahan menikmati rasa geli di kontol gw. Tangan gw yg ga mau tinggal diam coba merapikan rambut Bu Ida yg sedikit terurai berantakan menutupi wajahnya, sampai lalu tampak wajah Bu Ida yg terpejam seperti sedang menikmati betul kuluman2 nya yg semakin rakus itu.
“Mmhhh.. Mmhhh.. Mmmmpph ssshhh haahh.. Ssshh ouugh Paak ssshhh.. Glukk gluuk slrrrp gluuk glukk”, racau Bu Ida saat tangan gw yg menggenggam rambut panjangnya mulai refleks menekan lebih turun kepalanya disusul gerakan pinggang gw yg mulai naik turun mendorong2 kontol gw keluar masuk di dalam mulut Bu Ida.
“Ssshhh terus sayang.. Terus.. Terusss aaachh”, desah gw makin kencang ngerasain bibir Bu Ida menyambut genjotan kontol gw di bibirnya.
“Hmmmphh.. Mmmpph.. Gluukk gluuk gluuk gluuk…”, hanya terdengar suara pasrah kerongkongan Bu Ida yg tersodok2 kontol gw dengan ekspresi matanya yg menatap sayu ke gw seolah memohon ampun, tapi bahasa tubuhnya tampak berlawanan. Sambil gw entot mulutnya, gw dengan jelas bisa ngeliat punggung hingga sepasang bongkahan pantat Bu Ida yg menungging mantap di antara kaki gw. Begitu tingginya pantat itu menungging ke atas sampai tampak celana dalam biru muda Bu Ida tertarik semakin ketat dan terjepit di antara sepasang pantatnya. Merasa Bu Ida begitu doyannya mengulum kontol gw habis2an, setelah beberapa saat gw bangkit duduk dan menarik kembali lengan Bu Ida ke atas.
“Ughh sini sayang.. Gantian biar aku aja yang di atas”, perintah gw kemudian sambil menarik tubuh Bu Ida dan menjatuhkannya hingga terbaring di atas bantal, dengan sedikit terduduk bersandar di dipan. Bu Ida pun hanya pasrah sambil merapikan susunan bantal di bawah punggungnya lalu mengusap2 bibirnya yg basah berlepotan liurnya sendiri.
Luar biasa pemandangan gw saat itu, sosok Bu Ida yg biasa gw jumpai berpakaian rapi di luar namun kali ini terlentang pasrah telanjang memamerkan tubuh mulusnya yg kecoklatan. Dengan sepasang tetek kendurnya yg sedikit menjuntai ke samping beserta putingnya yg kehitaman, lalu celana dalam yg mulai sedikit melorot ke bawah pinggang sampai menunjukkan garis2 stretch-mark bekas kehamilan di sekujur bawah perutnya, ditambah wajah Bu Ida yg hitam manis dengan make-up nya yg mulai terhapus sehingga menambah natural wajah wanita separuh baya nya, sungguh semakin membuat nafsu di sekujur tubuh gw ga mampu lagi gw tahan lebih lama.
“Hmmphh cupp.. Cupp cup mwwwah cup mwwh mwah mwah”, gw pun langsung menunduk di hadapan wajah Bu Ida lalu menciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Bu Ida menyambut tubuh gw dengan cepat, dipeluknya leher gw sambil dengan cepat tangannya bereaksi melepas kemeja gw, disusul kemudian tangannya meraba punggung gw dan mengangkat lepas baju kaos yg tersisa satu2nya di tubuh gw. Lega rasanya bisa membiarkan tubuh gw akhirnya telanjang di atas Bu Ida, menempel dan bergesekan langsung dengan kulit mulus tubuhnya.
“Sshhh ayo sayang.. Sini puasin aku lagi..”, perintah gw sambil lalu bangkit berlutut di atas ranjang, namun dengan posisi mengangkangi dada Bu Ida dan perlahan maju semakin naik mendekati wajahnya. Dengan posisi kontol yg mengeras dan tegak menunjuk2 di hadapan wajahnya, Bu Ida pun paham dengan kemauan gw dan langsung kedua tangannya dengan sigap memegang paha gw. Bu Ida mendorong selangkangan gw lebih dekat ke kepalanya, sampai batang kontol gw tepat berada di bibirnya dan langsung dicium serta dimasukkannya ke dalam mulut.
”Aaarrgh sayaang.. Nikmat banget aaargh.. Iyaah isep terus sayang.. Isepin terus hhaaah”, desah gw sambil menatapi dengan jelas selangkangan gw yg menempel rapat di wajah Bu Ida.
“Mmmphh mmmphh mmmphh.. Gluuk gluukk.. Mmmph argghhh mpphh”, mulut Bu Ida disibukkan dengan sodokan demi sodokan kontol gw. Benar seperti budak seks gw, wajah Bu Ida pasrah diapit selangkangan gw yg sekujur bibirnya tertutup bulu2 jembut gw yg lebat. Sepasang bibir Bu Ida pun pasrah tertarik dan terdorong masuk berkali2 seiring gesekan urat2 batang kontol gw. Segitu belum terpuaskannya gw sampai2 agar lebih leluasa sebelah kaki gw sengaja gw biarkan jatuh ke samping ranjang dan menapak di lantai, dengan sebelah tangan menggenggam rambut Bu Ida kembali lalu gw sodok lebih bernafsu kontol gw ke wajah Bu Ida. Benar2 seperti sedang coba menyetubuhi mulut Bu Ida yg sama sensasi nikmat dan basahnya seperti menyetubuhi liang memek itu.
Tiba2 di tengah pergelutan kami dan suara2 desahan yg semakin kencang itu, gw dikagetkan dengan bunyi getar2 dari atas meja nakas di samping ranjang, tepatnya dari balik tas kecil gw. Jelas itu bunyi getar dari hape gw, yg awalnya gw diemin aja karena ga mau terganggu namun lama2 getarannya ga berhenti juga. Mulai lah konsentrasi gw buyar dan panik, pasti itu panggilan telepon dan kemungkinan dari pacar gw. Sesaat gw masih menatapi saja tas kecil gw itu dan perlahan suara desahan gw pun hilang menyisakan pinggang gw yg masih aktif bergerak maju mundur di atas tubuh Bu Ida.
”Hmmm.. Sshhh kenapa Pak? Suara telepon di hape kamu yah?”, tanya Bu Ida yg lalu melepas kulumannya sambil hanya menggenggam dan mengocok pelan kontol gw di atas dadanya.
“Eh.. Iya kayanya Bu..”, jawab gw singkat.
“Yaudah sana mau dijawab dulu ngga apa Pak”, kata Bu Ida sambil lalu menghentikan kocokan tangannya.
“Iya deh Bu.. Bentar sy cek..”, jawab gw sambil mengambil hape gw dari dalam tas, namun panggilan itu terlanjur berakhir. Benar saja ternyata itu panggilan dari pacar gw yg kemungkinan baru landing dari penerbangannya. Yg bikin lebih panik ternyata bukan sekedar telepon biasa melainkan video call, tumben2an pikir gw karena jarang banget pacar gw ajak video call apalagi kalau hanya mau mengabari soal landing doang.
“Bu.. Bentar saya mau bales telepon dulu yah. Hmm di luar aja deh..”, sahut gw minta ijin ke Bu Ida sambil seketika bangkit berdiri dan sibuk mencari baju atau celana. Gw berniat membalas video call pacar gw agar dia ga semakin curiga, namun juga ga mungkin membalas video call nya dari dalam kamar. Belum lagi ntah kenapa gw ga enak hati membiarkan Bu Ida tau gw mau menelpon pacar gw sendiri, seperti mau menjaga perasaan Bu Ida juga meskipun hanya sebatas selingkuhan gw saat itu.
“Iya ngga apa Pak, saya juga mau ke kamar mandi dulu”, jawab Bu Ida yg juga bangkit duduk dan dengan santainya berjalan telanjang melenggak-lenggok kan pantatnya yg masih tertutup celana dalam di hadapan gw menuju ke kamar mandi. Gw sendiri akhirnya memutuskan menutupi pinggang dan kaki gw dengan sebuah handuk saja dan kemeja yg dikancing sebagian di badan, lalu nekat keluar pintu kamar berharap ga ada orang yg ngeliat gw.
“Iya sayang, halo.. Sorry tadi ga kedengeran, hape nya di dalam tas”, kata gw ketika coba menghubungi pacar gw melalui video call dan langsung dijawab olehnya.
“Iya, halo.. Iya ini aku tadi udah landing, lagi nunggu koper aja ini. Kamu di mana sih emangnya?”, tanya pacar gw dengan mimik muka penasaran.
“Aku di… Kantor aja kok ini sayang, baru banget sampe”, jawab gw yg sengaja mencari background dinding polos dan berwarna netral supaya ga ketara sedang di hotel. Deg2an juga kalau sampai pacar gw lebih penasaran dan minta ditunjukin suasana di sekeliling gw, untungnya ga sampai situ ternyata.
“Loh kok ke kantor? Katanya kamu mau bolos aja hari ini karena mau anter aku ke bandara!?”, tanya pacar gw lagi.
“Cuma bentar kok ini, ada dokumen yg perlu aku ambil aja buat dikerjain di rumah”, jawab gw mengarang alasan.
“Kamu langsung ke hotel atau mau makan dulu ‘yang?”, lanjut gw mengalihkan topik.
“Makan dulu paling sama orang2 cabang sini yg ngejemput itu. Yaudah aku kabarin lagi nanti ya, ini kopernya udah mau sampai. Bye sayang!”, jawab pacar gw sekaligus pamit.
“Bye juga sayang”, jawab gw menyudahi video call dengan perasaan luar biasa lega. Untung lah pacar gw sepertinya ga curiga sama sekali.
Sekitar 2 menit gw di luar kamar, setelah video call berakhir gw pun langsung masuk kembali ke kamar dan mendapati Bu Ida belum kembali dari kamar mandi. Setelah membuka kembali baju kemeja dan menyisakan handuk yg melilit pinggang gw, dengan penasaran gw coba buka pintu kamar mandi namun terkunci dari dalam.
“Ya? Kenapa Pak”, suara Bu Ida dari dalam kamar mandi.
“Oh ga kenapa2 Bu. Kamu lagi apa? Belum selesai?”, tanya gw.
“Udah kok, lagi nunggu kamu aja. Bentar..”, jawab Bu Ida diikuti suara flush closet setelahnya.
Gw pun berdiri menunggu sambil menonton TV, ga lama suara pintu kamar mandi terbuka dan Bu Ida muncul ke luar dengan sebuah handuk kecil menutupi dada sampai setengah pahanya.
“Sudah teleponan nya? Dicariin ya Pak?”, tanya Bu Ida sambil satu tangan menahan gulungan handuk di dadanya.
“Ah ngga kok Bu, biasa orang kantor”, jawab gw ngeles, dengan kontol gw yg kembali berontak di balik handuk melihat penampilan seksi Bu Ida.
“Orang kantor atau orang kantor hayo ngakuu.. hihihi”, ledek Bu Ida dengan wajah manisnya.
“Hehehe kamu yaa tau aja..”, sahut gw sambil berjalan mendekati Bu Ida.
“Ngga apa biasa aja kali Pak sama saya.. Lagian kan saya yang diumpetin, bukan saya yg ngumpetin Pak Deden, hihihi”, ledek Bu Ida lagi yg malah berpaling lalu melangkah ke sisi ranjang, namun dengan cepat gw gapai tangannya sambil menarik tubuhnya pelan merapat ke tubuh gw.
“Ohh ngerasa yahh diumpetin sama saya..”, goda gw berbisik di sisi kepala Bu Ida yg posisi tubuhnya sudah bersandar rapat di dada gw, disusul sebuah kecupan lembut bibir gw di pundak mulusnya, ” Cupp!”
“Ahhh.. Sshh Paak.. Cupp.. Cupp..”, desah Bu Ida dengan ekspresinya yg berubah begitu saja, disusul bibirnya yg balas nyiumin wajah gw dengan matanya yg terpejam.
“Cupp.. Cupp.. Mwwahh.. Ga apa yahh sembunyi2an berdua saya gini Bu”, bisik gw lagi di telinga Bu Ida sambil terus memancing nafsunya dengan ciuman2 gw di sekujur pundak sampai leher dan tengkuknya.
“Iya Pak aaach.. Aahh…. Haaahh”, desah Bu Ida lagi sambil mengangguk pelan.
Ketika kedua tangan gw mulai meluk perut Bu Ida, kedua tangannya pun turun dari dada lalu memegangi tangan gw tanpa berusaha menahan gulungan handuk di dadanya lagi. Sambil bibir gw masih sibuk nyiumin leher Bu Ida, tangan kanannya balik gw pegang dan gw angkat tinggi ke atas sampai ke belakang kepala gw. Bu Ida pun hanya pasrah seolah patuh saja memegangi kepala gw bahkan menekan semakin rapat ke pundaknya. Gw raba lembut tangannya, menjalar turun ke lengan atasnya yg terangkat itu, terus turun sampai tersentuh lipetan2 kasar ketiak kanannya yg terbuka tanpa sehelai pun bulu itu.
“Ouggh sayang.. Cupp.. Slrrpp.. Sshhh beneran nafsu sama tubuh kamu..”, rayu gw sambil mulai menciumi dan menjilati bawah telinga Bu Ida.
“Mmmhhh.. Paak.. Mmmhhh mwwah mwwah slrrpp slrrp mmmphh”, Bu Ida langsung membalas rayuan gw dengan memandang gw sampai kami berhadap2an, dengan cepat ditariknya mendekat wajah gw lalu diciuminya bibir gw dengan penuh nafsu.
Tangan kanan gw kini leluasa tanpa ditahan meraba pinggang lebar Bu Ida yg masih tertutup handuk, sambil terus merayap turun ke pangkal pahanya yg padat, lalu berujung di bagian bawah handuknya yg hanya menutupi setengah paha itu. Tiba2 saja tangan gw sudah masuk ke balik handuk Bu Ida dan bisa gw rasain langsung kulit paha Bu Ida di ujung2 jari gw. Paha mulus yg terasa masih dingin karena baru dibasuh air sepertinya saat Bu Ida buang air di kamar mandi tadi, menambah sensasi penasaran gw untuk menyentuhnya lebih jauh sampai ke pangkal selangkangannya.
“Sshhh Paak aaacchh..”, sesaat ciuman bibir Bu Ida terhenti karena ga kuasa menahan desahannya akibat usapan tangan gw di balik handuknya semakin mendekat ke memeknya. Seketika telapak tangan gw pun benar2 sudah menyentuh pinggiran bawah celana dalam Bu Ida, menemukan jahitan motif kembang2 celana dalam tadi yg terjepit diantara paha dan memek tebal Bu Ida. Gw gesek2 sesaat jari gw di lipatan paha itu, dengan sudah terbayang2 seperti apa aroma selangkangan Bu Ida di bawah sana, lalu langsung gw dorong masuk telapak tangan gw menembus lubang celana dalam Bu Ida itu.
B E R S A M B U N G…