Semua orang tak hentinya mengucapkan selamat, setiap kali berpapasan dengan pasangan yg baru saja menikah ini. Keduanya begitu jelas terlihat baru menikah karena Cintya masih tetap memakai busana pengantinnya. Suaminya melepaskan genggaman tangan mereka untuk menandatangani pemesanan kamar.Cintya melangkah mundur dari meja resepsionis dan menyapukan pandangan ke seputar lobi. Seorang pria negro sedang memandanginya. Pandangan mata mereka bertemu dan Cintya membalasnya dengan senyuman, menganggap mungkin sang pria merasakan kebahagiaan yg terpancar dari pasangan pengantin baru di depannya.Tapi tatapan matanya tak juga bergeming. Apa ini? Sesuatu tentang raut wajahnya memaksa batin Cintya berbisik. Dia tahu arti dari ekspresinya tersebut, tapi tak mampu untuk menjelaskannya. Intensitasnya menyebarkan atmosfir. Matanya yg tak berkedip mengisyaratkan kalau dia tengah memikirkan sesuatu…Cintya palingkan pandangnya. Sang pria ingin menyetubuhinya! Telah dia lupakan gairah akan pria lain semenjak berkencan dengan Tom.Dia tahu dengan cepat bahwa Tom adalah pria spesial untuknya dan segera dia tutup hatinya bagi pria lain. Dia telah lupa, atau tak menyadari, bahwa semua pria suka memandang kecantikannya. Pria itu ingin menyetubuhinya. Tapi apa yg Cintya cemaskan? Dia sudah menikah sekarang! Terlihat jelas telah menikah! Kembali dia menoleh ke arah sang pria, yg tak pernah henti memandangnya.Dia amati wajahnya sekarang, memang tdk tampan dan berkulit gelap, segelap rambut hitamnya dan matanya yg juga senada, tapi seperti ada daya tarik tersendiri. Kenapa dia cuma terus menatapnya saja?
Semua orang tak hentinya mengucapkan selamat, setiap kali berpapasan dengan pasangan yg baru saja menikah ini. Keduanya begitu jelas terlihat baru menikah karena Cintya masih tetap memakai busana pengantinnya. Suaminya melepaskan genggaman tangan mereka untuk menandatangani pemesanan kamar.Cintya melangkah mundur dari meja resepsionis dan menyapukan pandangan ke seputar lobi. Seorang pria negro sedang memandanginya. Pandangan mata mereka bertemu dan Cintya membalasnya dengan senyuman, menganggap mungkin sang pria merasakan kebahagiaan yg terpancar dari pasangan pengantin baru di depannya.Tapi tatapan matanya tak juga bergeming. Apa ini? Sesuatu tentang raut wajahnya memaksa batin Cintya berbisik. Dia tahu arti dari ekspresinya tersebut, tapi tak mampu untuk menjelaskannya. Intensitasnya menyebarkan atmosfir. Matanya yg tak berkedip mengisyaratkan kalau dia tengah memikirkan sesuatu…Cintya palingkan pandangnya. Sang pria ingin menyetubuhinya! Telah dia lupakan gairah akan pria lain semenjak berkencan dengan Tom.Dia tahu dengan cepat bahwa Tom adalah pria spesial untuknya dan segera dia tutup hatinya bagi pria lain. Dia telah lupa, atau tak menyadari, bahwa semua pria suka memandang kecantikannya. Pria itu ingin menyetubuhinya. Tapi apa yg Cintya cemaskan? Dia sudah menikah sekarang! Terlihat jelas telah menikah! Kembali dia menoleh ke arah sang pria, yg tak pernah henti memandangnya.Dia amati wajahnya sekarang, memang tdk tampan dan berkulit gelap, segelap rambut hitamnya dan matanya yg juga senada, tapi seperti ada daya tarik tersendiri. Kenapa dia cuma terus menatapnya saja?
Kenapa dia tdk tersenyum atau bahkan memberi isyarat yg cabul? Cintya baru sadar kalau dia telah balas menatap sang pria untuk sekian lama setelah Tom menyentuh pundaknya.Dia tersenyum pada suaminya, kemudian ikut melangkah menuju ke kamar yg mereka pesan. Dia mulai merasa terangsang. Dia menyetubuhi suaminya dengan segenap hasrat. Pengantin baru ini bercinta dengan penuh gairah, berisik dan liar. Tom menyutubuhinya di atas ranjang, lalu di lantai dan terakhir di dalam bathub. Mereka terlelap ke alam mimpi dengan tubuh telanjang saling dekap.Cintya merinding setelah air yg membasahi tubuhnya perlahan berubah jadi dingin. Dia berdiri di dalam bathtub, membiarkan payudaranya yg basah menggantung bebas dihadapan suaminya. Kemudian dia melangkah keluar dari dalam bathub dan menuju ke depan cermin. Dia tertawa saat melihat kulitnya yg mulai berkerut kedinginan di depan cermin. Tawanya terhenti saat dia mainkan kalung rantai yg telah diberikan Tom sebelum mereka menikah.Dia tak tahu asal usulnya, tapi suaminya mengatakan kalau rantai itu merupakan sebuah simbol ikatan cinta yg kuno. Selama dia memakainya, mereka berdua tak akan dapat terpisahkan. Dia memegangnya, memantulkannya di atas kekenyalan payudaranya dan kemudian mencoba mengepaskan bulat payudaranya dengan lingkaran rantai tersebut.Entah bagaimana, dia dapat merasakan Tom tengah menyentuhnya setiap kali rantai tersebut bersentuhan dengan kulitnya. Dia melangkah masuk ke dalam kamar dan mengeluarkan jubah sutera berwarna emas yg pendek dari dalam tasnya. Dibungkuskan lembutnya kain tersebut ke tubuh telanjangnya.Dia duduk di atas ranjang, membuat ujung jubahnya tersingkap hingga atas pahanya dan menampakkan sedikit memeknya yg mengintip. Dia tersenyum ketika menyadari betapa terbukanya jubah pendek tersebut. Tom akan sangat suka dia memakainya, atau lebih tepatnya lagi, menyetubuhinya dalam balutan jubah sutera tersebut.Suara gemericik shower menyadarkan Cintya dari suasana erotisnya.
Dia mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yg kuat.Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya tetap memandangnya.Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat… begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi. Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”Jelas dia akan berkata“Tdk.”Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya. Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yg menanti mereka.Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.“Apakah…”Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan jubah tersebut.Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan.
Dia mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yg kuat.Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya tetap memandangnya.Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat… begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi. Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”Jelas dia akan berkata“Tdk.”Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya. Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yg menanti mereka.Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.“Apakah…”Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan jubah tersebut.Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan.
Dia mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yg kuat.Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya tetap memandangnya.Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat… begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi. Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”Jelas dia akan berkata“Tdk.”Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya. Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yg menanti mereka.Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.“Apakah…”Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan jubah tersebut.Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan.
Dia mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yg kuat.Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya tetap memandangnya.Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat… begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi. Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”Jelas dia akan berkata“Tdk.”Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya. Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yg menanti mereka.Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.“Apakah…”Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan jubah tersebut.Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan.
Dia mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber suara tadi.Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah keyakinan diri yg kuat.Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh. Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya tetap memandangnya.Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat… begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum. Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria pasti sudah melihatnya.Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi. Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi, bertanya pada suaminya,“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”Jelas dia akan berkata“Tdk.”Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di putingnya.om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai, lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya. Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan masa depan yg menanti mereka.Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang pria memandangnya.“Apakah…”Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang, bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul tepat sesudahnya.Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya dan dia mulai memainkan jubah tersebut.Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan.