Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa……
kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.
“Tante…Rio sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
“Terusin aja Rio… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Rio… tusuk yang kuat Rio…
tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”
Kata-kata Tante Susan membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan kontolku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam memeknya.
“Aduuh…Rio udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi,
pantatku bergerak turun naik makin cepat dan kontolku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam memek Tante Susan.
Sementara itu Tante Susan juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.
“Ayoo Rio… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Riooooo…. sekarang Rio…. keluarin sekarang Rio… tante udah nggak tahan…mmmhhh”.
Tante Susan juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.
Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat… “Tante…aaaa…aaaagh….Rio keluaaaar…..aagh..”
aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Susan.
Bersamaan dengan itu Tante Susanpun mengalami puncak orgasmenya,
“Rioooo…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….”
Kami berpelukan lama sekali sementara kontolku masih tertanam dengan kuat di dalam memek Tante Susan. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa….
aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini.
Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.
Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik kontolku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi.
Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Susan yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit.
Kulihat dari celah memeknya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam memek Tante Susan.
Tak lama kemudian Tante Susan membuka matanya dan tersenyum padaku, “Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk.
Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.
“Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata pinter “making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin kontol tante tahu kalau kamu pengalaman.
By the way, Tante senang sekali dientoti kamu.
Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Rio…?” Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak.
Tante Susan membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat.
Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan kontolku mulai membesar.
Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Susan dan membelainya perlahan.
Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih kontolku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.
“Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku.
Dibimbingnya kontolku ke arah memek memeknya yang masih basah oleh spermaku.
Kali ini dengan lancar kontolku langsung meluncur masuk ke dalam memek Tante Susan yang sudah sangat basah dan licin.
Kini Tante Susan duduk diatas badanku dengan kontolku terbenam dalam-dalam di memeknya.
Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.
“Aahh…Rio… kontolmu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah.
Gerakan Tante Susan perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat kontolku terasa masuk begitu dalam di liang memeknya.
Pantat Tante Susan terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga kontolku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.
Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Susan.
Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Susan makin bergairah.
Gerakan Tante Susan makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri pembicara yang terhormat.
Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan.
Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…
“Rio… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Rio juga udah nggak tahan…”
Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Susan menekan seluruh berat badannya ke bawah dan kontolku tertancap jauh
ke dalam liang memeknya sambil memuncratkan seluruh muatan…
Tangan Tante Susan mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat.
Setelah beberapa saat akhirnya Tante Susan merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan.