#PART 13
“Dok-dok-dok! Dok-dok-dok! Dok-dok-dok!”Ada yang mendorong-dorong pintu kamar tidur dari luar kamar. Aku yang sedang menyetubuhi istri kakak iparku menatap cemas ke arah pintu. Begitu pula istri kakak iparku yang terbaring mengangkang di tempat tidur mendongakkan kepalanya, menoleh ke arah pintu. Belum sempat tersadar dari keterkejutan kami, pintu kamar telah membuka.
Ditengah kegugupan kami, seseorang berjalan masuk ke dalam kamar. Berhenti dia di sisi tempat tidur, menonton tubuh telanjang kami yang bertindihan.
Hatiku mencelos turun. Ketegangan dan rasa takut yang memuncak menurun cepat. Nafas pun terlepas panjang. Kualihkan pandangan, kutatap istri kakak iparku yang masih aku tindih. Wajah pucatnya kembali merona. Cengkeraman jari-jarinya di lenganku lepas.
Ribuan kata syukur deras terpanjatkan saat kembali kutatap sang penyusup. Dadan, anak keempat istri kakak iparku, yang masuk ke kamar. Dadan yang malam ini tertidur bersama kakak-kakaknya rupanya terbangun dan ingin tidur dengan mimihnya, istri kakak iparku, sang kekasih gelapku ini. Sayang momennya tidak tepat.
Wajah anak itu terlihat bingung. Diam dia melihat Mimihnya yang aku tindih. Lalu ganti dia menatap aku. Mungkin bingung menemukan ada lelaki lain di kamar Mimihnya. Mata Dadan turun menelusuri tubuh telanjang kami, melihat paha Mimihnya yang mengangkang karena aku tindih.
Setelah tersadar dari keterkejutannya, istri kakak iparku berusaha menurunkan aku dari atas tubuhnya, tapi aku bertahan. Kontolku yang masih menancap di kemaluannya, membuat dia kesulitan menurunkan aku.
“Aduh!”teriakku tertahan karena pinggangku dicubitnya.
“Amir, tu-run!”ucapnya sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan agar aku terjatuh, tapi aku memeluknya erat.
Menyadari aku yang tidak mau turun, Eceu, istri kakak iparku, menarik seprai kasur dan menutupkannya ke tubuh kami. Hanya kaki-kaki kami yang menjulur keluar.
Dibawah seprai, dengan pelan-pelan, karena tidak ingin menimbulkan rasa penasaran anak kecil itu, kembali aku genjot kemaluan istri kakak iparku. Melotot matanya tidak setuju, tapi membiarkan serangan kontolku. Tersenyum aku. Lalu, dengan tetap menggenjot kemaluannya, kuciumi pipinya. Lehernya pun aku jarah.
“Sebentar, Amir,”ucap istri kakak iparku disela nafasnya yang memburu.
Aku hentikan aksiku. Kepalanya kemudian menjulur keluar dari dalam seprai.
“Dadan belum tidur?”terdengar istri kakak iparku bertanya.
Ikut aku menjulurkan kepala keluar. Timbul rasa iba melihat Dadan yang ternyata tetap berdiri bingung didepan tempat tidur. Lantas, aku cium pipi istri kakak iparku sekilas untuk kemudian aku cabut kontolku dari kemaluannya dan bergeser turun ke sampingnya.
Dengan tetap menutupi tubuh telanjangnya dengan seprai, istri kakak iparku duduk. Aku pun ikut duduk. Anak kecil itu menatap aku, mengarahkan matanya ke selangkangan yang tidak aku tutup. Mendapati aku yang masih polos, istri kakak iparku mengambil bantal dan melemparkannya ke selangkanganku. Matanya melotot memarahi aku.
Aku turun dari tempat tidur. Mata Dadan tak lepas menatap aku yang tanpa sehelai benang menutupi tubuhku saat mengambil asoy dari atas meja hias yang berada disamping tempat tidur. Berdiri aku didepannya dan mengeluarkan banyak jajanan warung dari dalamnya. Kemudian aku ambil tangannya dan menggenggamkan beragam jajanan. Anggap saja sebagai sogokan agar Dadan tidak membuka mulut karena telah mengetahui rahasia kami.
Istri kakak iparku melototi aku yang bugil, tapi, tanpa merasa bersalah, kembali aku merangkak naik ke tempat tidur. Setelah menaruh asoy di sudut tempat tidur, aku bisiki dia,”Kita berbaring, Ceu. Biar Dadan mengira kita tidur.”
Masih dengan mata melotot dan mulut yang manyun, kakak iparku mengikuti saranku. Berbaring dia dengan seprei tetap menyelimutinya. Aku pun membaringkan diri disampingnya.
Dan memang benar nyatanya, tak lama kemudian, sambil memegangi permen-permen yang aku berikan, Dadan duduk di sebelah adiknya yang terlelap. Dari atas tempat tidur, istri kakak iparku tidur menyamping untuk mengintip anaknya yang berbaring di lantai, dibawah kami. Dari belakang, tanganku ikut masuk ke dalam seprei, aku memeluknya.
“Dia belum tidur, Amir,”sambil berucap, istri kakak iparku menahan jemariku yang mengambil buah dadanya.
“Dari bawah, Dadan tidak bisa melihat kita, Ceu,”ucapku coba menyakinkan dia.
“Tapi, kalau nanti dia dengar suara kita, bangun lagi dia.”
“Makanya, Eceu jangan bersuara.”
“Ya, tidak enak kalau tidak bersuara, Amir,”gurau dia dan aku yang terbakar.
Dengan gemas kupererat pelukanku. Bergidik tubuhnya kala lehernya aku ciumi. Dapat aku rasakan bulu-bulu halus disekujur tubuhnya berdiri ketika jari-jariku menelusuri tubuhnya, menyentuh bagian-bagian sensitif miliknya.
Dielusnya wajahku yang berada dibelakangnya, memainkan rambutku, manakala jemari tangan ini bermain di lubang kemaluannya yang tetap basah. Lalu, paha kirinya aku angkat tinggi dan kontolku yang mengaceng, aku selipkan di antara dua pahanya yang membuka lebar.
Istri kakak iparku menyambut kontolku dan menempelkannya ke lubang kenikmatannya. Dengan segera aku dorong kontolku masuk dan lenguhannya terdengar.
Masih dengan posisi menyamping, dengan tangan masih mengangkat paha kirinya, aku mulai menusuk-nusukkan kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Agar desahan suaranya terhalang keluar, istri kakak iparku membekap mulutnya dengan telapak tangannya.
“Dilepas saja suaranya, Ceu. Jangan ditahan-tahan,”ucapku pelan di telinganya.
“Nanti Dadan dengar,”ucapnya disela desahannya.
“Dadan tuh belum mengerti dengan apa yang dilihatnya malam ini, Ceu,”ucapku.
Istri kakak iparku menarik tangannya lepas dari mulutku dan desahannya terdengar kembali seirama dengan masuk keluarnya kontolku menggagahi kemaluannya.
“Nah, kan, tambah semangat kalau dengar desahan Eceu, tuh,”bisikku kembali untuk kemudian menciumi pipinya.
Lalu, aku tengkurapkan dia, aku lebarkan dua pahanya dan masuk diantaranya untuk mengangkat tinggi pantat membulat itu. Dengan mengabaikan Dadan yang menatap padaku yang berada di belakang pantat menungging Mimihnya, kucari lubang kemaluannya.
“Ah…”lenguhan terdengar manakala kontolku menusuk masuk ke dalam lubang kemaluan itu.
Sebentar kunikmati hangat dan basahnya lubang itu, untuk kemudian aku tarik kontolku mundur dan lalu kumajukan kembali. Berulang-ulang aku melakukannya dengan terkadang aku putari lubang kemaluannya yang membuat Istri kakak iparku mendesah-desah nikmat.
Sambil tetap menyetubuhinya, jariku mengambil buah dadanya, meremas keduanya. Menggelinjang tubuh istri kakak iparku manakala jariku berpindah mengganggu lubang kemaluannya. Bersama dengan kontolku yang menancap masuk-keluar di kemaluannya, dua jariku ikut masuk ke belahan memanjang itu, mengelus-ngelus klentitnya.
“Aku mau keluar, Ceu,”ucapku ketika kontolku mulai berdenyut-denyut.
Dengan buru-buru aku cabut kontolku dari lubang kemaluannya dan dengan buru-buru pula aku tarik tubuh istri kakak iparku meninggi. Dengan posisinya yang menungging membelakangiku, istri kakak iparku menjerit enak ketika kembali aku tusukkan kontolku.
Denyutan di kontolku kian terasa yang membuat aku mempercepat tusukan kontolku ke kemaluannya. Tubuh istri kakak iparku terjatuh ke kasur, lalu bangkit dan kembali terjatuh akibat dua tangannya kehilangan kekuatan untuk menyanggah tubuhnya. Desahannya pun makin cepat dan menguat.
Manakala kurasakan ada yang mengalir cepat dalam batang kontolku, pinggangnya kuat-kuat aku pegang. Aku tekan dalam-dalam kontolku di lubang kemaluan itu dan percikan-percikan air menyemprot. Nikmat sekali. Nafasku terlepas lega.
Setelah tidak lagi menembakkan sperma, kontolku aku cabut dari kemaluannya. Dengan nafas terengah-entah, istri kakak iparku tertelungkup di kasur. Aku pun menjatuhkan diri disampingnya, juga dengan nafas yang sama terengah-entah.
“Amir jahat,”
“Jahat kenapa?”
“Saya tahu, tadi ketika Amir memperkosa saya, Dadan belum tidur, kan?”
Aku hanya tersenyum, lalu,”Memang Eceu merasa diperkosa?”
“Iyalah. Tanpa minta izin dulu dan saya pun belum siap, Amir langsung nyosor.”Tersenyum dia.”Tapi, saya suka, itu masalahnya.”
“Ya, sudah kalau begitu. Mulai besok, aku tidak perlu minta izin Eceu, aku langsung perkosa saja Eceu. Toh, Eceu suka, kan?”
Dicubitnya aku.”Ih, Amir jahat.”
Pintu kamar berderit dan aku menoleh.”Gila, Ceu.”
“Kenapa?”Eceu ikut melihat ke pintu.
“Pintunya tidak terkunci.”
“Apa?”Spontan istri kakak iparku menarik seprei untuk menutupi tubuh telanjangnya.”Cepat dikunci, Amir.”
Masih dengan tubuh telanjang, aku bergerak meninggalkan tempat tidur untuk mengunci pintu.
“Untung anak Eceu tidak ada yang menyusul masuk,”ucapku setelah aku duduk di tempat tidur dan bersender di dinding kamar tidur.
Kuajak dia duduk. Kulingkarkan tangan kiriku ke pundaknya dan istri kakak iparku menyenderkan diri ke dadaku. Tangannya masih memegangi seprei yang menutupi tubuhnya.
“Aku lapar, Ceu,”ucapku.
Asoy hitam yang berada di sudut tempat tidur diambil oleh istri kakak iparku dan meletakkannya di pahanya. Dikuakkannya tas plastik itu. Dia mengambil roti dan membukanya, lalu disuapkan ke mulutku. Setelah itu, istri kakak iparku melahapnya.
Dari sekian banyak permen yang aku bawa, aku memilih permen kojek. Setelah membuka bungkusnya, permen kojek kuarahkan ke mulut istri kakak iparku, tapi dia menolaknya. Masih penuh roti mulutnya. Jadi, aku yang menghisapnya.
“Ini untuk yang ketiga kali kita nyaris ketahuan, Amir,”ucap istri kakak iparku setelah mengosongkan mulutnya dari roti.
“Semoga tetap aman, Ceu.”Rambutnya aku cium, kupererat pelukanku, lalu,”karena aku masih ingin lama bersama Eceu.”
BERSAMBUNG ….