#part 4
Pagi itu Sukardi terkejut karena bangun kesiangan. Tubuhnya yang telanjang telah diselimuti dan mami tidak ada di sisinya. Kardi merasa khawatir Melan sudah bangun dan memergoki dirinya tidur di kamar mami. Dia menebah selimut hangat itu lalu bangun dan memakai bajunya yang sudah terlipat rapi di kursi buffet, padahal semalam teronggok di lantai. Cepat dia ke luar kamar dan turun ke lantai satu.
Dari dapur tercium aroma daging sapi panggang.
“Hm, pasti mami lagi masak.” Katanya sambil melangkah ke dapur. Perutnya keroncongan dan dia harus siap-siap pergi kerja.
“Mami, melan sudah bangun?” tanya Kardi begitu sampai di dapur. Mami menoleh. Wajahnya segar dan cerah. Dia sudah mandi.
“Udah, Kal. Salapan dulu. Ini mami udah buatkan beef sama roti.”
“Makasih, Mi.” Kata Kardi sambil mendekat dan memeluk mami dengan penuh rasa sayang, “mami baik, cantik dan memeknya gurih.” Bisik Kardi di telinga mami. Orang yang dibisikin tersenyum senang. Tangannya mendadak masuk ke dalam celana Kardi. Mengelus kontol Kardi.
“Jangan Mi, nanti ngaceng.”
“Bialin, kalo ngaceng masukin lagi aja ke memek mami sampai munclat.”
“Mami nakal.”
“Kal, mami pengen lagi.”
“Dijilat lagi memeknya?”
“Bukan, diewe.”
“Sekarang?”
“Ya, sekalang. Sebental aja… soalnya, sejak kamu ngewe mami, ini memek koq jadi gatel telus.”
“Kalau ketahuan Melan gimana?”
“Dia udah pelgi ke toko.”
“Tapi ini masih jam tujuh, Mi. Masa sepagi ini dia pergi ke toko.”
“Mami suluh dia ngecek balang di gudang toko.”
“Kardi juga harus pergi jam setengah delapan. Nanti kesiangan masuk kantor.”
“Sebental aja Kal, seentot dua entot.” Kata Mami sambil menyingkapkan daster pendeknya. Mami sudah tidak memakai celana dalam. “Mau ya? Ini kontolnya juga udah ngaceng.”
“Ya udah.” Kata Kardi sambil melepaskan celana pendek sekaligus celana dalamnya. Kontolnya yang besar dan panjang pun mengacung-acung. Kardi lalu mengangkat paha mami dan langsung memasukkan kontolnya ke dalam liang memek mami yang menganga. Sementara mami mengalungkan kedua lengannya agar bisa menggantung.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
“Ah… ah… telus kal… ewe mami…”
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
“Aaaahh… enak kal…aduuuh… kontolnya enak banget…aaah… mami ke lual… ah… lega lasanya….”
“Kardi keluarin sekarang ya Mi?”
“I ya, Kal.”
“Heup!” Kardi mengambil ancang-ancang, lalu dia mengentot memek mami dengan kecepatan kilat tanpa henti selama satu menit.
“Aaaahhhh… Kaallll… mami ke lual lagi…aduuuhh… ke lual lagi…..”
“Mamiiii!” sentak Kardi dengan agak berteriak sambil menarik pantat Mami dengan keras hingga memek dan kontol bersatu padu dengan rapat, lalu Kardi memeluk dan menahannya dengan kuat, “arrrrgggkhhhh….Kardi ke luar mami… argggghkhhh…mami… memek mami enak banget… arkghhhhh….kardi ke luarnya banyak kayaknya… lebih banyak kalau kardi coli… mami… argkhhh… tahan dulu sampai semua pejuh kardi lepas semua…”
Mami tertawa kecil, “pejuh kamu terasa angeut di dalam memek mami. Mami tahan kontol kamu bial engga lepas soalnya mami juga senang menikmatinya.”
Beberapa saat kemudian Kardi menarik kontolnya yang ternyata masih tegang. Di ujung mulut kepala kontolnya ada setetes pejuh yang meleleh. Kardi lalu duduk di kursi. Mami mencium pipinya dengan mesra.
“Makasih ya Kal, pagi-pagi udah ngewe mami sampai enak begini… brrrr…”
“I ya, Mi. Kardi juga makasih. Biasanya pagi-pagi Kardi suka coli di kamar mandi. Sekarang udah enggak perlu, ada memek mami yang legit dan sempit. Sakit kepala juga jadi hilang tanpa harus minum obat.”
Mami tersenyum.
“Sekalang cepatlah salapan, sudah itu mandi dan belangkat kelja.”
“Siap, Mi.”
Namun ketika mereka berbicara, mereka tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasi dari luar rumah. Dia mengintip dari balik jendela dapur dengan mata terbelalak dan air liur menetes di sudut mulutnya karena tergoda ingin diewe oleh kontol besar, panjang dan gagah itu.
Dia adalah Shela, adiknya Melanie.
***
Shela cepat-cepat meninggalkan jendela dapur dan pergi ke pintu gerbang yang terbuka sedikit. Dia ke luar dari pintu gerbang dan melangkah menuju sedan putihnya yang diparkir di pinggir jalan. Duduk di belakang setir sambil menghela nafas dan mengoles-oles memeknya yang kelaparan ingin menelan kontol Kardi hingga sedalam-dalamnya.
“Mami licik ih…” Bisik Shela dalam hatinya.
Ketika tadi dia datang ke rumah itu, dia baru saja melihat mobil jenis MPV yang biasa dipakai mami, meninggalkan rumah. Shela menyangka mami sepagi itu sudah pergi ke toko, sedangkan kakaknya Melan dan Mas Kardi ada di dalam oleh karena itu dia sengaja mengintip dulu di jendela dapur, siapa tahu mereka lagi berhubungan sex. Kalau boleh Shela jujur, meskipun mas Kardi orang biasa dan tidak memiliki kekayaan seperti Mas Alex, tapi mas Kardi bisa membahagiakan kebutuhan bathin Ci Melan. Sedangkan Alex, walau pun kaya raya, tapi kurang bisa memenuhi kebutuhan bathin Shela.
Betul saja di dapur ada terjadi hubungan sex. Tapi bukan Mas Kardi dengan istrinya seperti yang diduganya. Justru memek maminya yang tengah dihajar oleh Mas Kardi hingga terbeliak-beliak dan mengucurkan lendir kenikmatan yang sangat banyak.
“Sial!” gerutu Shela sambil menancapkan kunci kunci kontak. Dia menyalakan mesin mobil lalu meluncur menuju minimarket milik mami yang letaknya hanya sejauh 1 kilometer. Tiba di sana, dia masuk lewat pintu rolling door yang baru dibuka setengahnya oleh karyawan cleaning service, lalu menemukan Melanie yang tengah menangis terisak-isak di belakang meja di ruangan kantornya yang juga sekaligus gudang persediaan barang.
“Dia menangis sedih karena pasti sudah tau, suaminya dan mami berselingkuh.” Kata Shela dalam hatinya menduga. Tapi dia pura-pura tidak peduli. Dia menyapa Melanie yang terlihat agak terkejut.
“Kamu mau ngapain ke sini?” kata Melanie sambil menyusut air matanya.
“Cuma mampir sebentar, masa enggak boleh? Eh, cici kenapa kamu nangis?”
Ditanya begitu, Melanie yang sudah berhenti menangis, mendadak menangis lagi, Kali ini malah lebih keras. Setelah beberapa saat, Melanie kemudian menceritakan bahwa dia, setelah diperiksa dokter kemarin, harus dioperasi lagi. Kali ini operasi pembersihan kista dan pengangkatan rahim. Kalau tidak dioperasi dan dibuang, nyawanya bisa terancam bahaya. Namun dampak dari operasi akan membuatnya mandul dan menjadi frigid.
“Mami sama mas Kardi sudah tau?” tanya Shela.
“Belum, La. Aku belum memberitahu mereka.”
“Kenapa?”
“Aku gak mau mami dan ayang ikut sedih.”
“Terus, kapan cici dioperasinya?”
“Besok lusa. Selama operasi, aku akan bilang sama Mami dan Ayang, mau nginep di rumah kamu selama 3 hari. Kamu bantu cici ya merahasiakan ini semua. Jangan sampai mereka tau.”
Shela terdiam sebentar.
“Lala pasti bantu cici. Jangankan cuma berbohong, biaya operasi juga biar Lala yang tanggung.”
“Makasih ya, La, cici berutang banyak sama kamu.”
“Enggak usah dipikirin, Ci. Kalau mau pergi ke rumah sakit, telpon ya, biar sama Lala bisa dijemput.”
“I ya, nanti aku telpon.”
“Ci, Lala pamit ya, ke sini cuma mampir sebentar. Cepet sembuh ya Ci.”
“Makasih La.”
Shela ke luar dari minimarket itu dengan seribu satu rencana di otaknya.
“Berarti Ci Melan belum tau kalau mas Kardi sama mami berselingkuh…. Hemmm… aku jadi punya ide… he he he…”
Shela menyetir mobil sambil bersiul gembira.
***
Sejak Melanie dan Kardi pacaran, sebenarnya Lala secara diam-diam jatuh hati pada cowok itu. Kardi orangnya kalem dan penyayang walau berasal dari keluarga pas-pasan. Kardi memiliki tubuh jangkung khas peranakan india-arab-sunda. Jakunnya agak menonjol dan rambutnya bergelombang. Saat itu sendiri Shela sudah berpacaran dengan Alex, anak seorang konglomerat dari hasil perselingkuhannya dengan sekretarisnya. Walau pun cuma anak hasil selingkuhan, namun Aex memiliki berbagai fasilitas bantuan dan akses menjadi pengusaha yang cukup sukses dari bapaknya. Selain kaya, Alex juga tampan. Mirip artis korea. Sayangnya dia seorang pesolek seperti seorang perempuan dan tubuhnya agak pendek. Diakui atau tidak, Shela mencintai Alex karena ketampanannya dan juga kekayaannya.
Selama berpacaran dengan Alex, Shela telah melakukan hubungan intim dengannya beberapa kali. Mereka melakukannya di kantor Alex atau di hotel. Kadang juga di rumahnya. Tergantung situasi dan kondisi. Dan Shela menyukainya. Dia menyukai sex, terutama sex yang bagus yang memuaskannya.
Berbeda dengan Melanie dan Mami, Shela memiliki tubuh kurus tinggi semampai seperti seorang peragawati. Betis dan pahanya panjang serta besarnya hampir sama. Buah dadanya walau tidak besar tapi mancung menonjol. Tapi hal yang paling istimewa dari Shela adalah bentuk pantatnya yang seakan-akan menungging padahal Shela berdiri lurus. Bentuk pantat seperti itu mirip seperti pantat bebek. Apabila berjalan, sepasang buah pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan, membuat semua laki-laki ingin memeluk perutnya dan mengewenya dari belakang. Pasti pas dan nikmat.
Suatu hari, ketika Shela bekerja di toko, Alex menjemputnya dan mengajaknya jalan ke Ancol. Mereka pergi ke sana dan bercinta sambil duduk di pinggir pantai. Satu hal yang disesalkan Shela adalah percintaan itu berlangsung singkat. Paling lama 3 menit. Walau memeknya merasa enak disodok Alex sambil duduk tapi kurang lama dan kurang semangat. Setelah ewean selesai, Alex mengantarnya pulang. Saat tiba di rumah, sperma Alex belum kering benar di celana dalam Shela. Di teras samping, dilihatnya Kardi dan Melan sedang berciuman. Sebelum masuk ke dalam rumah, Shela masuk garasi dan melipir ke arah samping. Dia mengintip bagaimana tangan Kardi yang terampil mempermainkan itil Melan sambil menciumi bibirnya. Namun saat Melan menarik ritsluitng celana Kardi dan menongolkan batang kontolnya yang besar dan tegak dengan glandula seperti ikan lele, secara otomatis dan spontan membuat Shela melotot dan berkata, “wow, kontol mas Kardi gede banget!”
Namun satu hal yang membuat Shela pusing tujuh keliling malam itu adalah saat cicinya naik dengan manja dan duduk di atas paha Mas Kardi dengan kepala kontol pelahan-lahan memasuki liang memeknya lalu menghilang. Mereka kemudian berpelukan dan berciuman selama berjam-jam dalam keadaan ewean. Gerakan-gerakannya pelahan dan lembut penuh perasaan. Tidak rusuh atau terburu-buru. Sampai akhirnya Melanie menjerit kecil sambil memangil kekasihnya, “ayang…ayang… ayaaaaaaaannngggggg!”
“Sialan, cici orgasme.” Kata Shela sambil masuk ke dalam kamarnya, “kapan aku bisa merasakan apa yang telah dirasakan cici?” tanya Shela dalam hatinya sambil tiduran dan mengelus-elus memeknya yang tembem. “Mas Alex tak mungkin bisa bercinta seperti mas Kardi.” Sesal Shela dalam hatinya.
Sejak itu, Shela berfantasi ingin merasakan kontol Kardi masuk ke dalam memeknya. Setelah menikah, fantasi Shela bahkan semakin menjadi-jadi.
***
Minimarket “IMELDA” terletak di pertigaan kawasan padat penduduk. Buka 12 jam sehari. Dari pagi jam 8 hingga malam jam 8 juga. Minimarket itu selalu dijejali pembeli karena harganya yang sangat miring. Orang bisa membeli eceran juga bisa membeli grosiran. Dilayani dengan ramah oleh 5 orang pelayan yang tidak saja cantik tapi juga gesit dan seorang kasir perempuan berusia sekitar 35 tahun yang teliti. 2 orang pegawai pria ditugaskan sebagai pekerja gudang dan seorang Satpam hilir mudik di luar toko mengawasi motor, tukang parkir yang juga sekaligus sebagai petugas cleaning service serta sejumlah pelanggan yang mencurigakan atau mengalami kesulitan.
Omzet minimarket itu paling sepinya sekitar 50 juta rupiah per hari dengan keuntungan bersih sekitar 2,5 juta rupiah per hari setelah dipotong biaya operasional dan biaya pegawai.
Imelda menyadari, semua apa yang dimilikinya saat ini adalah berasal dari keuntungan toko itu, yang dirintis bersama almarhum suaminya sejak 27 tahun yang lalu, ketika mereka menikah dan membuka toko kelontong kecil di pertigaan itu. Selama 22 tahun menikah, Imelda merasa cukup bahagia. Setelah kematian suaminya 5 tahun yang lalu, Imelda merasa hidupnya kosong dan resah. Namun, hal itu berubah ketika dia sedang menungging sambil melihat-lihat majalah porno, mendadak sebuah kontol besar yang gagah dan panjang mengentotnya dari belakang. Memeknya muncrat-muncrat dan puluhan badai orgasme menerjang saraf-saraf di seluruh tubuhnya. Seak saat itu, dia tahu apa yang sebenarnya dia inginkan dalam hidupnya ini. Dia menginginkan kontol menantunya menjadi miliknya. Itu saja.
Itulah yang dipikirkan Imelda saat duduk berdua dengan Melanie. Mereka duduk lesehan di dekat tumpukan kardus mie instan sambil makan siang.
“Tumisnya enak, Mi.” Kata Melanie memuji masakan maminya. Dia makan dengan sangat lahap. “Coba kalau mami masak tiap hari, pasti menunya beragam dan rasanya enak.”
“Itulah yang sedang mami lencanakan.” Kata Imelda dengan tersenyum.
“Maksud mami?”
“Mami akan masak tiap hali, pagi, siang dan sole. Mami akan mengulus lumah dan segala tetek bengeknya… mami akan menyelahkan toko ini untuk kamu kelola dengan sebaik-baiknya… sudah saatnya Mami mundul.”
Melanie terdiam dengan mulut melongo.
“Mami sudah dengal mengenai minimalket online… yang tidak bisa mami pahami. Olang membeli dan membayal melalui hape… bagaimana mungkin? Tapi mami yakin kamu bisa memahaminya. Itu adalah kemajuan jaman yang tak telhindali. Mami tak bisa menyesuaikan dili, tapi kamu bisa.” Kata Mami dengan suara tenang, “kamu halus bekelja kelas untuk memajukan toko ini, soal ulusan lumah dan suami kamu, tak pellu khawatil, mami akan ulus semuanya. Kaldi tidak akan meninggalkanmu walau setiap hali kamu pulang malam.”
“Tapi…”
“Tidak pellu tapi-tapi, mulai saat ini semua ulusan toko kamu yang pegang. Kamu halus beljanji dan belsumpah mati untuk memajukan toko ini hingga sebesal-besalnya dan sehebat-hebatnya.”
Melanie terdiam sebentar, lalu berkata, “Melanie berjanji dan bersumpah, Mi. Melanie akan menyerahkan seluruh tenaga dan hidup Melan demi kemajuan toko ini.”
“Bagus, itu balu anak mami. Nah, sekalang, setelah makan siang, mami akan pulang dan mengulus lumah. Kamu kelja baek-baek ya.”
“I ya, Mi.”
***
Sore mulai gelap ketika Kardi tiba di rumah. Dia disambut mami dengan pelukan dan ciuman mesra yang penuh gairah. Setelah minum teh ginseng dan mandi, Kardi disuruh berbaring telanjang di sofa oleh Mami. Tubuhnya dibaluri minyak zaitun dan dipijat secara lembut. Saat memijit pahanya, Kontol Kardi menegang keras dan mami mengemuti glandula kepala kontolnya sambil jari-jarinya memijit-mijit batang kontol Kardi dengan tehnik pijat yang unik, yang membuat Kardi mengerang-erang tidak keruan karena enak.
“Agkhkghhhh… mami… mami…Kardi tidak kuat… kardi ingin ngecrot…”
Tapi mami seakan tidak mempedulikan apa yang dikatakan menantunya itu. Dia malah mempercepat kocokan mulutnya.
“Arrrggggggkkhhhhhh…. Mamiiiiiiii…. Kardi ngecrot di mulut mami…..”
Srrrrr…. Crot… crot …. Crot…. Srrrrrr… “Arkghhhh… arghkkkhhh…. “
Mami menatap menantunya itu sambil tersenyum. Dia menelan semua sperma yang muncrat di dalam mulut dan menjilati sisa-sisa sperma yang ada di ujung mulut kontol Kardi.
“Kamu suka kan?”
“Suka, Mi.”
“Enak, kan?”
“Enak, Mi.”
“Lebih enak mana, ngeclot di mulut atau ngeclot di dalam memek mami.”
“Dua-duanya enak, Mi. Tapi yang paling enak ngecrot di dalam memek mami sambil memeluk mami dengan erat.”
Mami tersenyum senang.
“Kamu benel-benel cocok sama mami. Mami paling suka kamu ngeclot di dalam memek mami sambil kamu memeluk mami dengan elat.”
“Melan masih di toko, mi?”
“Masih. Mungkin dia pulangnya lalut malam. Kalau mami pengen ewean lagi kamu masih kuat enggak?”
“Ya, kuatlah. Tapi malam ini Kardi mau olahraga dulu. Biasa, Mi, di belakang rumah.”
“Oh ya, mami hampil lupa, kamu selalu olahlaga tiap 2 malam sekali di halaman belakangg lumah.” Kata Mami. “Ya udah, malem ini kita prei dulu. Tapi besok pagi, memek mami diewe lagi ya? Mami paling seneng ewean pagi-pagi, walau cuma sebental, tapi enaknya sehalian.”
“Besok Kardi harus berangkat subuh, Mi. Soalnya ada presentasi di Bogor.”
“Oh, gitu ya.”
“I ya. Maaf ya Mi… besok pulang dari Bogor nanti memek mami yang lezat dan legit ini diewe lagi sama Kardi sampai puas.”
“Ya udah, setelah makan malam, kamu tidul. Bial besok enggak kesiangan.”
“I ya, Mi.” Jawab Kardi sambil tersenyum.
***
Malam itu Melanie pulang pukul setengah satu. Dia membangunkan Mami dan menceritakan rencananya bahwa dia akan dioperasi di rumah sakit. Mami kaget karena Melanie menyembunyikan penyakitnya.
“Kaldi udah dikasih tau belum?”
“Belum, Mi. Soalnya Melan takut dia akan panik dan bersikap berlebihan. Mas Kardi sangat sayang sama Melan, Mi. Melan juga sayang sama dia. Dia sabar dan baik. Mi… selama Melan di rumah sakit, jagain toko sama mas Kardi ya… kasian dia, udah lama banget dia enggak dikasih servis sebagai istri… Melan takut dia selingkuh.”
“Mami janji akan jagain suami kamu bial enggak selingkuh… mami jamin. Kamu halus pelacaya sama jaminan mami ini… mami enggak akan celewetin dia, ngomel-ngomel atau apa aja… mami akan mengalah sama Kaldi… yang penting dia betah dan pulang ke lumah.”
“Terimakasih, Mi.”
“Ya udah, sekalang kamu cepet tidul.”
Melanie mengiyakan dan pergi ke kamarnya untuk tidur.
BERSAMBUNG ….