#part 5
Keesokan harinya, ketika cahaya siang semakin garang menyinari bumi, Shela mendatangi Mami di toko. Shela mengatakan bahwa biaya operasi Melanie sudah dia bayar lunas.
“Belapa biayanya?”
“Sekitar 30 juta, Mi.”
“Besal juga.” Kata Mami, “besok mami ke bank ngambil uang buat ngegantiiin uang kamu.”
“Ga perlu, Mi.”
“Ya, pellu. Soalnya itu kan uang Alex bukan uang kamu.”
“Gapapa, Mi. Mas Alex tau koq biaya operasi Ci Melan dibayarin Shela.”
“Telus?”
“Terus apa, Mi?”
“Telus kamu mau minta balasan apa dali mami? Biasanya kamu kan begitu… kalau udah belbuat kebaikan sama cici atau sama mami biasanya suka ada maunya…”
“Shela cuma pengen satu hal…”
“Apa?”
“Mami pulang sore, lalu masak, beres-beres rumah, lalu pergi ke rumah sakit jagain Cici…”
“Ga bisa, La. Mami halus mengulus Kaldi.”
“Biar mas Kardi Lala yang urus… ehem, ehem!”
“Kenapa pake “ehem, ehem” segala?” tanya Mami dengan wajah sedikit pucat.
Shela tersenyum licik.
“Mami pasti suka mengurus mas Kardi… seperti mas Kardi juga suka mengurus mami… Lala ngerti koq Mi, 5 tahun menjadi janda pasti membuat mami merasa kesepian dan perlu kehangatan… Lala takkan bilang Cici kalau mami sama mas Kardi telah melakukan…”
“Kamu jangan sembalangan nuduh!”
“Lala liat sendiri mami dan mas Kardi di dapur… pasti mami ketagihan… perempuan mana pun akan ketagihan kalau digituin sama Mas Kardi….”
“Lala!”
“Lala cuma minta satu malam, Mi. Lala akan tidur di kamar mami dan pake baju tidur mami, biar dia nyangka dia lagi berhubungan sama mami…”
Mami melongo. Tidak disangka, ternyata Shela mengetahui apa yang dilakukannya dengan Kardi.
“Lala hanya minta, kalau mas Alex nanya atau nelpon, bilangin Lala ikut sama mami jagain Ci Melan…”
“Kalau nanti kamu ketagihan gimana?” tanya mami.
“Mas Alex itu sangat posesif, Mi. Lala tidak akan punya kesempatan selain malam ini.”
Mami terdiam.
“Kamu lupanya tidak pelnah dipuasin sama Alex ya?”
“Dia bukan saja tidak pernah bisa memuaskan Lala, Mi, dia juga tidak akan bisa memberi Lala anak… soalnya… Lala pernah secara diam memeriksakan spermanya… dia mandul, Mi. Tapi dia sangat posesif. Seakan-akan Lala adalah properti milik dia.”
Sekali lagi Mami terdiam. Dia berpikir lama sekali.
“Ya udah kalau kamu begitu… tapi mami ingatkan… kont*l Kaldi panjang dan gede, kamu pasti ketagihan!”
“Makasih, Mi.” Jawab Shela sambil mengecup pipi mami dengan gembira.
“Satu lagi, mami pelgi ke lumah sakit pake mobil kamu.”
“I ya, Mi, tentu saja.”
***
Setelah seharian kerja, otak rasanya buntu. Seperti itulah yang dirasakan Kardi ketika dia tiba di rumah. Malam sudah lama jatuh saat Kardi memasukan motor ke dalam garasi.
“Hem, mami pasti di rumah.” Kata Kardi dalam hatinya saat melihat motor skuter matic 125 cc itu terpakir di pinggir, mepet ke tembok. Sedang mobil MVP mami tidak ada, “pasti dipake, Melan.” Pikir Kardi.
Begitu masuk ke dalam rumah, Kardi langsung pergi ke dapur. Dia terkesima dengan menu makanan yang tersedia di meja. Daging kambing muda panggang, udang dan anggur.
“Wow, mami benar-benar serius minta diewe mem*knya.” Kata Kardi dalam hatinya. kont*lnya langsung ngaceng membayangkan mem*k mami yang gurih dan legit. “Sebelum kuobrak-abrik mem*knya dengan kont*lku, aku akan mengewenya dengan lidahku… biar dia menjerit-jerit nikmat… setelah merasakan orgasme karena liangnya kucoblos-coblos dengan ujung lidahku… barulah aku akan meledakkannya dengan kont*lku… hm… pasti aku akan muncrat dengan sangat nikmat dan menyemburkan pejuhku tanpa sisa, he he he…”
Kardi menghabiskan semua makanan yang ada di meja, setelah itu dia cuci piring dan membuat ramuan minuman yang terdiri dari kopi, ginseng, jahe merah bubuk dan jintan, menyeduhnya dengan air panas. Setelah disaring agar ampasnya bisa dibuang, Kardi kemudian memecahkan dua butir telur bebek dan mencampurkannya dengan seduhan ramuan, setelah itu dia menjerangnya di atas kompor hingga telur bebek itu menjadi setengah mateng.
“Selesai.” Kata Kardi sambil memindahkan ramuan itu ke dalam gelas bir yang tinggi dan menutupnya dengan tutup gelas. Sambil menunggu minuman ramuannya menjadi hangat, Kardi pergi mandi dan menggosok tubuhnya hingga bersih dan harum.
Saat mandi, dia ingin melakukan coli alias masturbasi. Tapi dia segera membatalkannya karena merasa sayang dengan pejuhnya, “lebih baik kusemprotkan di dalam rahim mami.” Katanya.
Setelah selesai mandi, Sukardi bersantai di teras belakang seperti biasa sambil menghabiskan minumannya. Dia menunggu mami turun dari kamarnya. Tapi setelah ditunggu cukup lama, mami tidak juga ke luar kamar.
“Ah, mungkin mami kecapean mengurus rumah.” Kata Sukardi. Dia kemudian naik tangga dan membuka kamar mami. Di sana Mami tengah berbaring dengan wajah tertutup masker. Lampu kamar di langit-langit telah dimatikan digantikan dengan lampu tidur kristal yang remang, teduh dan syahdu, membuat suasana di kamar itu terasa remang namun romantis.
“Mi… mami…”
“Ea…” terdengar jawaban tidak jelas dan sengau.
“Katanya mau ewean.”
“Mau.” Jawab suara itu, juga dengan suara tidak begitu jelas. Kali ini dengan sengau yang makin nyaring.
“Mami mau dijilmek ya?”
“Ea.”
“Sekarang?”
“Ea.”
“Ya, udah, singkapin dong dasternya biar Kardi bisa lihat mem*knya.”
Orang yang dikira mami itu menyingkap gaun tidurnya dan menutup mukanya dengan gaun itu. Sehingga bukan saja paha putihnya yang terbuka tapi juga perutnya dan sepasang toketnya yang mancung tegak bagai bulatan adonan roti, terpampang dengan jelas.
“Mami… kenapa mem*knya makin tembem? Ah, bikin Kardi tambah nafsu… kakinya juga makin indah dan panjang… mem*knya pengen diewe yang lama atau sebentar?”
“Yang lama…”
“Baiklah, Kardi akan mengewe mem*k dengan pengentotan yang lama dan cepat…tapi sebelumnya Kardi akan menciumi seluruh tubuh mami kecuali mukanya yang tertutup masker…”
“Ea… sok atuh cepet.”
Sebelum naik ke atas ranjang, Kardi melepaskan seluruh baju dan celananya. Batang kont*lnya yang besar dan panjang berwarna kuning kecoklatan, mengacung-acung dengan gagahnya. Sementara glandula kepala kont*lnya yang berbentuk mirip sekali dengan bentuk helm jerman terlihat berwarna merah tua. Dari balik gaun tidurnya yang tipis, Shela membuka matanya dan menatap kont*l indah itu dengan penuh harapan akan segera masuk ke dalam liang mem*knya, menusuk-nusuknya pelahan lalu melinggis-linggisnya dengan kekuatan penuh dan cepat serta bertenaga. Baru saja Shela membayangkan hal itu, mem*knya langsung meleleh…
Sementara itu Sukardi menatap dengan sedikit keheranan tubuh mami mertuanya yang agak berbeda. Namun pengaruh ramuan yang diminumnya, membuat kont*lnya menegang keras dan itu mengakibatkan otaknya kurang bekerja dengan baik.
“Mengapa mami semakin lama semakin cantik dan bohay…” pikir Kardi. Dia lalu duduk di antara kedua betisnya yang rapat dengan pahanya. Glandula kepala kont*lnya menusuk pinggiran payudara Shela, yang dikira adalah mami mertuanya.
Shela mengerang sedikit karena kepala kont*l itu terasa hangat dan pinggiran payudaranya yang lembut dan gemoy itu sangat sensitif. mem*knya langsung mengucurkan lagi lendir kenikmatan dan mengucur semakin deras saat mulut Kardi menggerayangi leher, telinga dan toketnya. Bibir-bibir mulut lelaki itu seakan tak berhenti menstimulasi seluruh saraf-saraf Shela dengan kecupan-kecupannya di sekujur tubuhnya. Apalagi ketika sampai di puting dan mulut Kardi mengisapnya dengan lembut, Shela merasakan mem*knya berkedut dan meletupkan orgasmenya yang pertama.
“Akhhhh…” desahnya. Dari balik kain daster yang menutupi wajahnya, Shela tersenyum senang karena merasa sangat nikmat.
Saat jari jemari Kardi menelusuri pahanya dan mengelus-elus belahan mem*knya lalu jari tengah lelaki itu memukul-mukul kelentitnya, Shela mengerang lagi dengan agak keras. Sebuah kedutan yang lebih kencang pada mem*knya tengah meletupkan orgasmenya yang kedua.
Srrrrrr…. Crot! Seluruh tubuh Shela bergetar dengan orgasme keduanya.
“Ouuuuugkhhhh….” Erang Shela.
Kini mem*knya benar-benar merekah. Shela membuka kedua pahanya dengan sangat lebar saat Sukardi mengemut kelentitnya sambil jari-jarinya mencolok-colok liang mem*k yang tak henti mengucurkan lendir. Orgasme demi orgasme meledak-ledak terus pada mem*knya yang membuat kedua tangan Shela mencengkram permukaan sprei ranjang sambil mengangkat pantatnya 15 cm dari atas permukaan ranjang.
Shela mengerang-erang “ah uh oh” tak henti-henti. Suara erangannya menggema ke seluruh ruangan rumah yang sepi. Erangan-erangan itu membuat Sukardi semakin bersemangat mencumbu Shela, hingga binor muda berusia 24 tahun itu tak bisa mendengar dan merasakan apa pun selain suaranya sendiri dan kenikmatan yang mendera tubuhnya sendiri.
Demikian juga dengan Sukardi, dia sangat fokus dengan daging hidup yang tengah disantapnya dengan secara pelahan dan satu per satu untuk menikmati rasanya dengan segenap jiwa dan raganya pada setiap detiknya.
Kini Sukardi merasa bahwa mem*k tembem yang merekah dan banjir lendir cinta itu, sudah siap untuk menerima batang kont*lnya.
“Mami… Kardi akan mengewe mami sekarang, kont*l ini akan Kardi masukan ke dalam liang mem*k mami yang sudah tak sabar…”
“Ea…” jawab suara itu dengan nafas tersengal. Pada saat Kardi menggores-goreskan kepala kont*lnya pada belahan mem*k Shela, mendadak liang mem*k Shela berdenyut keras dan memuntahkan cairan lendir yang sangat kental.
Srrrr….. Ceprot… ceprottttt….
Kardi tersenyum, kini dia tahu bahwa itu bukanlah mem*k punya mami.
***
Imelda sangat bosan. Dia hilir mudik di luar ruang rawat inap kelas satu itu. Operasi berjalan sukses dan kini Melanie tengah tidur lelap di bawah pengaruh obat bius. Pada saat itu, mendadak menantunya datang dan menyapa.
“Mami, gimana operasinya?”
“Bagus, Lex. Sukses.”
“Shela di mana?”
“Oh, dia ada di dalam, lagi nemenin kakaknya.” Kata Mami berbohong.
“Kenapa mami enggak nemenin juga?”
“Enggak boleh. Hanya satu olang pembesuk yang boleh ada di dalam.”
“Oh, ya udah. Bilangin Shela mi kalau saya mampir.” Kata Alex.
“I ya, nanti mami bilangin.”
“Sekarang Alex mau pulang, mi, udah malam.”
“I ya, hati-hati di jalan ya.”
“I ya, Mi.”
Alex kemudian pergi meninggalkan selasar ruang tunggu dengan langkah bergegas. Ketika dia tiba di pengkolan koridor, seorang lelaki tinggi kekar menyapanya dengan sedikit berbisik, “gimana sayang?”
“Aman. Shela akan nungguin kakaknya semalaman… kita bisa bercinta di rooftop rumah aku sambil memandangi bintang-bintang.”
“Oh, betapa sahdunya. Entar aku ngecrot di anal kamu ya.”
“Boleh. Kita bisa gantian koq, setelah kamu ngecrot aku akan mengewe pantat kamu sepuasnya… pokoknya aku wajib ngecrot 3 kali di dalam liang pantat kamu.”
“Oke sayang, ayo sekarang kita cepat-cepat pulang.”
Mereka pun berjalan bergandengan sambil berpelukan dengan sangat mesra, menyusuri koridor rumah sakit yang sepi menuju tempat parkir.
Sementara itu, Sore mulai gelap dan Imelda tak bisa menghentikan pikirannya yang membayangkan bagaimana menantunya akan mencangkuli mem*k anak keduanya Shela dengan bersemangat, membuat Imelda jadi terangsang.
Imelda duduk termenung di kursi selasar yang khusus disediakan untuk para pembesuk. Saat seorang suster lewat, Imelda menanyakan tentang kondisi Melanie.
“Dia baik-baik saja. Dia lagi tidur… ibu bisa santai. Bahkan pulang juga boleh.”
“Dia enggak pellu ditungguin, seus?”
“Tidak perlu. Dia tidak akan bangun sampai besok pagi.”
“Oh ya udah, kalau begitu saya akan pulang dulu.”
“Silakan, bu.” Kata Suster itu dengan ramah.
***
Mami cepat melangkah menuju tempat parkir yang sepi. Sore yang remang telah berubah menjadi gelap saat dia tiba di sudut tempat parkir. Diterangi cahaya penerangan yang minim, Imleda melihat Alex tengah berdiri bersandar pada mobil SUV warna hitamnya. Di depannya seorang lelaki berambut cepak yang berotot, mengenakan kaos lengan buntung tengah berlutut sambil menarik ristluiting celana Alex, dan mengeluarkan kont*lnya yang tertutup kulup dalam keadaan setengah tegang.
Imelda tercengang. Dia mengeluarkan HP-nya dan merekam kejadian itu secara diam-diam dari jarak sekitar 10 meter. Walau gambar video yang diambilnya tidak begitu bagus, tapi itu cukup untuk menjelaskan apa yang tengah terjadi di sana.
Lelaki gagah yang berotot itu dengan sangat cekatan mengisap kont*l Alex yang berukuran rata-rata sampai kont*l Alex benar-benar tegang sambil menurunkan celana trainingnya. Setelah itu, lelaki itu membelakangi Alex dan memberikan liang pantatnya untuk diewe oleh Alex.
Alex mengentot lelaki itu yang menikmatinya dengan penuh perasaan sambil mengocok kont*lnya sendiri. Setelah kira-kira berlangsung 4 menit, lelaki itu memuncratkan pejuhnya dan Alex pun sama sambil memeluk dada bidang lelaki itu.
“Akhhhh…. Segerrrrrrr….” Kata Alex. Sekilas Imelda bisa melihat bagaimana kont*l Alex pelahan ke luar dari liang pantat lelaki itu yang berlumuran pejuh.
“Pantesan si Lala pengen diewe sama Kaldi… lupanya Alex suka sama laki-laki… tapi kelihatannya Alex lebih suka liang pantat laki-laki dalipada mem*k pelempuan…. Kasian sekali Lala… punya suami ganteng dan kaya tapi lebih cendelung gay.”
Imelda kemudian mematikan rekaman videonya dan menyimpannya di folder yang diproteksi. Setelah menunggu Alex dan kekasih prianya pergi, barulah Imelda melangkah menuju mobil sedan milik Shela. Menaikinya dan melajukannya untuk pulang. Dia berharap Kardi sudah selesai mengentot Shela. Siapa tahu Kardi masih kuat dan mau mengentot mem*knya yang ketagihan kont*l menantunya.
Tiba di rumahnya, Imelda secara hati-hati memasukan mobil ke dalam garasi. Dia tak menemui kesulitan karena selalu membawa kunci cadangan. Dia lalu mengendap-endap menuju lantai 2 di mana kamarnya berada. Begitu dekat dengan kamarnya, terdengar erangan sengau Shela. Imel mendekati pintu yang ternyata tidak dikunci. Dia mengintip bagaimana Sukardi sang menantu tengah mengemut itil Shela.
Imelda jadi terangsang. Mendadak Imelda memiliki sebuah gagasan. Dia segera melepaskan celana panjangnya dan celana dalamnya. Mengoles-oles mem*knya sambil menatap bagaimana kont*l Kardi masuk ke dalam liang mem*k Shela secara pelahan-lahan.
Imelda mendesir. mem*knya merekah saat melihat bagaimana kont*l itu memompa mem*k Shela dengan kecepatan stabil dan berirama. Suara lenguhan Shela meraung-raung berkumandang ke seluruh ruangan. Pompaan yang dilakukan kont*l itu sungguh dahsyat. Membuat lendir kenikmatan dari mem*k Shela memancar di sela-sela liang mem*knya yang tersumbat batang kont*l Kardi.
Saat Kardi mempercepat pompaan kont*lnya, Shela menjerit-jerit seperti orang kesurupan.
“Ahhhh… ahhhh… ahhhh…. Aahhhhhkkkk…. Aku tak tahan lagi…. Aku tak tahan lagi…akuuuu… oooooooo…… aaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk!!!”
Diringi jeritan kenikmatan terakhir yang membahana, Shela melepaskan puncak orgasmenya dan menyemburkan lendir cinta berwarna putih yang sangat kental seperti odol. Pada saat itu mendadak Imelda masuk ke dalam kamar. Kardi menoleh, “eh, mami.”
“Sekalang gililan mem*k mami, Kal. Ayo ewe.” Kata Mami sambil menarik tangan Kardi agar menjauh dari tubuh Shela dan melepaskan kont*lnya dari dalam liang mem*k Shela. “Kamu masih kuat kan?”
“Masih, Mi.”
“Sekalang, Kal.” Kata Mami sambil tiarap di atas ranjang namun kedua kakinya tetap di lantai. Mami menungging dengan paha terbuka lebar. Kardi turun dari ranjang dan menempatkan dirinya di tengah-tengah paha dan betis mami. Tanpa ragu Kardi langsung menancapkan kont*lnya yang berlumuran lendir kenikmatan Shela ke dalam liang mem*k Mami. Dia langsung melinggis mem*k mami dan menggenjotnya dengan keras.
Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok….
“Ahkh… mami ke lual Kal…”
BERSAMBUNG …