#PART 6
Tapi Kardi tak mau mendengar kata-kata Mami. Dia terus mengewe mem*k mami sekan-akan tanpa henti.
Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok….
Shela yang tengah melayang-layang di langit ke tujuh melihat Mami tengah diewe dengan keras oleh mas Kardi. Tapi Shela sendiri tidak begiut peduli. Dia sudah merasa puas dan mem*knya terasa kenyang sekarang. Sebelum akhirnya Shela pingsan oleh rasa nikmat yang luar biasa, telinga sempat mendengar mami menjerit.
“Kaaallll… Mami ke luallll lagiiii…oooooohhhhhh….Kallllll….”
“Mamiiiiii Kardi juga sudah enggak kuat mau meledak.”
“Ngeclot di dalam mem*k mami Kal… ayo…”
“Arrrrrrgkhhhhkghhhh…. Mamiiiiii…. Kardi keluarrrrrhhhhh….. Argggkhhhhhhh…. “
Tiga menit kemudian, Kardi, mami dan Shela terbaring bersamaan di ranjang dalam keadaan tertidur dengan sangat lelap.
Shela terbangun oleh ranjang yang bergetar hebat. Dia mengira ada gempa. Tapi ketika membuka matanya, dilihatnya mami tengah menaiki mas Kardi dengan pantat memantul-mantul. Batang kont*l Kardi yang besar, panjang dan kuat itu ke luar masuk ke dalam liang mem*k mami.
“Akhhh… kal… mami mau ke lual….” Kata mami sambil mempercepat ulekan gaya cowgirlnya. “Oaaaaakkghhhhhhh…. Oagkhhhh….” Mami menjerit saat dia mencapak puncak orgasmenya. Lalu tubuhnya terguling ke sisi Kardi.
Shela cepat bangkit. mem*knya ternyata sudah basah melihat pemandangan itu.
“Mas Kardi… maaf merepotkan, Lala juga minta ngewe sebentar ya….” Kata Shela sambil berdiri lalu mengangkangi tubuh Sukardi lalu turun dan berdiri dengan menggunakan lututnya.
“Boleh, La. Silakan mungpung kont*lnya masih tegang.”
“Maaf ya mas…. Agkhhhhhh…. Enak bener dimasukin kont*l yang gede, panjang dan kokoh ini.” Kata Shela sambil mendorong pantatnya turun. Dia melakukan itu setelah tangannya membimbing glandula kont*l Kardi mencelup ke dalam liang mem*knya.
“Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah…. Aaaaaahhhhhhhh…….” Erang Shela sambil terus mengulek kont*l kakak iparnya ini.
“Mas Kardi… Shela mau ke luar…”
“Aku juga La… boleh dikeluarin di dalem?”
“Boleh mas… yuk kita keluar sama-sama.”
“Ayok.”
“Huf.”
“Heup.”
Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot…
Ceprot… ceprot… ceprot….
ARRRGGGGKHHHHHHH…..
***
Selama 3 hari Melanie dirawat di rumah sakit paska operasi, Mami dan Lala secara rutin menengoknya secara bersamaan pada jam besuk pagi dan sore. Sukardi sendiri saat mengetahui istrinya dioperasi dia merasa sangat sedih. Dia bersikeras akan menjagainya siang dan malam. Namun Melanie bersikeras agar Sukardi bekerja seperti biasa. Pada hari terakhir ketika Melanie akan pulang, Sukardi menemui dokter yang menangani Melanie. Kata dokter, Melanie akan sembuh dan sehat seperti sedia kala. Namun karena rahimnya sudah diangkat, kemungkinan besar nafsu sex Melanie akan turun drastis dan menjadi “firigid” alias dingin. Melani juga tidak akan bisa hamil.
Setelah pulang ke rumah, Melanie dan Sukardi mendiskusikan masalah tersebut dengan kepala dingin dan terbuka. Saat berbincang dalam diskusi yang penuh dengan perasaan dan emosi itu, tak henti-hentinya Melanie menangis. Bagaimana dia mengungkapkan ketakutannya jika suatu saat perasaan Sukardi menjadi jauh dan kemudian dia akan pergi meninggalkan Melanie.
Saat itu Sukardi bersumpah tidak akan meninggalkan Melanie, apalagi menceraikannya. Dia mencintai Melanie dengan segenap jiwa dan raganya. Hanya maut yang bisa memisahkan mereka.
Pada saat perbincangan serius itu berlangsung, Mami datang menimbrung dan ikut meyakinkan Melanie bahwa Sukardi takkan selingkuh apalagi pergi dengan perempuan lain.
“Kan mami udah bilang, kamu ulus toko, bial lumah dan suami kamu mami yang ulus.”
“Bagaimana mami bisa mengurus ayang?” tanya Melani dengan tak percaya, “dia itu laki-laki, Mi, dia punya kebutuhan dengan perempuan. Bukan sekedar kebutuhan makan dan minum.”
“Pokoknya itu juga akan diulus, mami juga kan pelempuan, ya kan?”
“Maksud mami?”
Mami terdiam. Wajahnya memerah karena jengah.
“Pokoknya beles, kamu enggak usah kuatil.” Kata Mami lagi dengan tegas.
***
Hari-hari berlalu dengan cepat. Melanie sibuk mengurus toko dari pagi hingga larut malam. Tak terasa 3 bulan telah lewat terhitung sejak Melanie dioperasi. Dia didatangi Shela di toko. Perut Shela terlihat menyendul walau dia mengenakan baju terusan yang seksi.
“Kamu hamil ya La?” Tanya Melanie.
“I ya, Ci.”
“Berapa bulan?”
“Mungkin sekitar 3 bulan.” Kata Shela dengan wajah berbinar, “Ci, kamu ngizinin enggak kalau selama kehamilanku ini aku minta mami untuk tinggal sama aku.”
“Boleh, gapapa. Tapi gimana ayang? Apa dia juga ngizinin?”
“Mas Kardi ngizinin. Soalnya dia juga tinggal sama kita. Kan rumah mami mau direnovasi biar lebih nyaman.”
“Dia tinggal sama kalian? Terus Alex gimana? Apa dia gak keberatan?”
“Oh, dia sekarang tinggal di Singapura, ngurus perusahaan papinya. Cici sendiri gimana?”
“Aku sih oke-oke aja. Selama renovasi rumah belum selesai, aku bisa tinggal di sini. Aku enggak keberatan.”
“Makasih ya Ci.”
“I ya sama-sama.”
***
Shela meninggalkan minimarket dan masuk ke dalam mobil sedannya, yang ternyata di dalamnya ada mami lagi duduk.
“Dia ngizinin?”
“Ngizinin.” Jawab Shela sambil tersenyum.
“Syukullah.” Kata Mami sambil menelpon seseorang, “Kal, udah di lumah?”
“Baru sampai, Mi.” Jawab suara di sebrang telpon.
“Kaldi balu pulang.” Kata Mami sambil tersenyum. “Kamu pengen enggak La?”
“Iihh, mami ini. Ya pengenlah.”
“Mami udah bilang kamu pasti ketagihan.”
“Makasih Mi udah mau berbagi… Alex sangat senang waktu aku hamil.”
“Mami yakin anak dalam pelutmu itu bukan anak Alex.”
“Dia enggak peduli. Dia menikahi aku ternyata tujuannya hanya untuk status sosial saja… aku juga enggak peduli setelah kita bisa berbagi Mas Kardi… bagiku yang penting adalah menguras duit Alex dan secara diam-diam membuat perusahaan baru dengan Mas Kardi. Mami tau, mas Alex itu sebenarnya gay. Atau lebih tepat bisex. Di awal pacaran dulu dan pada awal pernikahan, kita masih sering berhubungan intim… tapi lama kelamaan dia lebih suka dengan laki-laki.”
“Eh, kita sudah sampai lumah.” Kata Mami. Ketika mami turun dari mobil, terlihat perut Mami menyendul. Oh, rupanya Mami juga hamil.
***
Kardi sedang duduk di sofa melepaskan sepatunya saat Mami dan Shela masuk rumah. Mereka kemudian duduk di sisi kiri dan kanan Kardi sambil memeluk dan merayu Kardi dari sebelah kiri dan kanan. Kardi bergantian menciumi mereka dan senang ketika melihat perut Shela yang menyendul. Shela mengangkat bajunya hingga ke pundak sehingga perut dan mem*knya terlihat jelas. Kardi menciumi perutnya yang putih dan mengelusnya dengan lembut. Namun Shela mendorong kepala Kardi ke bawah, ke arah mem*knya.
Sejak awal Shela memang tidak mengenakan celana dalam.
Dari sisi kiri mami menciumi telinga Kardi sambil mencoba melepaskan ikat pinggang menantunya. Setelah lepas, dia membuka kancing dan ritsluitingnya, lalu menarik celana pantalon Kardi dengan mulus melewati betisnya, lalu melemparkannya ke ujung sofa yang lain. Mami kemudian berdiri, melepaskan celana panjangnya sekaligus celana dalamnya. Dia berjongkok untuk menarik celana dalam Kardi untuk menemukan sebatang kont*l idaman yang tengah meringkuk di pahanya.
Kardi mengemuti itil Shela sementara mami mengemuti kont*l Kardi. Hanya sebentar batang kont*l itu langsung mengeras. Shela segera melepaskan diri dari Kardi dan membalikkan badannya sehingga punggungnya kini diciumi Kardi. Shela duduk di atas kedua paha Kardi dengan mem*k yang sudah mekar.
“Mi, tolong masukin kont*lnya.” Pinta Shela kepada mami yang masih asyik mengemuti kont*l Kardi dengan nikmat.
“I ya.” Kata Mami. Dia lalu meraih batang kont*l Kardi dan memukul-mukul itil Shela dengan menggunakan kepala kont*l Kardi.
“Aakhhh… mami… jangan nakal… masukin…”
Mami tersenyum melihat mem*k Shela yang megap-megap. Dia lalu mencelupkan kepala kont*l Kardi ke dalam liang mem*k yang menganga itu lalu menariknya ke luar.
“Mamiiii…” protes Shela. “Masukinnnn.”
Mami tertawa kecil dan mempermainkan Shela dengan mencelupkan dan mengeluarkan kepala kont*l Kardi dari liang mem*k anaknya itu. Rupanya Mami sangat senang mendengarkan “plop” yang tercipta saat glandula kepala kont*l Kardi ditarik keluar setelah dicelupkan ke dalam liang mem*k Shela.
Untunglah saat itu tangan Kardi segera meraih mem*k mami melalui pantatnya. Mengelus-elusnya sehingga mami mengerang keenakan dan membiarkan tangan Shela menebah tangannya untuk meraih batang kont*l Kardi dan mencelupkan kepala kont*lnya hingga masuk ke dalam liang mem*knya.
“Nah… ini… baru enak… akhhhh….”
Karena batang kont*lnya sudah masuk ke dalam liang mem*k Shela, Kardi terpaksa melepaskan permainan jari-jarinya di mem*k Mami. Kedua tangannya menyangga buah pantat Shela dan membantu Bumil muda itu untuk memantul-mantul naik turun.
“Akh… akh… akh… akh… mas Kardi… terus mas… terusss…”
Mami merasa sedikit keki. Lagi enak-enak itilnya dimainin tiba-tiba saja jari-jemari itu pergi meninggalkan mem*knya. Dia kemudian berdiri dan pergi ke kursi sofa kecil di depan Kardi dan menungging. Liang mem*knya terlihat menganga marah dan minta juga diewe.
Kardi menatap mami yang sedang menungging dengan perutnya yang agak buncit. Dia teringat ketika pertama kali mengewe mami, posisinya seperti itu.
“Ah, mem*k mami selalu menggoda.” Kata Kardi dalam hatinya. Dia mempercepat genjotan kont*lnya ke dalam mem*k Shela yang menghasilkan erangan kenikmatan adik iparnya.
“Akhhhh…. Aku ke luarrrrhhhh….” Kata Shela dengan suara lega. Kardi buru-buru melepaskan tubuh Shela dari pangkuannya dan memburu mami yang sedang menungging dengan kont*l terhunus. Dia melinggis mem*k itu dari belakang dan menggowesnya dengan kecepatan penuh.
Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….
Shela terpana melihat bagaimana mem*k mami terbeliak-beliak diewe batang kont*l yang besar, panjang dan kuat itu.
“Akhhh… kaldi… telus… telus…akhhhh…. Akhhhh… akhhh… telusssss… mami mau ke lual sebental lagi… telus kal…. Ooooooooooooooookkkkkkkkk…… aaaaaaaaaaaakhhhhhhh…”
Shela melihat lendir kenikmatan muncrat dari liang mem*k mami. Tadinya dia sudah merasa cukup puas diewe Kardi sambil duduk, tapi kini mem*knya mekar lagi dan iri ingin diewe juga dengan gaya doggy seperti mami.
Shela lalu menungging dengan kedua tangan membeliakkan bibir-bibir mem*knya yang tebal sehingga liang mem*knya empot-empotan.
“Mas Kardi… ayo masuk ke mari…” kata Shela.
Sukardi tadinya akan memuncratkan pejuhnya di dalam mem*k mami, namun ketika melihat Shela menungging dan membeliakan liang mem*knya dengan kedua jarinya, dia pun melepaskan kont*l dari mem*k mami dan melangkah mendekati mem*k Shela untuk menusuk-nusuknya dari belakang dengan kecepatan yang sama ketika dia mengewe mem*k mami.
Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….
“Aaaaaagkkkkghhhhhhh…. Ooooooooooggggggkhhhhhhh…. Mas kardi…. Lala akan ke luar lagi…. Terus massssss…. Terussssss sodokkk dari belakang…..”
Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….
“Aaaaaakggghhhhh…. Mas Kardi… Lala ke luarrrrrhhhh…. Lagiiii…”
“Aku juga mau ke luar, udah enggak tahan.”
“I ya, mas, muncratin pejuhnya di dalam mem*k Shela….”
“Heup!” Kardi menghujamkan kont*lnya hingga masuk seluruhnya ke dalam liang mem*k Shela. Lalu dia menggeram dengan keras, “aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. Aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. Aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. “
Setelah pejuhnya ke luar semua, Kardi mencabut kont*lnya dari liang mem*k Shela dan duduk di sofa dengan lunglai.
“Ah, capenya.” Kata dia dengan suara lega. Pada saat itu, mendadak saja di ambang pintu berdiri Melanie. Dia telah melihat semuanya dengan mata dan kepalanya sendiri.
Melani tercengang. Dia tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya.
“Ternyata kalian…. Selama ini….” Dia kemudian membalikkan badan dan berlari meninggalkan rumah. Dia melintasi halaman, melewati pintu gerbang dan masuk ke dalam mobilnya. Menyalakan mesin lalu melaju dengan cepat, meninggalkan 3 orang yang baru saja menikmati ewean dalam keadaan membisu dengan saling melempar pandang.
Setelah makan malam yang diam penuh keheningan bersama Mami dan Shela, Kradi membuat ramuan minuman untuk mengembalikan vitalitasnya. Dia merenung di teras belakang ditemani mami dan Shela. Namun mereka saling terdiam tanpa sepatah kata pun. Entah apa yang dirasakan oleh Mami dan Shela, namun yang jelas Kardi merasa bersalah.
Setelah berdiam diri selama hampir setengah jam, tiba-tiba Kardi berdiri dan berkata, “aku harus menemui Melan.” Katanya dengan sungguh-sungguh, “aku akan meminta maaf.”
Mami menatap Kardi dengan tatapan sedih. Demikian juga Shela.
“Sehalusnya sejak awal kita musti beltelus telang.” Kata Mami.
“Cici mungkin saat ini sedang marah dan kita pasti dibencinya.”
“Sudahlah, semua sudah terjadi. Aku akan menanggung segala resikonya, apa pun yang terjadi.” Kata Kardi sambil mengambil jaket dan kunci motor. Dia segera pergi ke garasi dan mengeluarkan motornya. Lalu pergi.
“Mungkin kita akan kehilangan kont*l yang selama ini selalu memberi kepuasan kepada kita.” Kata Shela dengan suara seperti berbisik.
“Mungkin.” Jawab Mami lirih.
Kardi memasuki toko melalui jalan belakang yang berupa gang kecil yang hanya masuk satu motor. Begitu mengetuk pintu, Kardi tidak menyangka jika Melan langsung membukakan pintu.
“Masukin motornya ke dalam!” perintah Melanie dengan suara tegas. Kardi pun menurut. Begitu dia di dalam, Melan langsung memeluk dan menciuminya dengan penuh nafsu. Dia menelanjangi dirinya sendiri dan mempreteli pakaian Kardi dengan kasar.
“Aku cemburu!” katanya sambil mengelus-elus batang kont*l Kardi yang langsung menegang, “aku cemburu dan terangsang melihat ayang mengewe Mami dan Shela.” Katanya lagi sambil membentot kont*l Kardi dan menempelkannya ke liang mem*knya, “ewelah melan sekarang ayang… ewelah seperti ayang mengentot mereka.”
“Me… melan….”
“Masukin kont*lnya!” kata Melan setengah berteriak. Kardi menuruti perintahnya tapi liang mem*k Melanie terasa kering dan dingin.
BERSAMBUNG ….