Skip to content

Part 11b : Di Tempat Karoke

Setelah melihat foto-foto di forum itu, aku segera telp pacarku. Bermaksud untuk video call sex menuntaskan yang belum tuntas. Sampai 3x aku telp, dia ga ngangkat. Bete

Aku lalu telp Si Bitchy Shery.

“Halo….Billy Sayang….” Katanya menggoda.

“Lu bareng Marscha ga? Gw telp dari tadi ga diangkat”

“Hmmmm…gw mau jujur atau gmn ini?”

“Ya jujurlah…”

“Lagi jalan sama chem-chemannya tadi..”

“Ringgo?”

“Iyalah….”

Hatiku emosi. Aku langsug tutup telpon, dan tak aku hiraukan Sherry yang telpon balik berkali-kali. Untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatifku, aku lalu main game, dengan HP aku silent. Entah berapa lama aku bermain, mungkin sekitar 2 jam, dan aku lalu cek HP dan dikejutkan oleh sebuah pesan yang masuk. Kubaca itu dari Dido, salah satu sahabatku dari SMA yang bekerja di sebuah tempat karaoke keluarga. Seharusnya di jam ini dia sedang bekerja, kenapa tiba2 mengirimiku pesan?

A: “Kenapa, Bro?”

D: “Bro, gw kirim foto bentar yak, ini pacar lo bukan?”

Aku tertegun. Saat itulah sebuah file foto masuk, dan ternyata memperlihatkan foto candid seorang wanita yang sedang berada di ruang tunggu bersama seorang pria. Hatiku mendidih, karena wanita itu benar adalah Marsha, sementara salah satu pria itu kukenali sebagai Ringgo. Oh ya, karena Dido ini teman SMA-ku dan beda kampus, maka Marsha sama sekali belum pernah bertemu dengannya (hanya pernah dengar namanya saja), tapi Dido ini pernah beberapa kali kuperlihatkan foto Marsha, sehingga dia tahu betul siapa itu Marsha.

A: “Gila, di mana itu, Bro!”

D: “Di tempat kerja gw, baru aja masuk ruangan mereka. Tapi bener itu si Marsha cwe lo?”

A: “Bener, Bro. Itu si Marsha”

D: “Wah, nggak bener nih. Mau gw tindak aja sekarang apa gimana?”

A: “Tunggu, jangan dulu. Jangan diapa2in, biarin aja mereka”

D: “Serius lo, Bro?”

A: “Iya, soal tindak menindak biar itu urusan gw. Saat ini gw lagi di luar kota nih”

D: “Udah panas gw, Bro. Gak rela gw lo dipermainin macem gini”

A: “Sabar, Bro. Ada saatnya ntar. Soal Marsha biar gw yg ngurus”

D: “Oke, trs gw kudu ngapain nih sekarang?”

A: “Lo bisa mantau mereka? Ama dokumentasi gt?”

D: “Bisa aja sih, ntar gw minta tekel ruangan mereka”

A: “Tengkyu, Bro. Tolong ya, gw perlu bukti buat ntar langsung ngadepin si Marsha”

D: “Siip, tenang aja, Bro. Ntar gw ceritain n dokumentasiin”

A: “Tengkyu ya Bro, ntar gw bales deh”

D: “Santai aja lagi, Bro. Gw udah banyak lo bantu, jadi saatnya gw ngebantu lo juga”

Aku diam, dan tiba2 aku sudah tidak mengantuk lagi. Pikiranku langsung melayang ke yang dilakukan oleh Marsha dan juga Ringgo.

Oh ya, sekadar info, saat itu Marsha mengenakan baby doll warna pink dengan tali pundak yang kecil, dan entah apakah memakai bawahan lagi atau tidak. Pastinya saat duduk itu pahanya benar2 tersingkap sempurna. Kemudian beberapa kali hapeku berbunyi.

D: “Mereka pesen alkohol Bro”

D: “Oke, itu ruangan gw yang handel, mereka kayaknya cuman berdua doang, tapi gw gak bisa masuk gt aja. Ntar deh coba gw colongin”

D: “Gw kirimin foto nih, tapi lo sabar ya Bro”

Beberapa saat kemudian Dido mengirim beberapa file foto. Dia sepertinya memotret dari luar dengan zoom saat pintunya tidak tertutup sempurna. Pada sebuah foto, aku bisa melihat Ringgo duduk mepet sambil merangkul Marsha. Mereka tampak seperti sedang bernyanyi bersama. Ruangan itu sendiri gelap dengan hanya cahaya dari TV yang menyinari.

Kemudian foto berikutnya membuat darahku semakin mendidih. Betapa tidak, posisinya hampir sama, tapi kali ini tali pundak baby doll Marsha di bagian kiri sudah lepas ke lengan, dan sedikit banyak memperlihatkan sebagian besar boobs-nya yang jelas tidak memakai beha sama sekali. Puncaknya adalah foto terakhir, karena di situ terlihat tangan kiri Ringgo yang sedang merangkul Marsha juga meremas dada sebelah kirinya.

D: “Sebentar, Bro. Pintunya ditutup, kayaknya udah pada nyadar kalau kebuka”

Agak lama, Dido kembali mengirim kabar.

D: “Gw tadi masuk ke ruangan, soalnya mereka pesen snack ama minuman tambahan gt. Gila, tu cwo celananya udah nggak diretsletingin, dan baju cwe lo udah melorot, dia megangin di dadanya pas gw masuk, tapi udah pasti gk pake beha tu.”

D: “Sorry ya Bro, tapi gw horny jg liat cwe lo gitu”

A: “Gpp, Bro. Normal tandanya. Artinya lu ga homo. Mereka terus ngapain?”

D: “Ya kayak agak mabok gt, Bro. Tahu deh abis ngapain. Tapi ya gw masuk mungkin pada berhenti dulu.”

A: “Oke, kabarin terus ya Bro”

D: “Siap, Bro! Oh ya, minta izin boleh?”

A: “Izin apaan?”

D: “Gw boleh coli bayangin cwe lo gak? Hehehe”

A: “Dasar mesum lo! Tugas dulu tunaikan, Bro!”

D: “Ahsiyaaaap!”

Pikiranku semakin melayang ke mana-mana, entah apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Tapi sekaligus aku merasa horny membayangkan pria itu mengerjai pacarku yang cantik jelita itu. Arrgh, pusing jadinya.

Waktu berjalan amat lama, dan Dido kemudian memberi update kembali.

D: “Bro, mereka udah selesai akhirnya. Kayaknya sih pada pengen balik. Tadi pas bayar gw denger cwe lo minta dianterin balik.”

A: “Trs dari tadi ngapain aja?”

D: “Bro. Gw cerita tapi lo jangan marah ya? Gw sorry banget nih”

A: “Emang kenapa Bro?”

D: “Janji dulu jangan marah, gw sorry banget, sorry-sorry-sorry banget”

A: “Udah, cerita aja, gak bakal marah gw”

D: “Jadi gini, gw kan iseng masangin bluetooth ke pen-cam, maksudnya biar kalau pas dipanggil masuk lagi bisa ada dokumentasi gt. Kan susah kalau motret pakai hp.”

A: “Trus?”

D: “Lo lihat aja deh”

Agak lama, dan akhirnya muncullah sebuah file video yang ukurannya agak gede. Sepertinya Dido kembali dipanggil ke dalam ruang karaoke itu oleh Rendy.

R: “Masuk, Mas, sini”

D: “Ada apa ya, Mas? Mau pesan snack atau minuman lagi?”

R: “Nggak, Mas, cuman mau minta tolong aja”

D: “Minta tolong apa ya?”

R: “Masuk dulu lah Mas, santai aja. tutupin pintunya”

R: “Sebelumnya kenalin dulu nih, Mas. Mas namanya siapa?”

D: “Dido, Mas”

R: “Oke, Mas Dido, saya Ringgo, dan ini pacar saya, Marsha”

Kampret! Berani2nya dia mengaku sebagai pacarnya Marsha! Kulihat Marsha sudah agak tipsy, dan bajunya sudah kusut berantakan, begitu pula rambutnya. Terlihat bahwa Marsha memakai celana senam leotard untuk menutupi bawahnya, namun dari kerutan2nya yang tidak rapi sepertinya celana itu baru dibenahi dengan terburu2.

R: “Jadi gini nih, kita mau minta tolong ama masnya. Kami tadi kan taruhan nih, siapa yang nilainya paling rendah pas karaoke bakal dapat hukuman. Dan ternyata, pacar saya ini kalah, Mas. Hukumannya apa, Beb?”

M: “Saya harus oralin Mas Dido ampe keluar”

Aku benar2 terkejut, begitu pula dengan Dido.

D: “Waduh, Mas, saya nggak berani saya”

R: Tenang saja. Lagian dari sejak masuk saya lihat mas sudah lirik-lirik pacar saya. Bahkan saya tahu mas curi-curi foto tadi.

D: “Maa…maaf mas…maaf…”

R: “Udah, nggak apa2 Mas, tenang saja.”

D: “Waduh, yang lain aja deh Mas, minta tolongnya?”

R: “Kenapa, Mas? Pacar saya kurang cantik ya, apa kurang seksi?”

D: “Bukan gitu, Mas, gimana ya…”

R: “Coba, Beb, kamu berdiri di depan masnya”

Marsha dengan menurut berdiri di depan Dido. Lalu dengan kurang ajarnya, Ringgo menarik baby doll Marsha hingga melorot ke perut, sehingga terlihatlah kedua dada Marsha. Marsha berusaha menutupinya, namun Ringgo segera menahan tangan Marsha.

R: “Beby, coba dong, Mas-nya digoda. Mungkin kalau kamu yang minta masnya mau”

M: “I-Iya… Marsha seksi kan Mas?”

D: “I-Iya, Mbak, seksi.. Eh…”

R: “Coba masnya disuruh pegang susumu, Beb. Biar ngerasain gimana susumu”

Dengan enggan, Marsha pun mengambil tangan Dido dan mengarahkan ke dadanya. Walau aku tersentak cemburu, aku merasa agak geli juga waktu melihat Dido salah tingkah dan tangannya gemetaran.

M: “Ih Mas, jangan gemetaran gitu dong. Pegang deh…”

Dido pun mulai pelan-pelan meremas dada Marsha. Tadinya takut2, lalu lama2 remasannya mulai bergantian dari kanan ke kiri hingga Marsha sedikit mendesah dan menggigit bibir bawahnya.

R: “Alus ya Mas? Sekel, kan?”

D: “I-Iya, Mas, mantap”

R: “Mau nyoba ngemut gk, Mas?”

D: “Heh? A-Apa?”

R: “Ayo, Beb, dirayu tuh”

M: “Iya, Mas, Marsha diemut dong, pelan2”

Bagai kerbau dicucuk, Dido pun mengikutinya. Awalnya takut2, tapi lama2 emutannya semakin ganas. Dasar Dido, runtuh juga kan lo kalau kena Marsha? Hahahaha

R: “Udah Mas, jangan dihabisin”

Dido sepertinya agak kecewa ketika Ringgo melepas emutannya dari dada Marsha, tapi matanya segera membelalak ketika Ringgo menyuruh tangan Marsha mengangkat baju baby doll-nya, kemudian dengan sekali tarik, celana sekaligus g-string Marsha ditarik turun hingga ke dengkul, memperlihatkan vagina Marsha.

R: “Bagus, gak?”

D: “I-Iya, bagus”

R: “Tapi yang ini nggak boleh dipegang, ya.”

D: “Yaah…”

Aku tertawa geli melihat Dido tampak kecewa, apalagi kemudian Ringgo menaikkan kembali celana Marsha setelah sebelumnya mengelus vaginanya.

R: “Gimana sekarang, Mas? Mau kan sekarang dioral ama pacar saya?”

D: “Eh, gimana ya?”

R: “Kalau nggak mau, saya panggil yang lain nih”

D: “Eh jangan, Mas. Ya udah deh, saya mau”

Ah, Do, tai lo! Tapi sikap Dido yang mau tidak mau itu membuatku geli.

R: “Oke, Beb, bukain celana masnya. Kasihan dia udah ngelayanin kita”

Marsha hanya mengangguk saja. Kulihat wajahnya tampak amat enggan luar biasa, tapi entah kenapa dia mau ikut saja. Dia lalu berlutut di depan Dido, dan pelan2 membuka retsletingnya. Wajahnya amat seksi saat terlihat terpaksa begitu, apalagi Dido sengaja agak membungkuk sehingga pencam-nya yang ada di saku bisa merekam wajah Marsha. Dalam sekejap, celana Dido pun sudah melorot oleh pacarku.

D: “Mas, saya boleh sambil duduk di sofa aja gak?”

R: “Oh, silakan, Mas, senyamannya aja”

Dido segera duduk di sofa dengan posisi agak senderan, sehingga bisa merekam dengan jelas apa yang ada di depannya. Penisnya yang berwarna agak kehitaman tampak mengacung. Memang tidak sebesar punyaku, tapi lumayan lah, tidak jauh berbeda ukurannya. Sepertinya Dido memang sengaja memilih posisi ini supaya dia bisa merekam saat Marsha mengoral dirinya.

Marsha kemudian berlutut di depan Dido, dan memegang penisnya, memainkannya pelan2 sehingga tegang sempurna sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam mulutnya. Dido tampak mulai mengerang saat Marsha mulai menaik-turunkan penisnya keluar masuk mulut.

R: “Enak, Mas?”

D: “I-Iya, Mas, ish…”

Menyaksikannya entah kenapa penisku malah ikutan berdiri, sehingga aku langsung melepas celanaku dan mengocok penisku sendiri yang sudah tegang.

Ringgo sangat menikmati pemadangan live dihadapannya. Puas dia bisa memanfatakan pacarku. Kulihat dia meremas-remas batangnya dari luar celananya.

B: “Bro, jangan lama2 lah, kita 15 menit lagi habis bookingnya”

R: “Ya udah, dicepetin aja deh”

Ringgo kemudian bergerak kebelakang Marscha, dari belakang menarik celana ketat Marsha hingga lepas. Sekarang pacar yang aku cintai itu sudha telanjang bulat. Benar-benar sexy.

Ringgo tatap vagina pacarku itu, menghirup sejenak lalu dengan sekali gerakan, Marsha diputar ke posisi 69 dengan Dido. Dido sekarang dihadapannya tersaji vagina indah pacarku. Tak butuh lama, lidah dido bekerja. Posisi mereka hanya membuatku bis amelihat perut Marsha dalam posisi close up sambil sesekali ujung dadanya yang berayun2. Suara sedotan Dido bercampur dengan erangan Marsha yang tertahan penis pada mulutnya, ditambah suara Ringgo yang seolah menyemangati. Gila. Suangguh Gila.

Hingga beberapa menit kemudian,

“AAAAHHH….”

Marsha keluar terlebih dahulu, karena kulihat tubuhnya kejang2, dan tak beberapa lama disusul erangan Dido. Layar menjadi gelap karena tubuh Marsha jatuh menimpa kameranya, lalu kemudian kembali terang, saat Marsha turun dari tubuh Dido. Dido pun berdiri dan terlihatlah kini muka Marsha yang belepotan sperma Dido. Kali ini wajah Marsha tampak merah padam menahan emosi, seolah ingin marah tapi tidak bisa. Dia langsung menuju ke toilet yang memang ada di dalam ruangan itu, membanting pintunya dengan kencang.

“POKOKNYA GW GAK MAU KAYAK GINI LAGI!!!”

Ringgo hanya tercengang, sementara Dido dengan cepat memakai celananya. Tampaknya Ringgo tak menyangka bahwa Marsha bakal marah seperti itu.

D: “Mas, saya keluar dulu ya”

R: “Oh iya, Mas, makasih, ya”

Ringgo menyalami Dido, lalu menyelipkan beberapa lembar uang warna biru ke saku Dido, menutupi pencam-nya.

Pencam pun kembali terbuka, dan kali ini terlihatlah wajah Dido yang penuh rasa bersalah, meminta maaf tanpa suara, bahkan sampai membungkuk.

D: “Jadi gitu, Bro, maaf ya, gw udah crot di muka cwe lo” *emotikon nangis*

A: “WKWKWKWK!! Kampret lo!! Tai!! Kena memek langsung lemah gitu lo ya!! Setan lo, Bangsat!!!

D: “Maafin gw, Bro!” *emotikon nangis beberapa kali*

A: “Tapi enak gak?”

D: “Enak sih…”

A: “TAAAIII LOOO!!!” *emotikon tertawa terbahak2*

BERSAMBUNG….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *