Namaku Puji. Usiaku 16 tahun ketika kejadian bersama adik ibuku bermula. Aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1. Tubuhku sudah menjadi lebih tinggi, yaitu sudah mencapai 165 cm. Badanku tidak kurus dan tidak besar, biasa-biasa saja layaknya tubuh remaja yang cuma getol olah raga paling banyak seminggu 2 kali.
Ketika aku masuk SMA, aku bahagia sebab, aku masuk ke bagian sekolah siangnya. Artinya aku bisa bebas bersetubuh dengan tetanggaku yang bernama BU Suti. Bu Suti merupakan Binor seksi 50 tahun walaupun sudah punya 5 orang anak dan kini cucunya telah bertambah menjadi 3. Tingginya 158 cm, susunya 32B dengan puting panjang sebesar kelingking, serta pantatnya bulat dan bahenol sekali.
Namun, semua kurang sesuai dengan yang diharapkan. Makanya, persetubuhanku dengan Bu Suti jarang terealisasi. Sebab, adik ibuku yang berkuliah di kotaku kini tinggal bersama keluargaku. Kamarnya berada di samping kamarku. Adik ibuku ini biasa aku panggil Tante Cici. Dia orangnya baik sekali, perhatian, dan terbuka.
Aku baru tahu, kalau kuliah itu enak karena dari seminggu cuma 4 hari berkuliah, sisanya libur karena tidak ada mata kuliah. Jadi Tante Cici sering berada di rumah menemani aku dan adik kecilku yang kini usianya sudah 3 tahun untuk bermain.
Usia antara aku dan Tante Cici hanya berbeda 3 tahun saja. Makanya, meski baru sebentar tinggal di rumahku, aku dan tanteku cepat menjadi akrab. Tinggi badan Tante Cici lebih pendek sedikit dari Bu Suti. Mungkin 155/156cm. Tapi susunya yang bulat terlihat lebih menonjol dan lebih besar dari Bu Suti, mungkin sekitar 34C/D.
Aku pernah ketika itu, nyelonong membuka pintu kamar Tante Cici karena mau meminjam cd musik. Karena kaget, Tante Cici hendak ganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang menempel di tubuhnya. Pemandangan yang menggiurkan sekali. Namun, aku pun menjadi malu dan langsung menutup kembali pintu kamarnya.
Setiap pagi seringkali aku melihat tanteku ini menyapu dan mengepel rumah jika sedang libur kuliah atau kuliah di jam siang. Aku sering melihat dua susu montoknya itu bergelayut di balik bajunya yang berbelahan dada rendah baik pada saat sedang menyapu rumah maupun pada saat ia mengepel. Sungguh pemandangan yang indah walaupun pemandangan itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.
Jika tanteku sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku membiarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali tanteku menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi tempat aku duduk berdua bersama adikku tapi dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat tanteku agak kesal meskipun tidak pernah marah.
Aku sering membalas mengklitiki pinggang tanteku sampai akhirnya kita berdua duduk sambil tertawa bersama sesudahnya. Ketika aku mengklitiki pinggangnya ia sering meronta ke sana ke mari sehingga, jari-jariku sering menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja dan badannya sering pula berlabuh dipangkuanku akibat kegelian karena aku klitiki.
Aku sering nyaman ketika badan tanteku yang sedang aku kelitiki menindih pahaku sehingga posisi badan bagian atasnya berada di dalam pangkuanku. Posisi seperti itu membuatku gelisah karena aku takut kontolku yang tegang mengetahuinya.
Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan tanteku yang tak lain adalah adik kandung ibuku sendiri. Selain seleraku lebih spesifik pada wanita tua seperti Bu Suti, aku pun menghormatinya sebagai adik ibuku. Tapi ternyata semuanya telah terjadi, aku menggauli tanteku hampir setiap ada kesempatan.
Kejadian awal bermula ketika nenekku (ibu dari ayahku yang rumahnya tak jauh dari rumahku) pergi dengan membawa serta adikku untuk berbelanja. Maka, pada pagi itu rumahku sepi hanya tinggal aku berdua dengan tanteku. Ibu dan ayahku sudah berangkat bekerja pagi-pagi.
Seperti pagi-pagi biasanya, tanteku menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali diputar dengan tak mau menaikan kakiku. Tanteku yang menyaksikan ulahku itu langsung menyerangku.
“aduh Puji, kamu bandel ih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus mengklitiki pinggangku.
Aku yang mendapat serangan tak tinggal diam, aku balas mengklitiki pinggangnya. Ia tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat dengan kepala yang berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat tititku sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok.
Masih dalam posisi seperti itu, tanteku akhirnya menyerah dan memintaku berhenti mengelitik pinggangnya. Aku pun berhenti. Ia kemudian melepaskan pelukannya di pinggangku. Lalu ia bersandar di kursi sambil terengah-engah kecapean akibat dikelitiki. Tampak keringat membasahi wajahnya. Aku memang suka kepada wanita saat berkeringat.
Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia manis tersenyum melebihi biasanya. Tiba-tiba entah terdorong dari mana, aku berani mencium kening tanteku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada tanteku dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.
Mendapat perlakuan demikian, tanteku tidak marah malah ia menyentuh lembut pipiku sampai akhirnya ia mencium lembut bibirku. Karena mendapat rambu tersebut, aku pun membalas ciuman ciuman itu sampai akhirnya kita berciuman.
Awalnya memang berciuman biasa saja, tapi setelah cukup lama tiba-tiba lidah tanteku menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak saya sia-siakan untuk mengusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya dengan lembut. Tante Cici kemudian melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku.
“ssssshhhhhh eeeehhhhmmmm.” desah tanteku terasa hangat desahnya saat ia melepas bibir bawah untuk membuka mulut yang tak tahan untuk mendesah di tengah kesibukan berciuman pembohong denganku.
Aku menghentikan ciuman pembohong. Aku cium dan jilati menyanyikan yang sudah basah oleh keringatnya. Tante Cici menjadi semakin bernafsu sehingga tangan tak lagi melingkari leherku melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.
Secara perlahan, aku buka kaos putih yang dipakai tanteku. Sehingga tampak kutang hitam yang pernah aku lihat ketika aku nyelonong membuka pintu kamarnya dan mendapati ia hanya mengenakan kutang tersebut serta celana dalam berwarna hitam. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang.
Tanteku kemudian membukakan kutangnya untuk memudahkanku bermain secara leluasa dengan susunya. Kulitnya yang putih membuat areola melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan dengan warna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol meski sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal.
Aku hisap, aku jilat, aku kenyot-kenyot dengan lembut susu dan putingnya. Tanteku bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak. Sampai akhirnya tangan sudah berada di atas tititku di luar celana pendek yang aku kenakan.
Tanteku mengusap-usap tititku sedikit kasar. Namun, meski mendapat perlakuan seperti itu aku tetap pembohong memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.
Tanteku kemudian berdiri melucuti celana pendeknya dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun. “wah, seksinya!” bisikku di dalam hati.
Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung dengan celana dalamnya sehingga tititku yang sudah sangat keras menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak ia kaget melihat tititku yang besar dan panjang seperti yang pernah Ibu Suti katakan. Wajah tanteku semakin memerah tanpa berkedip melihat ke arah tititku.
Tante Cici semakin pembohong bermain dengan tititku. Ia mulai menjilati dan memaju mundurkan kepalanya. Berbeda dengan Bu Suti, Tante Cici lebih mahir sehingga tititku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala tititku ia kenyot-kenyot lembut sambil menggenggam biji pelerku secara lembut.
Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki. Sehingga muncul berbagai pikiran dalam otakku, “aneh, tanteku yang terlihat sebagai wanita baik-baik yang tidak suka keluyuran serta lugu ini begitu pandai mengoral titit. Apa mungkin dia sering menonton film bokeh? Jika begitu, tidak mungkin dari hasil menonton ketika baru mempraktekkannya bisa jadi handalnya mengoral titit laki-laki!
Melihat Tanteku sudah kelelahan, aku melangkah menuju pintu untuk mengunci pintu rumah karena khawatir ada orang yang masuk. Setelah mengunci pintu, aku suruh Tante Cici duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.
Terlihat memeknya yang tanpa bulu dan tembem. Aku segera menjilati memeknya dengan perlahan dan lembut dari mulai liang memeknya yang kecil sampai itilnya. Hampir seluruh kulit disekitarnya menjadi merah ketika aku mulai sedikit-sedikit mempermainkan lidah dan mulutku pada memeknya.
“aaaaaeeeeehhhhh ssssshhhhh” desahnya sambil tubuhnya tak bisa diam bergerak kian kemari mendapat sensasi nikmat pada memeknya.
Aku coba mencolokan jari tengahku ke liang memeknya yang sudah sangat basah oleh cairan yang ke luar dari memeknya. Peret sekali dan agak sulit memasukan jariku pada liang memeknya yang kecil. Aku kocok jari tengahku perlahan-lahan sambil mulutku mengenyot dan menjilati itilnya yang sudah sangat kental.
“eeeemmhhhh, ooouuuuuuhhhhh, eeesssshhhhhhh.” desah dan erangannya membuat suasana semakin birahi.
Aku terus jilat, hisap, dan kenyot itilnya dengan lembut dan terkadang dengan kenyotan kuat pada itilnya. Sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit hingga tanteku mencapai orgasmenya.
“aaaaaaaaahhhhh, ooooouuuuhhhhh jjiiiiiii!” erangannya mendapat orgasme sambil tangan mencengkram dengan kuat menekan kepalaku pada memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil menggelinjang-gelinjang akibat orgasme yang melandanya.
Cairan orgasmenya membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas Tante Cici masih terengah-engah. Aku pinta ia untuk nungging. Tanpa banyak basa-basi ia segera mengambil posisi nungging di atas kursi. Posisiku yang berdiri di bawah kursi menjadi lebih leluasa melakukan penetrasi tititku ke dalam liang memeknya.
Sambil tangan kananku mencengkram pantat bulatnya yang lembut, aku arahkan tititku menuju lubang memeknya dengan bantuan satu tangan kiriku. Cukup sulit kepala tititku memasuki lubang memeknya yang peret. Namun, dengan dorongan yang agak kuat, aku mendorong perlahan tititku sampai akhirnya tititku bisa terbenam di dalam liang memeknya dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya.
Akhirnya, liang memek Tante Cici sudah dapat menyesuaikan diri dengan titit besar dan panjang milikku. Sehingga aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan tititku di dalam liang memeknya.
“eeeemmmm jjiiiiiii eeeemmmhhh enak jjjiiiii!” desah Tante Cici.
Aku semakin bersemangat memanaskan tititku. Aku mulai menambah kecepatan sehingga bunyi “plok plok plok” menjadi semakin gencar dan keras terdengar.
“aaaahhhhhhhh, aaaaaeeeeehhhhhh, ssssshhhhh, ooooouuuhhhh!” desah tanteku seiring gerakanku yang semakin cepat.
Sambil memaju mundurkan tititku ke dalam memeknya, kini kedua merasakan ikut meremas-remas agak kuat di pantat bulatnya. Terdengar desahan dan erangan tanteku semakin membahana. Karena nafsu birahi yang melanda kami, tak kami pedulikan suara-suara birahi ini meski akan terdengar oleh tetangga rumahku.
Tampak Tante Cici mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan tititku.
“jjjjiiiiiii! aku keluar! aaaaaooooouuuhhh, oooooouuuuuwwww, sssssshhhh!” Erangannya saat mendapat orgasme keduanya.
Aku menghentikan gerakanku, menikmati kedutan-kedutan memeknya pada tititku yang masih kuat di dalam memeknya. Terasa tititku pun tercengkram di dalamnya. Sungguh nikmat sekali.
Ketika gelora orgasme tanteku mereda, aku segera menelentangkan tubuh tanteku. Kemudian dengan penuh pengertian ia merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukan tititku ke dalam lubang memeknya.
Bibir memeknya masih memerah. Dengan memandang memeknya membuatku menelan ludah sendiri. Sungguh indah memeknya. Tanpa bulu, tembem, dan merah.
Dengan mudah aku masukan tititku. Sehingga setelah tititku terbenam semakin dalam pada liang memeknya, aku mulai gerakan maju mundur dengan cepat. Gerakanku yang cepat membuat kedua susu montok dan kenyal tanteku bergoyang-goyang turun naik. Emh indah sekali susunya walaupun putingnya kecil dan tidak sebesar puting susu Bu Suti.
“aaaaaeeeeehhhh, eeeehhhmmmm, oooooouuuuuhhhh!” Desah Tante Cici.
Aku terus mengocok memaju mundurkan titit dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata tanteku terpejam dengan mulut menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan-desahan yang sangat sensual ditelingaku.
Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Aku mulai remas-remas kedua susu montok, padat, dan kenyal tanteku itu dengan mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman agak kuat sambil terus memaju mundurkan tititku dengan cepat di dalam lubang memeknya. Membuat tanteku menggelinjang-gelinjang di atas kursi dengan mata yang terus terpejam, pipi semakin merah, dan mulut menganga yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan serta erangan.
“aaaaaoooouuuuwwww, aaaaaaahhh, jiiii, aku keluaaaar!” erang tanteku. sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Hampir berbarengan dengan orgasme tanteku, akhirnya aku pun mencapai orgasme. Aku cabut tititku dari dalam lubang memeknya. Terlihat begitu banyak sperma tertumpah di atas perut tanteku.
Setelah usai kami memperoleh orgasme, aku gendong tubuh tanteku sambil berciuman kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari segala cairan dan lendir birahi.
Setelah tubuh kami bersih, kami pun bersantai di kursi sambil berpelukan dan berbagi cerita. Sampai akhirnya, pertanyaan-pertanyaan di kepalaku menemukan jawabannya.
Ternyata tanteku sudah tidak perawan sedari kelas 3 SMA. Awalnya pacarnya hanya sering mengajak tanteku menonton film bokeh dan meminta ia melakukan oral saja. Tapi, karena lisan terlalu sering yaitu hampir satu tahun maka, pacarnya meminta lebih. Tanteku menolak sampai akhirnya pacarnya memperkosanya.
Tanteku merasa hancur tapi setelah melakukan perbuatan itu, pacarnya tidak lantas meninggalkannya. Hingga akhirnya Tante Cici lama-kelamaan menjadi percaya dan yakin bahwa pacarnya orang yang setia dan tidak akan menelantarkannya. Tetapi anggapannya salah, setelah cukup sering Tante Cici ngentut dengan pacarnya, si pacar tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkannya dan menjadi sulit dihubungi.
Aku pun terbuka kepada Tante Cici bukan hanya bercerita tentang pergaulan dengan kawan-kawan sekolahku saja, melainkan aku pun menceritakan bahwa sedari kelas 2 SMP aku sudah kehilangan keperjakaan. Aku sudah sering nonton bokef dan aku pun sering ngentot dengan Bu Suti yang tak lain adalah tetanggaku sendiri yang sering menumpang ikut ke kamar mandi rumahku.
Mendengar pengakuanku, Tante Cici awalnya kaget. Tapi dia pun paham dengan kondisi dan keadaanku sehingga kami berjanji tidak akan membocorkan aib ini pada keluarga.