Skip to content

Syahwat dan Cinta di Pesantren

#Part 7 BH baru

Genap 4 tahun sudah aku berada di Mesir, menimba ilmu sebagai bagian dari amanat bapak agar kelak dapat melanjutkan kepemimpinan di Pesantren yang bapak dirikan. Bapak adalah seorang kiai, pimpinan pondok pesantren di daerah jawa timur yang beliau dirikan sendiri. Ada sekitar 1000 santri yang mondok dan 60% nya di isi santriwati.
Latar belakang santriwati pun beragam, namun bapak mengutamakan para yatim piatu yang biaya mondoknya di jamin oleh berbagai usaha pesantren yang didirikan. Termasuk juga biaya kuliahku saat ini. Dan kini tiba saatnya aku lulus dan kembali ke kampung untuk melanjutkan pesantren bapak.

Setelah sampai di tanah air dan disambut dengan berbagai sambutan meriah, akupun resmi menetap kembali di pesantren dan membantu mengajar juga mengurus pondok. Selama seminggu aku mulai banyak dikenal, terutama dikalangan santriwati. Mereka tersipu saat kusapa dan salah tingkah jika aku lewat diantara mereka.

Minggu kedua di pondok, bapak memintaku untuk menemuinya di ruang pimpinan, akupun menurut saja. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, bada isya aku ditunggu bapak di ruangan itu. Disana ternyata telah ada keempat ibuku, istri bapak, salah satunya tentu ibu kandungku. Bapak menikahi 4 istri, dan aku adalah anak dari istri kedua beliau. Istri pertamanya tidak memiliki keturunan, namun sangat baik padaku. Dari istri kedua lahirlah aku, dan dari istri ketiga lahir adikku yang perempuan.

Baru tiga tahun belakang ibu ke empatku diperistri bapak, masih muda malah lebih muda dariku yang baru 23 tahun. Istri bapak yg muda berusia 21 tahun, gadis belia yang juga santri disini. Konon, kata ibuku, bapak kini lagi senang “gaul” sama istri mudanya. Dan seminggu kebelakang pun aku bertemu bapak siang siang keluar dari kamar istri ke empatnya itu. Tentunya pasti habis menggauli istrinya itu di sela sela kesibukannya mengajar para santriwati. Karena ku lihat sebelum ashar mereka berdua terlihat habis mandi sebelum ke masjid.

Jika melihat polanya selama ini, setiap malam bapak menggilir istri istrinya dengan adil. Hari Senin Selasa di rumah istri pertama, hari Rabu Kamis di rumahku, hari Sabtu Minggu di istri ketiganya. Hari Jum’at bapak full di masjid. Namun sekarang setelah ada istri ke empat, hari Jumat di istri ke empatnya. Namun nambah jatah siang siang mendatangi istri keempat di hari hari berbeda tanpa menginap.
Ibu ke empat ini memang baru bertemu denganku, karena bapak menikah saat aku sedang sekolah di Mesir. Namanya Rahma, seorang Hafidzah berwajah cantik, putih, langsing, manis dan pendiam. Pantas bapak senang di istri ke empatnya ini, parasnya ayu bagai artis. Terkadang aku jadi membayangkan bagaimana ia digumuli dan dinikmati pak kiai. Tentu sangat puas sepertinya. Ahh..aku jadi berpikiran jorok, bagaimanapun itu kedudukan nya ibu tiriku.

Di ruang itu, aku bapak dan keempat istrinya mulai bicara serius.
“Amin, kamu sekarang sudah dewasa.. sudah selesai kuliahmu dan kini saatnya kamu mengganti bapak mengurus pondok ini. Namun bapak tau, mengurus pondok bukan perkara mudah, perlu ada dukungan kuat.. maka dari itu bapak nawarin kamu untuk nikah nak.. kalau kamu setuju, nanti bapak segera nikahkan”

“Hah? Menikah pak?” Ujarku kaget.
“Iya Min, terserah kamu.. kamu mau cari sendiri, ada banyak santri disini, cari yang kamu suka.. atau bapak yang pilihkan buatmu untuk kamu nikahi..”

Obrolan kami panjang yang intinya aku diminta menikah. Bapak memberi banyak wejangan dan nasihat tentang pernikahan hingga bagaimana membahagiakan istri. Tak lupa juga bapak menjelaskan tentang poligami, dimana aku boleh menikahi 4 istri seperti bapak.
“Njihh pak.. Amin nurut bagaimana nasihat dan keputusan bapak saja”

Saat itu, aku menyerahkan keputusan pada bapak, dia yang akan pilihkan santrinya yang terbaik untuk aku nikahi. Nantinya istri pertama bapak yang akan memilihkan santriwati yang terbaik baik paras fisik dan kecerdasannya. Konon istri pertama bapak ini, pandai memilih santriwati terbaik. Istri ke empat bapaklah buktinya, hasil pilihan isteri pertama. katanya beliau biasa memeriksa payudara para santriwati sampai vagina vagina para santriwati sebagai pemeriksaan fisik agar terjaga kesehatan kewanitaan para santriwati di sini.

Dua hari setelahnya Ibu pertamaku itu menghampiriku dan mengatakan bahwa dia telah memilihkan ku santriwati yang cocok.
“Namanya Fira min, cerdas, ayu tenan, dan payudara nya ranum juga farjinya mulus kencang juga rapet.. Amin pasti seneng deh sama pilihan ibu”

Mendengar itu, wajahku jadi panas dan degdegan, apakah sosok yang pernah kutemui itu ya? Kalau mendengar cirinya sepertinya begitu. Gadis cantik pemalu namun cerdas yang tempo hari aku sekilas bertemu. Kata ibu pertamaku, usianya 18 tahun, anak yatim piatu dan menjadi bintang di kelasnya.

Sehari kemudian aku dipertemukan dengan Fira, calon istriku, benar saja dia anaknya, gadis ayu putih mulus berpipi merah berjilbab rapi payudaranya agak menonjol dan tertunduk tersipu. Aku langsung berdebar dan langsung segera jatuh cinta akan kecantikannya yang luar biasa. Dan bidadari ini akan segera jadi istriku.

Dari pertemuan itu, Fira tak banyak bicara hanya mengangguk dan tersenyum tertahan saat bapakku menanyakannya apakah bersedia dinikahkan denganku. Kulihat dia setuju dan lega lah semuanya termasuk aku. Dan bapak lalu menjadwalkan bahwa besok bakda isya kami akan segera dinikahkan.
Dihadiri oleh ratusan santri dan warga pondok, masjid penuh menyaksikanku mengucap akad menikahi Fira. Semua berucap Alhamdulillah saat kami telah resmi jadi suami istri secara agama. Wali Fira adalah pak Kiai sahabat bapak, yang juga masih ada kaitan saudara dengan Fira sendiri.

Untuk pertama kalinya Fira mencium tanganku dan aku mencium keningnya. Dan pukul 10 malam acara akad kami selesai dilaksanakan. Bapak sudah mempersiapkan sepetak rumah di area pesantren untuk kutinggali. Dan aku menggenggam tangan Fira mengajaknya ke rumah untuk segera kugauli di rumahku itu.
“Fir..”
“Iya mas Amin”
“Kamu cantik Istriku..”
“Makasih mas..”
“Ke kamar yuk Fir..” aku tak tahan akan kecantikannya yang alami dan kini jadi milikku dan bebas aku nikmati sepuas hati.
“Baik mas..” ucapnya lembut dan menurut.

Dikamar Fira hanya duduk di pinggir kasur dan menunduk. Akupun segera mendekatinya. Mengelus pipinya yang mulus. Pipinya langsung merona merah bagai kepiting rebus. Matanya terpejam saat aku angkat dagunya. Wajah mulus cantiknya membuatku sangat bahagia. Ditengah pejamnya, aku mulai mendekati bibir dan melumat bibir merah mudanya. Fira hanya menerima pasif cumbuanku di bibirnya. Hanya nafasnya yang terdengar semakin terengah. Sambil emut bibirnya, dipandu insting aku mulai menidurkan Fira.

Fira hanya pasrah tak melawan meskipun kini dengan terburu buru aku mengodok susunya dan segera mengeluarkan dari gaun gamis yang ia kenakan.

Terbukalah susu ranum putih dengan puting pucat merah muda yang menyentil sedikit. Dengan insting pula lah aku langsung mengemut menyedot nyedot susu Fira dan semakin terengah engahlah Fira ditengah gempuranku bergerilya di tubuh mulusnya. Sekilas wajah cantiknya meringis namun menahan nafsu menggebu, tanpa seucap kata keluar dari mulutnya yang menggigit bibir.
“Hahhh..aahhh..maaasshhh” Fira mendesah saat aku menyedot nyedot puting mulusnya yang keras.

Dengan grasak grusuk juga aku segera menarik ujung gamis bawahnya naik hingga diatas vaginanya. Dan segera aku masukkan tanganku merogoh vaginanya melalui atas celana dalamnya. Bagi Fira pasti ini tangan orang lain pertama yang menyentuh kewanitaannya yang lembut.

Akupun menggenggam vaginanya yang hanya sedikit bulu halus saja. Jari tengahku aku tekan ke bagian belahannya yang lembab. Sekejap meraba raba vaginanya, akupun bergegas membuka celanaku dan mengeluarkan penisku yang berdiri tegak.

Tak sabar aku ingin menanam benihku di liang perawannya. Sekilas Fira melihatku membuka celana dan menarik celana dalamnya, kemudian terpejam lagi.

Aku sangat terburu buru.. dan langsung mengarahkan penisku ke memek Fira. Kurasakan penisku menyentuh memek lembutnya, kutekan tekan namun tak juga berhasil masuk, sampai Fira membantuku agak mengangkat pantatnya dan kurasakan kepala penisku mulai masuk memek Fira.

Rasa hangat menjalar saat kepala kontol berhasil menyeruak dengan sedikit licinnya lendir memek Fira.
“Angghhh”
“Aaaauchhh maasshhhh sakiiiittt”
Kurasakan kepala penisku terhalang lapisan lembut ditengah cengkraman hangat memek Fira. Dan dengan hentakan agak kerasa aku tekan penisku melesak masuk menerobos keperawanannya.
“Aagghh”
“Sakiittt massssshhhh awwwhhh”

Akupun mencium ganas bibir Fira yang merintih dan dengan keras menekan nekan penisku masuk liang memeknya.
“Aghh sayanghh enakkhh aghh amhhhmm”
“Hummhhh ahhmhhh sakitt mashh”
“Angghh angghh”

Karena terlena rasa nikmat merawanin santriwati cantik yang jadi istriku ini. Tak henti henti aku kocok vaginanya dengan cepat.
“Aghh sayang..sayanghh..enakkhh aagghh”
“Sakithh uuuhh sakit mass..uuchhh”
Tak peduli rintihan Fira yang kesakitan, aku semakin percepat kocokan penisku di vagina hangat istriku ini.
“Anhhgh ayanghhh aghh ahh ahhh ahhh”
“Ahhh maass sakit maassshh”

Semakin cepat kurasakan gelombang kenikmatan tiada Tara tanda aku ingin menumpahkan air maniku seluruhnya di liang memek Fira yang nikmat dan sempit.
“Sayang sayangghh aagghhhh sayaaanggghhhhhh”
“Maaassssssshhhh”

Dan crot crot crottt tumpahlah seluruh maniku di mulut rahim istriku ini. Aku melenting menekan penisku dalam dan menikmati gelombang ejakulasi pertamaku di vagina perempuan.
“Firaaaaaa aaaaagggggggggghhhhhh”

Badanku ambruk ngos ngosan diatas tubuh Fira dan kemudian terkulai di sampingnya.
Pengalaman bersenggama pertama yang mengubahku menjadi sangat senang dengan seks.

Sambil terpejam aku menikmati gelombang ejakulasiku. Pengalaman hubungan badan dengan perempuan, perempuan cantik yang menjadi istriku dan bisa kapan saja aku nikmat. Nafasku mulai tenang dan kulihat Fira beranjak bangun dan melangkah seperti pinguin ke arah kamar mandi. Kulihat bercak darah agak banyak membasahi kasur.

Kudengar Fira terisak sambil membasuh basuh vaginanya. Akupun segera menghampirinya di kamar mandi. Kulihat Fira mengusap matanya sambil jongkok dan menyiram air ke vaginanya.
“Kamu gak apa apa cantik?” Tanyaku.
“Gak apa apa mas..hiks..” diapun berdiri dan akupun meraih tangan nya dan menuntun nya kembali ke kasur.

Dengan muka sembab, Fira mendekat bibir kasur dan meraih celana dalamnya.
“Fir..sayang.. jangan dulu dipakai.. mas masih mau lagi kaya tadi sayang..”
“Hah? Sakit mas.. farji Fira perih..”
“Jadi nggak mau ?” Tanyaku.
“Euh.. hmm.. iya gimana Mas aja..” Fira tertunduk.
“Gapapa kan sayang?”
“Iya gapapa..mas kan suami Fira”
“Ya udah yuk.. buka semuanya yah”
“Njih mas..”

Akupun membuka bajuku. Dan kemudian membantu Fira melepaskan seluruh pakaiannya. Jilbabnya yang masih terpakai tadi, gamisnya, bra dan celana dalamnya aku lucuti. Tinggalah Fira cantikku ini telanjang bulat diatas kasur.

Kini jelas kulihat bagaimana mulus lekuk tubuhnya, indah payudaranya dan pink merona vaginanya. Segera aku rabai seluruh tubuhnya sambil merekam keindahan santri cantik ini telanjang bulat. Bergegas aku cium bibirnya, mengulumi bibir dan lidahnya, meskipun kami begitu kaku, aku kenyot puting merah muda pucatnya, dan aku ciumi vagina mulusnya. Aku endus belahan memeknya yang khas dan wangi.

Kontolku tegak menjulang tak tahan ingin dipuaskan bidadari cantikku ini. Akupun segera naik ke tubuhnya, menempatkan penisku menyelip di liang memeknya dan segera menekan memasukkan.

“Anghh Fira nikmat banget kamu sayang”
“Aauuuchhh mass sakit..ahhh ahh” Fira mengerang seiring genjotanku di memeknya.
“Sshh.. bidadariku..nikmat banget liangnya sayang..ahhh..”
“Uunghh..mass.. pelan pelan dulu..punya Fira perih..”
“Aghhh ga tahan sayang…aagh aghh aghh” aku malah percepat kocokanku di liang memeknya Fira.
“Masss..ampun mas perihh..aahhh..ahh” Fira merintih rintih sedangkan aku semakin buas mengocok batangku di belahan memek Fira.
“Ah ah istriku.. enak vaginamu sayang..ahh ahh ahhh ahhh..” aku mengerang sambil memejamkan mata menikmati lembutnya memek Fira.
“Mass maass maass…Massshhh uuuuhhh”

Fira mengangkat pantatnya tiba tiba dan kepalanya mendongak dengan mata yang tenggelam ke atas.

Kurasakan vaginanya jadi sangat basah dan aku semakin tak tahan untuk kembali berejakulasi.

“Sayanghh sayanggghh aaahhhhhhh” akupun menekan keras pantatku dan penisku berdenyut memuntahkan sisa sisa spermaku.
Akupun ambruk memeluk dan mengulum bibir istriku yang cantik ini sambil menikmati gelombang ejakulasi.

Fira hanya pasrah ngos-ngosan menerima serangan brutalku. Dan kami terkulai telanjang berdua diatas kasur. Akupun memeluknya, dan kami tertidur berdua.

Subuh hari, aku dibangunkan Fira. Fira mencium pipiku dan membisikkan ku untuk bergegas mandi dan subuhan. Diatas kasur Fira cantikku ini masih telanjang. Memandang bidadariku ini, aku jadi kembali menginginkannya. Akupun bangun lalu memeluknya.
“Ih mas udah adzan loh..”
“Bentar sayang.. mas ingin lagi”
“Aduh.. ya udah jangan lama lama mas..keburu siang”

Tak menghiraukannya, akupun menidurkan bidadariku yang telanjang ini dan kusenggamai lagi vaginanya dengan hujaman kontolku. Fira mendesah mulai menikmati bersenggama denganku kali ini. Meskipun tak terlalu banyak merespon, Fira mulai senang menciumiku dan ekspresinya merem melek keenakan, tidak lagi meringis kesakitan.

Pernikahan kami berjalan lancar dan mesra. Sudah 6 bulan kami menjalani pernikahan, dan sebagaimana layaknya suami, Fira rutin aku senggamai. Begitupun Fira, sebagai istri yang baik dia tidak pernah menolak ajakanku bersenggama. Hampir setiap setelah subuh, habis ashar, dan setelah isya aku bersenang senang di vagina mulusnya sampai lemas.

Aku merasakan sangat senang sekali berhubungan seks. Terlebih istriku cantik dan penurut. Tiap hari aku eksplorasi fantasi birahiku. Kini Fira sudah mulai senang mengemut kontolku, dan mau dijilatin vaginanya. Susunya yang putih dan mulus tak absen aku kenyoti putingnya yang pink.

Bulan ketujuh Fira terlihat sering pucat dan muntah muntah. Tanda dia sedang hamil anakku. Kami sangat bahagia akhirnya dikaruniai keturunan. Saat Fira mengaku bahwa dirinya hamil, aku langsung memeluk menciuminya.
“Sebentar lagi jadi umma nihh sayangku”
“Iya mas.. mas jadi Abi..mmmuach”
Kami berciuman mesra.
“Umma, Abi mau tengok Dede yaa”
“Hihi.. iya Abi..”
“Yuk umma, buka celana dalemnya..”

Akupun bergegas membuka celanaku, namun baju Koko ku tak kulepas.
Begitupun Fira..hanya menurunkan celana dalamnya tanpa membuka gamis ungunya, kemudian naik diatas ranjang dan menaikkan ujung gamis sampai perutnya.

Seperti biasanya…memek mulus Fira dan belahan pink nya sangat membuatku bergairah. Tak berlama lama akupun langsung naik menggumuli dan menyenggamai istriku.
“Aahh..umma.. memek umma makin becek deh sayang”
“Iya bi.. ahh sshh.. umma kan lagi hamil.. jadi suka becek..ahh ahh..”
Akupun dengan semangat ngocok memeknya yang jadi agak becek.
“Agghh…umma.. sshh ahhh.. enak sayang”
“Enak bii…uuchhh..shhh…ahhhh”

Hampir setengah jam aku kocok kocok liang memeknya dan berakhir muncrat di liang peranakan mulusnya.

Hari berganti waktu berlalu, perut Fira semakin membesar. Karena kata dokter jangan terlalu banyak bersenggama, Fira mulai jadi sering menolak diewe. Gak nyaman keluhnya. Vaginanya sering sakit dan kering. Posisi nungging pun Fira tak kunjung nyaman. Serba salah. Akhirnya aku mulai sering protes karena birahi tak tertuntaskan.

Saking sulitnya diajak senggama, satu waktu aku memaksanya untuk aku ewe sambil menyamping. Fira menangis karena dia mengaku sangat sakit jika aku senggamai. Setelah itu aku minta maaf dan jadi tak memaksakan lagi untuk menikmati memeknya.

Semakin hari aku jadi semakin pusing karena tak kunjung terpenuhi birahiku. Fira pun jadi tak semenarik dulu. Aku sayang padanya dan anak yang dikandungnya, namun birahi menggebu yang tak tuntas membuatku jadi sangat tak tahan.

Kandungan Fira sudah usia 6 bulan, dan sudah hampir 4 bulan aku tak bisa memenuhi hasrat seksualku yang sangat besar. Fira juga jadi sangat banyak keluhan, sakit pinggang sampai sakit diperut dan vaginanya.

Ditengah nafsu yang tak reda, di sebuah kelas Madrasah Tsanawiyah yang aku ajar, aku lihat santri yang manis lucu mungil. Namanya Ulfah. Anaknya pintar, ramah senyum, berkacamata dan berjilbab putih rapi. Anak ini sangat menggodaku, walau usianya masih remaja, namun susunya menonjol cukup besar. Tak begitu tinggi, terhitung mungil, namun wajah cantiknya begitu menggiurkan.

Mulustrasi Ulfah
Nafsu syahwatku membuatku jadi sering membayangkannya. Bahkan ketika aku berbaring disamping istriku, aku membayangkan menggauli Ulfah. Masuk ke kelas Ulfah menjadi momen yang aku tunggu. Disetiap kesempatan aku sempatkan mengobrol dan bercanda dengan Ulfah. Ulfah tersipu malu saat aku puji bahwa wajahnya begitu ayu.

Karena aku tak tahan akan aura wajah Ulfah yang menggoda, satu waktu aku memanggilnya untuk datang ke ruanganku.
“Ulfah.. anti ana tunggu ya di ruangan..”
“Naam ustadzii.. ada apa kalau Ulfah boleh tau?”
“Nanti aja kita bicaranya disana..”
“Naam..”

Setelah ashar aku sedang harap cemas menunggu Ulfah di ruanganku. Dan tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu.
“Assalamualaikum.. ustadz..”
Akupun segera membuka pintu, dan kulihat bidadari mungil berjilbab dan berkacamata tersenyum di depan pintu.
“Sini cah ayu..masuk..”
“Naam ustadz”

Akupun mempersilakan masuk dan duduk. Aku membuka obrolan dengan bertanya apakah ada program sehabis ini dan tadi habis darimana. Kami sedikit mengobrol dan bercanda, penisku tegak selama berdua dengan Ulfah.
“De Ulfah..”
“Naam ustadz”
“Kamu saat ini sudah haid?”
“Emm..sudah ustadz” dia tertunduk.
“Gapapa gak usah malu.. de Ulfah, berarti kamu saat ini sudah baligh.. artinya, anti sudah matang untuk dapat melayani suami.. kamu sudah punya syahwat kan de Ulfah?”
Ulfah hanya menunduk terdiam.

“Iya gapapaa mungkin anti belum mengerti .. Begini.. Ustadz lihat, anti ini cantik.. ayu.. membuat lelaki naik syahwatnya.. dan jujur.. ana tertarik sama de Ulfah.. ustadz ingin menyalurkan syahwat yang ustadz punya ke de Ulfah.. de Ulfah mau nggak kalau ustadz nikahi?”
“Emmm..mmmaksud ustadz?”
“Iya.. ustadz mau jadikan de Ulfah istri yang kedua.. de Ulfah bersedia?”
“Mmmm..aaa aana..dijadikan istri ustadzii?”
“Iya cantik..mau yah.. nanti kamu jadi miliknya ustadz.. dan derajat kamu terangkat di pesantren ini.. kita tinggal bersama di pesantren ini..”

Ulfah menunduk cukup lama, mukanya merah dan agak pucat.
“Gimana de.. nanti ustadz bahagiain de Ulfah ya..”
“Eeee..nnnaaam ustadzii.. ann ana mau dinikahi ustadzii” agak bergetar suaranya namun membuatku lega.
“Alhamdulillah.. insya Allah kita segera menikah ya sayang.. ustadz udah nggak sabar nih ingin berhubungan badan dengan de Ulfah yang cantik ini”

Mukanya langsung memerah bagai kepiting rebus.

“Baik de Ulfah.. kalau de Ulfah udah setuju.. ustadz mau periksa dulu payudara sama farji nya de Ulfah ya.. mau mastiin de Ulfah udah siap dijimak atau belum”
“Mmm.. gi gimana ustadz?”
“Iya.. ustadz mau periksa payudara sama vagina de Ulfah, kan kita akan nikah sayang..”
“Oo oh.. nnaam ustadz”
“Panggil mas atau sayang dong kan kita mau nikah”
“Iyya.. naam sayang..”
“Ya udah sini cantik berdiri..”
“Iya..” Ulfah pun menurut dan akupun mulai mendekatkan tanganku membuka kancing bajunya.

Kulihat Ulfah bergetar, dan sangat merona.
“Jangan tegang ya sayang.. mas cuma mau periksa kok.. Ulfah diem aja ya..”
Ulfah menggangguk pelan.

Akupun mulai membuka kancing bajunya satu persatu. Terbukalah sebagian dadanya yang masih tertutup bra orange muda. Akupun segera menurunkan cup bra Ulfah, dan terpampanglah susu putih mulus Ulfah dengan areola kecil dan merah muda. Sangat menggiurkan.

“Payudara de Ulfah sangat mulus.. ana suka.. tahan sayang yah..”

Akupun mendekatkan mulutku ke putingnya dan mengemut puting lembutnya. Melumat dan menjilat jilat ujung putingnya.
“Akhh..ustadzii..geli”

“Lembutnya susu de Ulfah.. nah.. ini putingnya jadi keras saat ustad kulum.. artinya de Ulfah sudah cocok menikah dengan ana.. dan siap melayani suami, mau kan melayani ana?” sambil ku pilin pilin lembut putingnya.

“Ahh..naam ustadz.. ana mau”
“Baik.. sekarang naikkan gamisnya sayang.. ustadz mau periksa liang senggama de Ulfah..apa sudah siap di jima apa belum..”
“Ii..iya ustadz..” Ulfah pun sedikit ragu, dan perlahan menaikkan roknya. Dan terlihatlah paha mulus putih dan celana dalam krem berbunga. Kulihat dari celana dalam, vaginanya begitu tembem. Akupun perlahan berlutut dan mulai menurunkan celana dalamnya hingga lutut.

Terpampang didepan mataku, vagina tembem mulus dengan belahan rapet dan pink milik Ulfah.

“Aduh..mulusnya memek kamu de Ulfah.. bisa ana senggamai tiap hari ini.. gak apa apa kan cantik?”
“Eeegg..ggak apa apa ustadzii”

Akupun lalu mendekatkan mulutku ke bibir memeknya, dan perlahan mencium bibir memeknya. Baunya sangat khas memek remaja, klentitnya sedikit menonjol di belahan sempitnya, yang membuatku tak tahan langsung menjilat jilatin belahan memeknya.

“Haahh…ustadz…Ulfah lemes..ahhh..gelii..”
“Tahan sayang.. ssllrpphh mmhh”
“Achh..ahh..ahh”
“Enak kan?” Sambil ku kobel kobel lembut belahan memeknya dengan jari telunjukku. Aku gesek clitorisnya dengan jempol.

“Haahhh..ustadz.. aahh”
“Ahh.. de Ulfah udah matang ini bisa ustadz senggamai setelah nikah.. udah dewasa kamu de..”

“Huuh.. Alhamdulillah ustadz”
Akupun menghentikan aktivitasku memainkan vaginanya. Karena sangat keras penisku, akupun kemudian mengeluarkan batang kontolku dihadapan Ulfah.

“Nah ini pegang nak.. ini namanya penis.. pegang..” aku menyodorkan kontolku ke depan Ulfah.
“Ggi gini ustadz?”
“Nah iya gitu..genggam.. gimana cukup nggak di liang memeknya Ulfah?”
“Eeee…kka kayaknya besar sekali ustadz.. lubang farji ana kecil” sambil membatu memegang kontolku.

“Nanti juga cukup kok sayang.. liang memek kamu nanti membesar sendiri”
“Ii..iya ustadzii..”
“Sini ya..ustadz usap usap kepala penis ustadz di belahan vagina de Ulfah..biar nanti keluar mani.. buat diusapin di memek dan puting de Ulfah.. tanda tubuh anti sudah jadi hak milik dan resmi calon istri ana..”

“Ii..iya..silakan ustadz” jawabnya polos dan grogi.

Akupun mendekatkan penisku ke vagina botaknya, kemudian aku elus elus kepala penisku di belahan memeknya yang mulai basah.

“Aghh.. gimana nikmat kan? Memek de Ulfah lembut.. nikmat”
“Aahh..sshh.. geli ustadz.. enak..”

Akupun menggesek gesek kepala penisku di belahan memeknya dengan agak cepat.
“Ahh de Ulfah..nanti tiap hari mas gauli ya kamu sayang..”
“Ahh ahh..iya mas.. Ulfah manut..ahhh…”
“Achh ahh ahhh..” dan tak lama akhirnya spermaku muncrat depan vaginanya.
“Aahhh..keluar juga sayang di memek kamu.. nanti jangan dicuci sampai besok pagi ya..”

Akupun mengusap usap sperma kentalku di permukaan memek Ulfah dan di payudara Ulfah sambil kuremas remasi.

“Aahh.. Ulfah udah resmi jadi calon istri mas?”

“Iya sayang.. siap kan?”
“Siap.. mamass..”
“Inget ya.. Nutfah tadi jangan dicuci ya sampai pagi.. agak lengket gapapa.. besok baru boleh mandi..”
“Iiya mas..”

Akupun menaikkan kembali celana dalamnya dan mengancingkan kembali bajunya. Aku bantu rapikan baju dan jilbabnya.

Ulfah pun kini duduk disampingku.
“Iih..ayu nya calon istri mas..” sambil ku cubit hidungnya.

Ulfah tersipu malu “Makasih calon suamiku”

Akupun mengusap pipinya, memandang wajah cantiknya dan perlahan aku kecup bibir pucatnya. Mata Ulfah menjadi sayu dan secara pasif menikmati kuluman kuluman bibirku di bibirnya. Ulfah merem melek saat aku mulai memasukkan lidahku dan juga mengulum lidahnya.

“Aahh..mmmhhh ammhh ahh” hanya itu desah pelan yang terdengar dari Ulfah yang kini pasrah payudaranya mulai kuremasi lagi. Aku remas pelan berirama susu mungilnya sambil mengobok obok mulutnya dengan lidahku. Suara keciprak mulut dan lidah beradu membuat suasana semakin membara.

Aku menurunkan tanganku ke atas bagian memeknya dan perlahan menarik gamisnya hingga keatas. Dengan perlahan tapi pasti aku selipkan jariku ke sela celana dalamnya dan perlahan mengelus elus vaginanya yang lembut dengan bulu yang tipis dan jarang.

“Aanghh ustadz..geli farji Ulfah..amhhssphhh”
“Memek ade enak? Suka mas kobel kaya gini?”
“Angghhh…Iyah enak geli memeknya..hahh..aaah”

Ku selipkan jari tengah ke bagian belahan memeknya dan kugesek pelan sampai bagian clitorisnya yang licin dan basah. Kukulum lagi bibir dan lidahnya dengan agak rakus sambil kugesek belahan vaginanya agak keras. Mata Ulfah semakin tenggelam dan pantatnya jadi naik turun.

“Aaahh mamas..Ulfah mau pipis..ahhh mamass..mau pipissss” Ulfah sedikit berteriak sambil pantatnya naik turun
seirama kobelanku di belahan memek dan itil.

“Pipisin aja sayang nggak apa apa” aku terus mempercepat kobelanku di belahan memek Ulfah.

“Ihh..ihhh.. ustadzii.. ana ga kuat mau pipissshh..ana pipisss ahhhhhhhhhh” dan cuuur… Beberapa kali memek Ulfah memancurkan air ke lantai.

“Aahhhh…aaaahh…aaahhh…” Ulfah menggelinjang dan pinggulnya naik turun seiring mancurnya air dari vagina.

Akupun mengelus elus vaginanya dengan lembut. “Enak sayang?” Sambil kucium pipinya.

“Lemes ustadz.. huuuhh.. maaf ustadz ana pipis di lantai.. gak tahan pengen pipis dielus elus gitu” Ulfah lunglai terbaring dengan rok di perut, celana dalam di lutut, dan kancing baju terbuka serta jilbab acak acakan.

“Gak apa apa sayang…nikmat kan kaya gini? Mmmuachh..” akupun mencium lembut bibirnya yang sedikit terbuka dan ngos-ngosan.

“Naam ustadzii..” ucapnya lemah.

“De Ulfah, mas perawanin sekarang ya memeknya?” Bisikku ditelinganya.

“Kki..Ki..kita jima’ sekarang ustadz??”

Bersambung dulu..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *