Skip to content

Lanjut ke cerita Kisah driver Ojol dan si wanita manis

CUSTOMER OJOL

Sore itu aku duduk di tongkrongan sambil menonton film di laptopku bersama teman-teman ojol sambil menunggu orderan. Handphone temanku berdering dan menunjukkan tanda kalau dia mendapatkan orderan. Karena dia masih asyik menonton, orderan pun dibiarkan. Selang beberapa detik, kini berganti handphone milikku yang berdering. Sepertinya orderan tadi berpindah ke aplikasiku. Terdapat nama ‘Ratih’ dan lokasi penjemputan beserta tujuan. Aku accept, dan segera bersiap-siap untuk menjemput customerku ini. Jarak tongkronganku dan lokasi penjemputan cukup dekat, kurang dari 100m. Lokasi penjemputan ini merupakan sebuah kost-kostan untuk putri.

Setelah sampai di lokasi penjemputan, terlihat wanita cantik berhijab sedang melihat handphone-nya. Suara motor yang aku bawa mengundang perhatiannya, dan seketika melihat ke arahku. Aku pun bertanya, ‘Kak Ratih ya?’, wanita cantik itu menjawab, ‘iya, mas’. Aku melakukan segala sesuatu sesuai SOP versi perusahaan dan tentu juga SOP versi sendiri. Di perjalanan, aku membuka obrolan, basa-basi memastikan lokasi pengantaran, ‘ke kampus FEB ya Kak?’, dan dia mengiyakan. Selanjutnya justru Ratih yang aktif bertanya kepadaku. Dari penilaian awal, Ratih ini orang yang cantik, ramah, sopan, cerdas dan humble tapi polos. Terlihat dari cara dia berkomunikasi, aktif bertanya namun bukan cerewet.

Setelah sampai di lokasi tujuan antar, dia pun turun dari motor. Dia hanya membayar 2rb rupiah, karena waktu itu perusahaan ojol sedang gencar mengadakan promo. Sebelum pergi, dia mengucapkan terima kasih sambil mendo’akan supaya rezekiku lancar dan juga mengingatkan supaya berhati-hati di jalan. ‘Attitude-nya bagus juga ini cewek’, gumamku dalam hati. Sebelum pergi, aku sengaja menyimpan contact Ratih. Kebiasaanku adalah selalu menyimpan contact customerku. Bukan hanya wanita, namun siapa saja. Aku memang pebisnis, jadi contact siapapun sengaja aku simpan untuk menawarkan sesuatu sesuai target marketnya.

Sekedar informasi, aku selalu memberikan pelayanan terbaik untuk customerku. Aku selalu mengenakan jaket yang bersih dan wangi, selalu memberikan masker kepada customer, mengingatkan untuk mau memakai helm meski jaraknya dekat, dan lainnya. Salah satu alasan kenapa customer enggan mengenakan helm adalah karena bau. Tetapi aku selalu memberi parfum helm dan memberikan masker rambut untuk customer, sehingga customer akan merasa nyaman untuk memakai helm. Dari semua pelayanan di atas, itu memberikan kesan yang baik kepada customer. Sehingga suatu saat aku menghubungi mereka, responnya pasti bagus. Itu menjadi salah satu kunci untuk mendekati customerku yang ingin aku ajak berkencan.

Aku selalu tampil rapi, wangi dan bersih ketika bekerja sebagai ojol. Itu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi customer. Terlebih setelah mengetahui latarbelakangku yang sebenarnya, sudah hampir pasti wanita incaranku selalu takluk.

Kembali lagi ke Ratih. Kalau customer yang dekat dengan tongkrongan, pasti kami mengenalnya. Minimal tahu namanya, sedangkan Ratih ini baru pertama kali order ojol di daerah tongkrongan kami. Setelah mengobrol ketika dalam perjalanan, barulah aku mengetahui kalau Ratih ini memang baru mau pindah ke kost itu. Pantas saja, baru sekali ini aku mendapatkan order dai Ratih.

Setelah hampir sebulan berlalu, aku kembali mendapatkan order dari Ratih. Dia pun masih mengingatku dengan baik. Dari sini aku tahu kalau Ratih ini mahasiswa jurusan Arsitektur, bukan FEB. Waktu pertama mengantar Ratih ke kampus FEB, ternyata dia akan menemui temannya, bukan untuk pergi kuliah. Ratih juga sudah pindah ke kost putri dekat tongkronganku semenjak 2 minggu yang lalu, hanya saja, aku baru 3 hari ini rajin ke tongkrongan setelah sebelumnya sempat lama tidak ‘narik ojol’. Dia menuju ke kampus untuk melakukan rapat bersama organisasinya, karena ada agenda kegiatan. Aku sempat menyinggung tentang ‘danusan’, dan memang salah satu agenda rapatnya adalah membahaa tentang danusan. Dia sepertinya tertarik dengan obrolanku mengenai danusan. Karena tidak sempat untuk mengobrol lebih lama, Ratih meminta nomor whatsappku, katanya nanti mau mengobrol lagi. Dengan senang hati, aku memberikan nomor whatsappku, padahal aku sendiri sudah menyimpan nomor Ratih.

Malam harinya, mungkin sekitar jam 8, Ratih menghubungiku melalui pesan whatsapp. Setelah basa-basi sejenak, dia mengajak janjian untuk bertemu. Untuk waktunya, dia menyerahkannya kepadaku. Bebas kapan saja, asalkan tidak terbentur jadwal kuliah. Aku mengusulkan untuk bertemu beberapa hari lagi, yaitu di hari Sabtu, tepatnya di sebuah museum. Di sekitar museum juga terdapat beberapa cafe yang nyaman untuk mengobrol.

Tips:
Salah satu cara agar kita terkesan lebih smart atau lebih oke, yaitu dengan mengajak gebetan ke lokasi-lokasi tertentu. Salah satu contohnya adalah museum. Jarang anak muda yang mengajak pergi ke museum, kecuali ada kepentingan tertentu. Dari sini, akan ada nilai plus tersendiri.

Bersambung….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *