Skip to content

CUSTOMER OJOL [Part 2]

Setelah aku mengusulkan untuk bertemu di museum dan dilanjutkan mengobrol di cafe, aku berpikir ini akan menjadi sesuatu yang romantis dan berkesan. Tetapi kekecewaan seketika muncul karena Ratih bilang akan datang bersama 2 temannya, yaitu ketua kegiatan dan ketua bidang kewirauahaan. ‘Anjir’, aku bergumam dalam hati. Aku sudah sangat pede dia mengajak ketemu duluan, ternyata murni karena kepentingan organisasinya. Karena sudah terlanjur janji, apa boleh buat. Lagi pula, membantu adik mahasiswa yang masih satu almamater kan tidak ada salahnya juga.

Sabtu pagi pun tiba, kami bertemu di parkiran museum. Ratih telah menunggu bersama 3 orang temannya, tambah 1 orang cowok lagi dari perkiraan awalku. Kami saling berkenalan, mengobrol sejenak lalu masuk dan berkeliling di museum. 2 teman Ratih yang cewek, semuanya berjilbab lebar dan secara fisik bukan termasuk selaraku. Teman Ratih yang cowok, tidak perlu dibahas. Karena seganteng apapun, aku tidak tertarik sama sekali.

Setelah berkeliling museum, kami melanjutkan untuk mengobrol di cafe. Kami memesan makanan dan minuman ringan. Sepertinya aku akan ditraktir, karena mungkin mereka sedang butuh masukan dari aku. Di cafe itu, kami mengobrol banyak hal. Yang pada intinya, aku memberi usulan ide untuk kegiatan danusan yang kreatif. Aku beri penjelasan detail agar mereka paham dan mudah dalam pelaksanaan. Aku juga memberikan contact beberapa relasi yang aku punya supaya mereka bisa mengajukan proposal pendanaan. Aku turut bersemangat karena dari danusan ini hasilnya akan mereka gunakan untuk pameran design bangunan dan bakti sosial menyantuni anak di panti asuhan.

Sebelum kami pulang, aku sengaja pamit ke toilet. Setelah itu aku melipir menghampiri salah satu pelayan di cafe itu dan meminta bill pemesanan. Aku traktir mereka semua, bukan sebaliknya. Kemudian aku kembali meja dan berpamitan untuk pulang. Mereka berterima kasih kepadaku karena telah meluangkan waktu dan membagikan ide untuk kegiatan mereka. Setelah itu mereka mengantar aku sampai ke depan cafe, dan kamipun berpisah.

Setibanya aku di kost, ada pesan whatsapp masuk dari Ratih. Dia kembali berterima kasih, terlebih karena dia dan temannya baru tahu kalau aku telah mentraktir mereka. Ratih dan temannya merasa tidak enak hati kepadaku, sudah merepotkan dan malah justru mentraktir mereka. Ratih bilang, kapan-kapan dia akan gantian untuk mentraktir aku. Aku iseng bilang kepada Ratih untuk mentraktir nonton film saja di bioskop. Tanpa aku duga, Ratih mengiyakan, dan menanyakan kapan aku mau menonton. Aku jawab malam nanti. Tanpa aku duga lagi, Ratih mengiyakan. Di posisi ini, ada berbagai kemungkinan. Ratih mengiyakan ajakan untuk menonton, karena dia merasa sungkan kepadaku dan ingin membalas budi. Kemungkinan kedua, dia memang suka menonton film dan kebetulan sedang gabut. Atau ketiga, dia memang nyaman untuk pergi dan mengobrol denganku. Kemungkinan lain, Ratih mengiyakan ajakanku tapi datang bersama teman-temannya.

Sebelum terlalu jauh menerka, Ratih menjawab sedikit kekhawatiranku. Dia bilang, ‘tapi aku bisanya sendiri mas, gimana? Temen yang lain belum tentu mau’. Bukan sebuah masalah bagiku, justru itu merupakan hal yang aku harapkan. Dari penampilannya, wajar saja kalau teman-teman Ratih tidak suka menonton film di bioskop. Obrolan di siang itu pun berlalu dan kami bersepakat untuk pergi menonton film di bioskop bersama.

Selepas Maghrib, Ratih menghubungiku melalui pesan whatsapp dan menanyakan apakah jadi menonton film di bioskop. Aku yang sedang bersiap-siap, kemudian menyempatkan membalas pesan dari Ratih, dan mengiyakan pertanyaannya. Aku menimpali lagi, agar nanti kita ketemuan di pintu masuk utama mall saja dan menuju ke bioskop bersama.

Setelah aku siap untuk berangkat, aku menanyakan kepada Ratih apakah sudah siap atau malah sudah di mall. Ratih menjawab kalau dia sudah siap, dan baru akan memesan ojol untuk menuju ke mall. Di situ aku merasa sangat bodoh sekali, aku lupa kalau Ratih tidak membawa kendaraan di kost. Pikirku Ratih membawa kendaraan sendiri dan aku tidak perlu menjemput Ratih. Aku enggan menjemput Ratih karena kost dia dekat tempat tongkronganku bersama rekan-rekan ojol, sungkan kalau sampai ketahuan teman-teman ojol. Akhirnya aku meminta Ratih untuk menungguku di kost dan batal untuk bertemu langsung di mall. Aku yang pada awalnya akan membawa sepeda motor, akhirnya pergi menggunakan mobil. Sebetulnya aku malas pergi menggunakan mobil di malam Minggu, karena jelas jalanan penuh dengan kendaraan yang mengakibatkan macet.

Bersambung..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *