Aku bergegas menuju parkiran kost, aku panasi mobil all new yaris pemberian ibuku, dan kemudian mengeluarkannya. Sebelum pergi, aku mengampiri panjaga kost untuk memberitahukan bahwa aku pulang malam ini, sehingga tempat parkir mobilku tidak dipakai penghuni kost lain.
Aku pun segera pergi menuju kost Ratih untuk menjemputnya. Benar dugaanku, jalanan di malam Minggu cukup padat, sehingga cukup lama aku sampai di kost Ratih. Setibanya di depan kost Ratih, aku memintanya untuk keluar. Ratih pun keluar dan tengok kanan kiri, kemudian membalas pesan whatsapp dariku, “mas di mana? Aku udah di luar”. Mungkin Ratih mengira aku membawa motor, bukan membawa mobil. Kemudian aku membuka jendela mobil, membunyikan klakson dan melambaikan tanganku kepada Ratih. Ratih menghampiri mobilku dan segera masuk ke mobil. Aku yakin Ratih cukup bingung dan semakin penasaran dengan latarbelakangku. Ojol yang pengetahuannya luas, tiba-tiba menjemput menggunakan mobil, benar-benar menyimpan misteri. Hal ini didukung dari pernyataan dari Ratih ketika kami sudah lama saling mengenal.
Kami berbincang basa-basi sebelum menuju mall tempat di mana kami akan menonton film. Ratih pun nampak masih canggung ketika di dalam mobil, aku berusaha mencairkan suasana dengan bertanya banyak hal kepada Ratih. Aku juga mengajak makan terlebih dahulu, karena tidak memungkinkan mengejar film pada jam itu. Setelah sampai di mall, kami menuju restoran cepat saji. Kami memesan makan, dan setelah itu kami berbincang sambil makan. Ratih mulai menanyakan kesibukanku sehari-hari. Karena dia nampak cewek baik-baik, aku pun jujur kepadanya. Aku jawab semua hal yang dia tanyakan. Tidak seperti pertama kali mengobrol ketika aku memboncengnya sebagai customerku, aku menjawab pertanyaan dia secara asal dan banyak yang aku tutupi. Sejujurnya, aku tertarik kepada Ratih, selain karena cantik, kepribadiannya juga bagus. Barangkali berjodoh, lebih baik aku jujur dari awal. Meskipun juga aku telah memiliki cewek yang berada di kota yang berbeda. Ratih terkagum padaku, terlihat dari gestur dan ekspresi wajahnya ketika aku menceritakan sebenarnya.
Hal lain yang aku suka, dia tidak membahas materi, termasuk mobil yang aku gunakan untuk menjemput dia. Ketika membayar makanan pun, dia menolak untuk aku traktir. Dia justru memaksa untuk mentraktir aku. Sempat berdebat, akhirnya dia bilang, “yaudah aku bayarin punyaku, aku bayarin punya mas”. Ide bagus, tetapi konyol. Karena kita memesan paket makanan yang sama. Sama halnya kita membayar sendiri makanan kita. Ketika kami sedikit berdebat, banyak orang yang melihat kita, apalagi orang yang antre di belakang kami.
Setelah makan, kami pun menuju ke bioskop. Kalau tidak salah, waktu itu kami membeli tiket film ‘Warkop Reborn 2’. Kami menunggu sekitar 10 menit sebelum akhirnya masuk ke dalam bioskop. Kami menempati tempat duduk best view di pertengahan. Secara tontonan, aku hanya mendapat sedikit sisi humornya. Tetapi ya bukan masalah. Aku tidak kecewa hanya karena film. Di tengah-tengah film, aku ngemil pop corn dan tidak sengaja menyentuh tangan Ratih, dan aku rasakan tangannya cukup dingin. Aku berinisiatif memegang tangan Ratih dan mengusap-usapnya. Dia berbisik kepadaku, “dingin banget”. Setelah itu aku pelan-pelan melepas hoodie yang aku pakai, kemudian meminta Ratih untuk memakainya. Ratih hanya menyelimuti bagian depan tubuhnya menggunakan hoodieku, dia kembali berbisik, “ribet pakainya mas, takut ganggu yang di belakang”. Baiklah, cukup pengertian juga kepada orang lain.
Setelah beberapa lama, film pun selesai dan kami segera keluar dari bioskop. Sebelum keluar, aku kembali meminta Ratih untuk memakai hoodieku, dan dia pun memakainya. Karena sudah terlalu malam, aku pun segera mengantar Ratih pulang ke kost. Sampai di depan kost, Ratih mengucapkan terima kasih, lalu turun dari mobil. Ratih tidak langsung membuka gerbang, namun menelpon seseorang. Cukup lama, aku pun sedikit berteriak kepada Ratih, “kenapa?”. Ternyata Ratih belum memiliki kunci gerbang utama, dan harus menghubungi temannya untuk meminta tolong membukakan pintu gerbangnya. Cukup lama Ratih menunggu, dan aku berinisiatif mengajak untuk menginap di kostku. Tapi belum sempat aku mengutarakannya, ternyata gerbang kost telah dibuka oleh teman Ratih.
Itulah awal perkenalanku dengan Ratih. Semenjak itu komunikasi kami cukup intens, meskipun tidak setiap hari. Ratih sepertinya percaya kepadaku dan merasa nyaman.
Di part ini emang belum ada cerita hotnya ya suhu. Tapi ane sengaja ceritain biar nyambung sama cerita selanjutnya. Jangan berharap ane bakal ceritain kisah ojol yang dapet durian runtuh karena anter barang dan dikasih hadia ngentot…
Bersambung….