Setibanya di kamar orang tuaku, aku langsung ditidurkan di kasur, berbarengan dengan ayah yang tidur di sampingku, tidak begitu lama ibu masuk ke kamar dan sudah tidak diikat lagi dan datang sambil merangkul Jarwo, bedanya ibu langsung duduk di tepi kasur sedangkan Jarwo berdiri di samping kasur lalu berkata padaku, “Lunas bro, lu udah lunas ya, nanti gw lakuin yang lu minta, sebagai ucapan terima kasih dari gw, malam ini lu puas puasin malam ini ya, kita ada urusan sama adik lu.”
“Ma..maksud abang?”
Belum sempat menjawab, semua orang keluar, lalu pintu ditutup dan dikunci dari luar, aku pun memanggilnya lagi, “Bang! Abang!?”
“Ssstt udah nak tenang aja.” Ujar Ibu sambil mendorongku kembali di kasur, “Mereka berdelapan belas mau pendekatan sama Bintang, katanya mau cari tau fantasi dan fetishnya.”
Berbarengan dengan itu terdengar suara teriakan Bintang dari arah luar, “GA MAUU!! LEPASIIN!! TOLOONG!!”
“Nah itu udah mulai, sekarang giliran kita ya.”
SERIUSAN, kontolku tegang dan kedutan hebat karena 2 hal, mendengar teriakan Bintang dan melihat ibu sudah rebahan disampingku sambil mengocok kontolku, bapak pun ikut rebahan di sisi yang lain, kutanyakan pada ibu, “I..ibu ga masalah lakuin ini? Ga masalah biarin Bintang diperkosa?? Anak yang sangat dijaga ibu?? Sama 18 orang bergiliran loh bu?? Kenapa bu??”
Lalu sambil terus mengusap kontolku sangat pelan ibu membalas, “Ya mungkin karena dari dulu fetish ibu itu dilecehkan dan direndahkan, dan jarwo janji bakalan setiap hari lecehkan ibu, permainkan, rendahkan, bahkan sampai mempermalukan ibu, makanya ibu sangat senang waktu dengar mereka mau perkosa Bintang, ibu bener bener merasa sangat direndahkan dan terhina sebagai seorang ibu, dan katanya mau sambil direkam supaya kita bisa nonton juga.”
Kaget mendengar perkataan ibu, aku pun bertanya pada bapak, “Terus bapak ga masalah liat ibu sama yang lain?”
Bapak pun langsung tertawa, “Hahaha justru dari dulu bapak suka bayangin ibu layani punya orang lain, ya termasuk layanin kamu juga hehehe, ayo genjot ibu kamu sekarang nak, bapak ga tahan pengen ngocok.”
Ibu lalu tersenyum dan berkata “Sebentar pak.” Kemudian turun dari kasurnya dan sibuk sendiri di dalam lemari miliknya, “berhubung Fajar juga sama sama cuckold, lebih baik pake ini aja.”
Aku dan bapak sama sama memperhatikan ibu mencari sesuatu, setelah sekian lama akhirnya ibu membawa peralatan yang membuat kami semua keheranan, bapak sampai bertanya, “itu ibu sejak kapan punya kaya gituan??”
Aku hanya melongo ketika melihat ibu membawa sebuah celana dalam berbahan kulit, dildo, chastity dan sebuah kotak berwarna biru putih, beliau pun duduk di samping kasur dan menjelaskan, “sebenarnya ini punya mantan ibu dulu, kalau tau bapak dari dulu cuckold pasti ibu pasangan, tapi berhubung cuma ada satu kita kasih buat anak kita aja ya pak.”
“Hahaha ide bagus bu, wah Fajar, kamu beruntung sekali jadi cuckold.”
Jelas saja aku sangat protes ketika ibu membuka chastity tersebut, “Bu, ga mau bu, terlalu kecil, ga kan muat.”
“Muat, sini ibu pasangin.”
“Aahh jangan bu!”
Dengan cepat aku langsung bangkit dan menghindar namun bapak segera menangkapku dan menahan di belakang tubuhku, “ayo bu bapak pasangin, udah kamu jangan ngelawan, kamu itu kan cuckold, udah bagus kita dukung, bapak aja pengen pake chastity, kamu beruntung ada satu dan asal kamu tau, chastity itu mahal banget dan susah banget pakenya, jadi tolong kamu hargai ibu kamu.”
Jelas saja aku terdiam pasrah ketika ibu memasangkan chastity itu, karena memberontak pun aku takut menyakiti ibu, terpaksa aku menerimanya dan merintih, “Enghh ga muat buu..”
“Muat, sebentar lagi ya.” ibu benar benar memaksakan chastity itu terpasang di kontolku hingga akhirnya kontol sepanjang 25 cm pun hilang begitu saja dan menyisakan kepalanya.
Mataku terbelalak tidak percaya melihat kontolku sendiri, bahkan kini ukurannya tidak lebih dari 3 cm dan hanya menyisakan kepalanya saja, ibu pun berkata, “Liat tuh punya kamu jadi imut ya sayang, seneng deh liatnya.”
Bapak pun tertawa sambil terus mengocok kontolnya sendiri di hadapan chastity ku, “Hahaha sekarang ukuran kontol bapak jauh lebih gede dari punya kamu.”
Rasanya benar benar sangat penuh, kontolku terasa seperti ditekan ke dalam, tentu saja rasanya sangat pegal, untung saking tegang dengan situasinya membuat kontolku menjadi lemas.
Melihat aku terdiam, ibu langsung berkata, “Uuhh jangan cemberut gitu dong sayang, nih pake, biar kamu ga sedih.” Dengan segera beliau memakaikan celana dalam berbahan kulit itu yang ternyata memiliki tempat di tengahnya, ibu pun memasangkan dildonya dan berkata, “Nah kalau kamu kangen sama kontol kamu bisa ngocok pake kontol ini, uuhh ukurannya jadi gede sayang, gimana rasanya punya kontol gede?? Pasti kamu senang banget ya??”
Aku benar benar tidak mengerti dengan ibu, padahal dildo ini berukuran hanya 18 cm dan kontolku sepanjang 25 cm namun ibu malah berkata demikian. Namun tidak puas memainkan mentalku ibu pun melepaskan dildo itu dan menggantinya dengan dildo berukuran 7 cm saja, “hmm kayanya ini lebih cocok buat kamu sayang.”
Seketika kontolkuku kembali tegang dan melotot ketika melihat ibu langsung mendekati dildo itu dan mengulum seperti kontol asli, sluurpp sluurpp sluurpp.. “Uuhh imut banget, ibu suka deh, nanti kalau kamu kangen pengen ngocok, kamu kocok kontol baru kamu aja ya, yang gede dan panjang ini jangan kamu pake, hmm kayanya ini juga kegedean sih.” ibu bahkan mengganti dildonya lagi dengan kontol berukuran 5 cm saja, “uuhh ini baru cocok buat kamu sayang.”
Bapak pun tertawa puas mendengarnya, dan aku masih terdiam melihat chastity dan dildo yang terpasang di celana dalam kulit ini, ibu bahkan mengulum dan menjilati dildo tersebut dan bapak bertanya, “Gimana nak rasanya disepongin ibu? Seneng ga? Enak ga sepongan ibu??”
Aku memperhatikan beliau dan kami pun saling bertatapan, entah kenapa aku sangat suka dengan sensasinya. Kemudian aku bertanya, “Terus kapan dilepaskannya bu??”
“Emhh kapan ya?? Menurut bapak kapan?” Tanya ibu sambil memainkan kunci yang terpasang pada sebuah gantungan, ibu putarkan di jarinya.
“Wah kapan ya? Kalau kata bapak sih mending agak lama, ya sekitar 2-3 bulanan lah.”
“Nah ide bagus tuh pak.”
Jelas saja aku protes, “Ga mau ah, kelamaan, pegal banget rasanya, apalagi kalau lagi berdiri, rasanya sesak banget, kaya ditekan kedalam.”
“Oh gitu, terus kamu mau berapa hari??”
Aku menjawab, “ya udah 3 hari aja bu.”
“Oh okay eh lepas.” tiba tiba kunci itu pun terlempar ke belakang lemari yang terbuat dari jati, sangat besar, keras, dan banyak sekali barang barang didalamnya, untung mengangkat dalam keadaan kosong saja butuh 4 orang lelaki dewasa.
“IBUU!!”
“Hehehe maaf sayang ga sengaja.” namun aku tahu kalau ibu sengaja melemparkan ke belakang lemari.
Aku segera memeriksa ke belakang lemari, sangat rapat, dan tidak mungkin bisa melihat bagian belakangnya, “ah ibu, terus gimana ini cara lepasinnya.”
“Hihihi ya nanti ibu lepasin kalau ibu mau, udah sini nak jangan sedih.”
Walau tidak mungkin namun aku coba mendorong lemari itu, beratnya bukan main, jelas saja aku yang masih kecil tidak akan bisa mendorong sendirian, apalagi dengan kondisi penuh barang.
Ibu memanggilku kembali, “udah jangan sedih, kan ada 1 kunci lagi.” Sambil menunjukan sebuah kunci lagi di genggamannya, “kalau kamu nurut, mungkin ibu mau lepasin.”
Karena tahu itu adalah kunci satu satunya aku pun menurut dan duduk disampingnya, “terus bersihinnya gimana bu?”
“Ya tinggal bersihin aja, itu kan berongga, kamu berendam di bathtub aja langsung ikut bersih, jadi buat apa kamu pikirin.”
Memang di rumah ini ada bathtub yang dibuat bapak supaya ibu bisa berendam dan relaksasi di rumah.
“Sekarang kamu minum pil ini ya.”
Seketika ibu mengeluarkan pil lumayan besar berwarna biru, aku bertanya, “itu apa bu?”
“Peraturan pertama, kamu ga boleh bertanya, sekarang minum.”
Aku hanya mendengus dan untungnya di kamar ibu selalu tersedia gelas kosong dan dispenser minuman, segera saja kuambil dan meminum pil tersebut, seketika bapak tertawa ketika selesai kuminum, kutanyakan pada beliau, “Kenapa pak??”
“Ibu kamu tega banget ya, bapak aja ga kuat loh minum seperempat pil perangsang itu, tapi kamu malah minum 1 pil utuh hahaha coba ibu kasih liat kotak itu.”
Aku pun segera mengambil kotak yang disodorkan ibu, di belakangnya tertulis kalau hanya minum seperempatnya saja. Seketika semuanya panas, chastity ini benar benar sangat penuh, dan birahi pun meningkat drastis, “Aarghh!! Tolong ibuu..”
“Uuhh liat sayang chastity kamu berair, sexy banget.”
Aku melotot melihat banyaknya cairan precum yang keluar padahal tidak dirangsang dan baru beberapa detik yang lalu meminum pil tersebut, ibu pun memegang tanganku dan berkata, “sini nak genjot ibu, malam ini kan kamu bebas pake ibu sesuka hatinya.”
Dengan cepat langsung kutindih ibu, memeluk tubuhnya sambil menggenjott dengan sangat cepat dan kuat, “aahh!! Arghh!! Ga kerasaa!! Ga kerasaa!! Tolongg ibuu!! Tolong lepasin duluu!! Aargh!! Arghh!! Gatell!! Gateel bangeet!! Oohh tolong ibuu!! Aku ga kuaatt!!” aku pun meracau tidak jelas sementara ibu tertawa melihatku menggenjot dirinya sangat kencang.
Jelas saja karena dildo yang terpasang hanya 5 cm, ibu pun tidak merasa apapun dan hanya geli saja, dan tanpa kukira ibu malah menghina diriku dan malah membuatku semakin birahi, “Hahaha ga kerasa!! Dasar kontol kecil!! Dasar lemah!! Kamu ga pantes jadi laki laki!!” dan lain sebagainya, aku yang memang senang dihina pun semakin birahi.
Berbeda dengan bapak yang dengan sepuas hati bisa ngocok dan menikmati diriku menggenjot ibu dengan dildo yang terpasang di celana dalam kulit ini.
“Argh!! Aarghh!! Ga kerasaa!! Ga kerasaa!! Tolong ibuu!! Ibuu!! Ibuu!! AArghh!! Ampuunn gatel bangeett!! Aargh!! Ibuu!! Ibu!! Aku sangee!! Aargh!! Toloong!!”
“Sshh oohh kamu sexy banget sayang kalau memohon gitu, terus sayang mohon lebih kencang lagi, ibu suka banget.”
“Aargh!! Aargh!! Tolong ibuu!! Lepasin chastity akuu!! Sumpah gatel bangeett!! AArgh!! Ga kuaat!! Ga kuaat!! Toloong!!” Air mata pun sudah mulai menetes dari mataku, rasa gatal, geli, dan birahi ini sangat luar biasa, cairan precum pun terus menerus keluar dari kontolku, berbeda dengan bapak yang keenakan ngocok dan bebas ngecrot.
“Aahh ayo dong lebih semangat lagi.. Mana ga kerasa.. Genjot lebih kuat lagi sayang.. Lebih cepat.. Bikin ibu kamu ini puas dong.. Masa kalah sama Jarwo.. Atau kamu lebih seneng ibu jadi mainan Jarwo??”
GILA, ibu benar benar tahu bagaimana caranya memainkan mental dan pikiranku, tentu saja aku berusaha memuaskan ibu meski mustahil dan tidak mungkin, kontol sepanjang 25 cm yang semenjak kecil kubesarkan, kini terkurung dan digantikan dildo seukuran 5 cm saja “AArgh!! Aargh!! Ga bisaa buu!! Ga bisaa!! Tolong lepasiin!! Aargh!! A..aku ga kuat lagii!! AAaHH!!” Seketika mataku terbelalak dan aku pun jatuh pingsan karena tidak kuat menerima rangsangan hebat yang kurasakan namun sama sekali tidak dilampiaskan. Beruntungnya aku tidak terkena serangan jantung.
Esok harinya aku terbangun dengan strapon yang sudah dilepaskan, namun aku merasa frustasi hebat, kupikir karena terangsang sampai pingsan, lalu aku melihat ke jam dinding dan waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 siang, itu artinya sudah 4 hari ini aku tidak masuk, dan tentu saja orang orang sudah pada pergi dan aku hanya sendirian di dalam kamar.
Melihat pintu terbuka sedikit dan suara mencurigakan aku pun segera bangkit, mengambil handuk ibu yang tergantung di balik pintu dan langsung mengenakannya, terasa lembab, pasti ibu sudah memakainya dan lupa untuk menjemur handuknya.
Setelah keluar dari kamar aku melihat Jarwo yang sedang duduk di kursi ruang tengah sedang menonton rekaman pemerkosaan kemarin malam dari ponselnya yang sudah terhubung dengan TV, ditemani dengan ibu dan anak yang sedang nyepong bersamaan, entah dari mana keduanya, namun pakaian ibu dan Bintang sama sama sudah rapi dan bagus.
Jarwo pun akhirnya sadar dengan kehadiranku, “Eh dah bangun lu bro, sini duduk, kita sama sama nikmati.”
Dengan menganga dan mata terbuka lebar, aku duduk di sebelah Jarwo, saat ini sedang menayangkan bagaimana Bintang sedang tiduran miring dengan mengangkat 1 kakinya, lalu 1 orang memasukan kontolnya ke dalam memek Bintang dari depan, 1 orang lagi memasukan ke dalam memeknya dari tengah, dan 1 lagi memasukan ke dalam memeknya dari belakang, ketiga kontol itu sama sama besar dan panjang, dan aku tidak percaya, Bintang yang bertubuh kecil bisa menerima 3 kontol besar dan panjang sekaligus di memeknya.
Ketika aku duduk, Jarwo menepuk pipi ibu, “Masak, sebentar lagi makan siang.”
“Baik tuan.”
Ibu berdiri sambil mengusap bibirnya yang basah lalu pergi ke dapur, Bintang masih nyepong, dan aku menonton tanpa mengedipkan mata, bahkan tanpa kusadari, mulutku pun sedikit terbuka.
Sampai akhirnya Jarwo berkata, “Lu tau ga kalau adik lu udah jadi mainan gw juga??”
Seketika aku protes padanya, “ga bisa gitu, gw kan belum keluar, ga bisa gitu dong.”
“Kata siapa.” jarwo lalu menghentikan video itu dan menggantinya dengan video dimana aku sedang tidak sadarkan diri dan sudah melepaskan chastity juga straponnya, tidak bisa kupercaya dengan apa yang sedang kulihat, ibu begitu hebat menggoyangkan tubuhnya, memutar dan naik turun, menggenjot kontolku yang tegak berdiri, Jarwo lalu mempercepat dan kini berganti Bintang yang menggenjot kontolku, meski tidak seperti ibu namun melihat dari gerakannya, Bintang terlihat sangat menikmati dan terlihat sudah sering melakukannya, Jarwo menjelaskan, “selama 5 menit sekali mereka gantian, sampai akhirnya..” Jarwo mempercepat video itu dan di akhir video memperlihatkan dengan jelas bagaimana aku orgasme.
Jelas saja aku bertanya, “Koq Bisa!!”
“Ya bisa lah, lu pernah mimpi basah kan? Nah keluar sendiri kan? Nah sama kaya gitu, lagian orgasme itu ga ada hubungannya dengan gerak otot melainkan digerakan oleh pikiran, kalau udah terangsang atau birahi hebat ya bisa orgasme dengan sendirinya.” Aku tidak tahu kalau Jarwo sangat paham dengan hal seperti itu. “Nah, jadi sekarang dah resmi ya keluarga lu jadi mainan gw juga, sama kaya keluarga yang lain.”
Seketika aku menunduk lemas dan tidak tahu harus membalas apa, sampai akhirnya Jarwo mengusap punggungku, bukan untuk menenangkanku namun untuk memberitahukan, “Mulai sekarang lu ga usah skul lagi, kerja yang bener di bengkel, soalnya bakalan ada anak buah gw yang selalu pantau lu disana.”
Aku pun bertanya, “ta..tapi harus ngekos ga?” Tentu karena tapi aku sangat malu bertemu dengan Abdul dan semua circleku, apalagi ternyata sudah 2 tahun mereka ngewe terus dengan Jessi di belakangku.
Untung saja Jarwo menjawab, “Ga usah, gw tau lu malu kan ketemu temen temen lu, sekarang lu tinggal di rumah aja, jagain tuh emak lu sama peliharaan gw, sekaligus diem disini sepanjang malam karena buat sekarang lu kerja sampai jam setengah 4 sore dan tepat jam 4 gw mau lu langsung masuk ke kamar dan nanti ibu lu sendiri yang bakalan ngunci dari luar, lu baru boleh keluar kalau kunci pintu lu kita buka.”
“Loh mau ngapain??” jelas saja aku bingung dengan perintahnya.
“Soalnya setiap hari mulai dari sore sampai pagi kita bakalan sex party dan lu yang bakalan beres beres rumahnya tiap pagi hahaha, dan gw pastikan bakalan bawa cewe cewe yang lain dan lu ga boleh gabung atau liat, lu cuma boleh dengerin kita ngewe doang hahaha.”
Dengan tegangnya kupastikan, “Bapak juga??”
“Oh ngga, dia sama cuck lainnya boleh datang dan liat langsung tapi ga boleh ngewe atau sentuh siapapun, tapi para cuck bebas coli dan crot sepuasnya kemanapun mereka mau, bahkan boleh request gaya juga, dan cuma lu doang cuck yang ga boleh liat hahaha.”
“Anjir!!” entah harus bagaimana diriku merespon, satu sisi aku senang, namun satu sisi lainnya aku merasa sangat sedih, apalagi mereka bisa enak enakan ngecrot sepuasnya sedangkan aku berada di dalam kamar, “Tapi aku boleh coli juga crot sepuasnya kan?”