Setelah mendengar suara ketukan barusan, sudahlah…. jangan lagi lo orang tanyakan bagaimana perasaan gue ya. Intinya, segala bentuk kantuk yang terjadi karena proses dari kesadaran menuju tidur setelah seharian begitu banyak beraktifitas, serta banyak memanjakan si lambung dengan berbagai jenis makanan, dan oleh sebab itulah kantuk pun tak mampu tertahan lagi. Gak mungkin kan gue mencoba bertahan dengan bersetubuh. Kan gue gak punya lawan sekarang. Dinda tidur ditenda bersama teman–temannya.
Tita? sudah dipastikan dia tidak akan datang, karena ini sudah lewat dari satu jam. Makanya nyaris saja mata ini beneran terpejam, beneran nganterin gue ke alam mimpi.
Namun….
Seakan semua keinginan buat tidur tadi terhenti seketika itu juga. Seperti yang gue katakan, kantuk pun langsung sirna seketika setelah mendengar suara ketukan di pintu barusan.
Gue yang sudah nyaman diatas ranjang dan sedikit lagi terpejam, tentu saja langsung terkejut dengan kedua mata yang terbuka nyaris sempurna bentuk lebarnya.
Hohoho!
Siapa itu yang datang? Jawabannya sih harusnya Tita. Cuma masih ada secuil pikiran di dalam sana yang mencoba mengatakan jika itu bukan Tita, melainkan orang lain.
Kalo emang itu orang lain, wahhh, gak tau deh cacian apa yang bakal ia dapetin karena sudah berani ngusik proses gue menuju ke alam mimpi.
Lalu….
Jika memang itu beneran Tita, apa yang bakal gue lakukin? Oh shit. Ini kan pengalaman baru gue buat ngajekin wanita lain sekamar dengan gue, setelah gue nikahi Dinda. Kalo jaman masih bujangan mah, jangan di tanya lagi. Namun ini kan statusnya udah berbeda kawan. Gue udah gak bujang lagi. Gue udah menjadi laki orang. Tapi… ini juga kan semua berawal dari keisengan gue yang gak pernah sama sekali gue hilangin. Hmm, iseng sih, Cuma harusnya tujuannya buat membantu. Bukannya Tita tadi pengen curhat? Berdasarkan dari pertanyaan demi pertanyaan yang menguasai tempurung kepala gue, pada akhirnya sepersekian detik pikiran gue kosong dan gue kebingungan. Kalau istilahnya itu, nyawanya belum terkumpul semua.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kembali di ketuk, serta nyadarin gue dari lamunan tak berarti tadi.
Benerkah Tita yang datang?
Wah kalo beneran nih betina datang nyamperin gue di kamar, gue gak tahu lagi apa yang akan terjadi nantinya. Intinya, sekarang jiwa pejantan tangguh gue langsung menjadi penguasa tubuh ini.
Tanpa banyak cingcong lagi, gue pun segera bangkit dari ranjang lalu melangkah kearah pintu kamar.
Gue nyempetin liat dari lubang kecil di pintu. Hmm, seorang wanita. Berkerudung? Tapi wajahnya tak begitu nampak, karena posisinya agak menunduk.
Ah sudahlah.
Mending langsung gue buka aja nih pintu.
And Thennn!!!
Taraaaaa………………
Yeah! Beneran tuh betina datang bro. Wahhh, gue gak tahu apa yang di pikirin wanita di hadapan gue sekarang di saat melihat bagaimana ekspresi gue sekarang ini. Kaget iya. Tapi lebih ke – ahh sudahlah, kalian juga pasti paham bagaimana ekspresi penuh kemesuman gue tercipta sekarang ini.
Sedetik ada kali gue membatu. Sedangkan wanita ini…. ya, dia Tita tengah berdiri dengan wajah yang terlihat agak malu, menyamarkannya dengan menghadirkan senyuman di wajahnya.
Gue segera menguasai kembali tubuh ini, dan segera mengeluarkan kata, “Eh Bu Tita. Masuk bu, masuk.” Apalagi yang gue harus lakuin di awal selain ngajekin dia masuk, bukan? Apalagi ini di hotel kawan, kalau kelamaan diluar takut melempem. Eh maksudnya takut ada orang lain yang liat, dan bakal menjadi fitnah, meski… gue juga gak bisa menjamin gak bakal terjadi apa-apa nantinya di dalam kamar ini. Hahaha.
“Maaf, Pak Adam tadi sudah tidur ya?” begitu ujarnya sembari melangkah masuk.
“Nggak bu, tadi saya dari kamar mandi. Duduk bu.” Bohong sih. Kan gue emang gak lagi dari kamar mandi, Cuma gue emang sempat loading sih tadi, karena mengatasi pikiran gue yang tengah berkecamuk penuh mesum. Setelahnya, gue lantas menutup pintu, sedangkan Tita segera mengambil posisi duduk di sofa kecil tak jauh dari ranjang. Setelah menutup dan mengunci pintu, gue pun berjalan mendekatinya.
“Dari kamar mandi ya.” Ucapnya pelan sembari melihat ke arah bawah. Eh, ke arah selangkangan gue?
Astaga.
Anjir… Gue lupa kalo gue punya kebiasaan, pas mau tidur gue bakal menanggalkan celana dalam, dan hanya memakai boxer seperti kolor.
Yah, mau gak mau, karena benda di tengah pangkal paha gue gak berpenghalang, serta mulai mendapatkan signal mesum dari otak gue, alhasil di bawah sana sudah membentuk tenda yang cukup membuat perhatian Tita teralihkan sekarang.
Anehnya….
Mata Tita sampai tidak berkedip menatap di sana.
Wah. Makin bisa di kondisikan kalo kek gini. Cuma, tentu saja gue gak mungkin salah melangkah bro. selain dia sahabat Dinda, ini juga kali pertama pengalaman gue berduaan dengan wanita lain pasca menikah.
“Ehem…” gue berdehem. Tapi, di dalam sana, tentu langsung blingsatan sampai-sampai seolah tengah membisikkan berbagai kalimat tanya yang bikin kepala atas bawa cenat-cenut. Kenapa bu Tita liatin mulu? Besar ya? Ini bukan hanya besar, tapi panjang dan tahan lama. Ibu mau coba sekarang? Mau gaya apa nih? Terlentang, tengkurap, nungging, diatas atau kayang? Gue bakal ladenin semua, dah.
Eitss. Sadar Dam, sadar.
Tita kesini itu mau cerita masalah sama suaminya, bukan mau coba kejantanannmu. Masalah nantinya setelah selesai curhat dia mau mencoba kejantananmu, itu lain lagi urusannya. Sekarang fokus aja sama masalah pribadinya dan ambil hatinya disitu. Sebuah monolog baru, langsung menyadarkan kemesuman gue. Tentu dalam diri ini, masih adanya sebagian pemikiran positif. Tapi lebih banyak negatifnya sih. Hahay!
Hmm… Tapi kelihatannya dia sudah terlanjur nyaman dengan pemandangan yang ada dihadapannya ini. Apa obrolan tentang suaminya gue tunda dulu dan gue pancing aja ya?
Well!
Gue lebih dulu menguasai kembali keadaan dengan mulai kembali berucap, setelah beberapa detik lamanya, kesunyian menyapa.
“Iya, eh… mau minum apa nih bu Tita?” Sengaja di awal gue tawarin minum. Gue juga berpura-pura tidak menyadari jika sejak tadi tatapan betina ini terpaku pada pangkal paha gue.
“Eh iyak. Emangnya ada apa aja, pak Adam?” Tita kelihatan gugup sembari menatap kearah gue.
“Hmm ada air mineral, sama ada susu kental mani” Gue mulai menggodanya. Mencoba bermain di air keruh. Semoga umpan gue ini bisa ia samber sesegera mungkin, dan melupakan tujuan utamanya kesini untuk sekedar curhat masalah rumah tangga dengan sang suami. Sudahlah bu, lupakan suamimu sejenak, damaikan dirimu dengan memberikan segalanya ke gue. Gue pastikan, kan membawa ibu ke nirwana sesungguhnya.
“Mani?” Tita yang tadinya terlihat bingung, sekarang terbengong.
Perubahan dimimik wajahnya itu pasti dibarengi pikirannya yang juga teralih sesaat, itulah makanya, gue harus memanfaatkan sepersekian detik peralihan itu.
“Hehe iya. Mau yang mana?” Tanya gue dengan cepat.
“Mani? Sperma maksudnya?” Tita dengan polosnya nyeletuk seakan ia tak begitu sadar jika pria di hadapannya saat ini sangat berhasrat pada tubuh sintalnya yang menggiurkan. “Eh astaagaaa….” dan jenak berikutnya, sepertinya dia sudah paham dengan arah pembicaraan gue.
Makin merinding disko daku di buatnya, kawan.
Sejujurnya sampai sini, pengen banget gue serang. Cuma itu beresiko banget bro. Selain gue bukan cenayang yang bisa tahu apapun yang kan terjadi nanti, gue juga masih belum begitu memahami tujuan wanita ini datang menemui gue di kamar. Pasti kalian langsung ngomong dalam hati, udah sikat aja, apalagi tujuannya datang kesini, selain ingin ngerasain si komeng, bukan? Maaf kawan, ini bukan hanya sekedar masalah selangkangan, tapi kudu mengamankan semua sisi. Baik itu sisi kenyamanan dari lawan, biar mulutnya akan terkunci rapat dan gak bakal menyanyi kemana-mana nanti setelah gue taklukkan. Serta, gue juga harus memastikan jika wanita ini, pun beneran berani datang ke sini hanya satu tujuan. Mendapatkan sesuatu yang tak ia dapatkan dari suaminya. Karena…. pasti nanti gue sendiri yang bakal malu, kalo kejantanan gue malah lebih buruk dari milik sang suami, bukan?
Dan….
Satu lagi. Gue juga gak boleh menunjukkan betapa gue berhasrat banget padanya. Harus kalem bro. apalagi, kini, kesadaran gue mulai kembali menguasai. Mengingat kembali tujuan awalnya dia kekamar ini adalah untuk curhat masalah suaminya.
Gue mencoba memegang komitmen itu. Gue tidak mau dia menganggap gue untuk saat ini – hanya memancingnya saja, tidak lebih. Memancingnya ke kubangan penuh dosa. Hahay! Ingat loh, dia akhwat, bini orang, soleha. Jadi, emang pantas memakai cara yang selow tapi penuh ketegasan dan berjalan pada koridor yang ‘semestinya’.
“Jadi mau minum apa bu?” gue kembali bertanya.
“Air putih aja deh pak. Biar gak terlalu ngerepotin.”
“Oke bu.”
Gue lalu mengambilkan air mineral yang ada dilemari kecil, setelah itu gue menyerahkannya ke Tita.
Tatapan mata kami bertemu dan terlihat dia sudah tidak secanggung tadi. Saat ini Tita terlihat santai dan itu dibuktikan dengan tatapan matanya yang mulai menggoda.
“Kok mukanya Pak Adam merah gitu?? Hihihihi” Wah nih betina mulai bikin gue salting. Atau sekarang dia yang mancing gue.
“Ohhh air mineral rupanya, padahal tadi aku sih maunya susu kental Mani”
Errrr….. kalem kawan. Kalem…. Betina ini makan umpan gue dan sekarang giliran dia yang membalikan umpannya ke gue.
“Ya dah lah. Karena gak mau di kasih Susu kental Mani nya, biar ini aja” sambil menerima botol mineral itu, gue menatap tepat di bagian dadanya yang masih terbungkus gamis.
“Hushh… nggak boleh liatin kek gitu!”
Ah sial. Rupanya dia sadar kalo sepasang buah sakral miliknya tengah menjadi perhatian sepasang mata laknat gue.
Sambil ngomong, ia sambil membuka tutup air mineral dengan pelan, lalu dia meminumnya dengan gerakan yang lambat. Gerakan ujung botol yang menyentuh bibirnya pun dibuat seseksi mungkin.
Ahhh seksi banget anjir.
Gue kebayang banget kalo botol itu malah si komeng yang lagi ia mainkan. Shit! Kalem bro. harus tenang dulu. Sebagian diri gue di dalam sana, kembali mengingatkan.
…
…
…
Berhubung mau hari raya kurban, jadi izinkan ane libur juga ya hahay……
Pada penasaran apa yang kan terjadi dengan Tita di kamar? hohohoho…. pada tahu kan, harus kemana?