Skip to content

Indahnya kehidupan desa

Bosku Yang Cantik Ku Jadikan Pemuas Nafsu

Lanjutan 11 …

Keesokan paginya , aku kembali menjalani aktivitas ku seperti biasa.

Badan ku masih terasa pegal karena banyaknya ‘olahraga’ yang kulakukan kemarin.

Tapi bagaimana pun juga , aku dan ibu tetap melakukan rutinitas harian seperti biasa.

Aku mengurus ternak dan ibu mempersiapkan dagangan untuk di titipkan ke warung.

“Nak , ibu berangkat antar dagangan dulu ya”. Kata ibu ku dari dalam rumah

“Iya Bu hati hati”. Jawab ku sembari memberi makan ke kambing kambing ku yang ada di dalam kandang.

Ketika sedang memberi makan kambing , ku lihat persediaan rumput ku tinggal sedikit ya memang kalau tidak salah terakhir kali aku mencari rumput ketika aku memergoki Bu Dewi sedang ‘bermain’ dengan pak Adam.

Mumpung matahari masih belum terlalu tinggi , aku pun langsung bergegas mempersiapkan alat alat ku untuk mencari rumput di sekitar kebun.

Ketika sudah berjalan cukup lama , aku pun sudah sampai di perkebunan milik warga sekitar.

Ku lihat tempat tempat yang biasanya penuh rumput , sudah habis di babat oleh orang.

Mungkin karena aku tidak mencari rumput beberapa hari , jadi sudah banyak yang ambil fikir ku.

Aku pun berjalan menyusuri tepian kebun kebun milih warga , karena memang tanaman tamanan nya sudah cukup tinggi tinggi jadi tidak mungkin aku masuk ke dalam area kebun takut di kira merusak tanaman.

Cukup lama aku berkeliling , tapi itu pun aku baru mendapatkan sedikit rumput.

Karena sudah kepalang tanggung , aku pun mencoba mencari ke area yang agak jauh sampai hari mulai siang barulah kurasa rumput yang kucari sudah lumayan cukup.

Ketika aku sedang mencoba beristirahat , aku ingat kalau didekat sini ada mata air yang biasanya digunakan untuk mandi oleh warga.

Mata air itu hanya berupa pancuran air alami yang di beri batang bambu oleh warga agar air nya lebih mudah mengalir.

Di mata air itu juga ada 3 bilik dengan dinding bambu tanpa atap yang hanya berpintukan kain jarik bekas , biasanya bilik bilik itu digunakan para ibu ibu yang hendak mandi atau hanya sekedar berganti pakaian.

Aku pun bergegas berjalan menuju ke arah sumber mata air tersebut berada.

Tempatnya yang cukup tertutup oleh rindangnya pohon pohon tinggi membuat tempat itu tersembunyi dan hanya terlihat jika sudah cukup dekat.

Ketika aku sampai disana , tidak terlihat ada orang sama sekali.

Yah wajar saja , matahari sudah cukup tinggi dan ini bukan musim tanam ataupun panen , dengan letak mata air yang lumayan jauh dari pemukiman pasti jarang ada warga kesini di waktu waktu sekarang.

Tapi belum sampai aku membersihkan badan , kurasa sayup sayup aku mendengar ada suara erangan seseorang.

Mungkin karena sudah beberapa kali kejadian , aku pun bisa cukup yakin kalau itu adalah suara erangan orang yang sedang ‘keenakan’.

Langsung dengan sigap aku berjalan perlahan , alas kaki kulepas supaya langkah kaki ku tidak terdengar.

Kucoba mengintip dari bilik satu ke bilik yang lain , ketika kulihat bilik pertama kosong.

Kuberjalan lagi bilik kedua kosong juga , dan memang suara itu sepertinya berasal dari bilik paling ujung.

Kucoba intip dari Sela sela dinding bambu , dan benar saja ketika kulihat ada orang dan setelah ku perhatikan dengan seksama ternyata orang itu adalah Bu Dewi ibunya Agus.

Kulihat Bu Dewi yang masih memakai jilbab dengan daster longgar lengan panjang ala ala orang desa , tapi bedanya daster bagian atas sudah terlepas kebawah sehingga payudara besarnya yang tanpa bh menggantung dengan bebasnya.

Dasternya bagian bawah juga tersingkap sampai ke pinggang , dengan posisi kaki yang terbuka lebar tepat ke arah pintu mempertontonkan memeknya yang merekah dengan rambut yang tidak terlalu banyak.

Bu Dewi dengan bernafsu memainkan lubang kewanitaannya sendiri , sesekali dielusnya lubang itu naik turun dan sesekali juga kedua jari nya keluar masuk mengaduk memeknya sendiri.

Hanya desahan dan erangan pelan dari bibir Bu Dewi yang sangat fokus menikmati aktifitas nya tersebut.

Melihat lah tersebut akupun menjadi bimbang , apakah aku hanya melihat saja pemandangan itu sampai selesai atau aku nekat masuk ke dalam bilik.

Kalau aku hanya melihat saja , aku hanya menikmati pemandangan tanpa bisa merasakan.

Tapi kalau aku masuk , belum tentu Bu Dewi mau aku ajak bercinta.

Aku pun berfikir sejenak beberapa kali kucoba melihat sekeliling memastikan ada tidaknya orang yang datang , dan sesekali kulihat kedalam Bu Dewi yang masih dengan suara desahan dan pose menggoda.

Setelah banyak pertimbangan , aku pun mencoba untuk nekat saja toh kapan lagi aku bisa dapat kesempatan merasakan memek Bu Dewi fikirku.

Aku pun menyibakan pintu yang berfungsi sebagai pintu bilik tersebut dan langsung berjalan masuk.

“Lagi ngapain Bu?”. Tanya ku ke Bu Dewi

“Ehhh Hadi … Kamu masuk kok gak bilang bilang”. Kata Bu Dewi saat melihat ku masuk.

“Aku dengar suara orang , aku kira kesakitan atau kenapa makannya aku langsung masuk Bu”. Kata ku ke Bu Dewi

“Enggak kok , ibu gak kenapa kenapa”. Jawab Bu Dewi

Ketika pembicaraan singkat tersebut , pandangan ku tidak bisa lepas dari tubuh Bu Dewi.

Bagaimana tidak , walau Bu Dewi sedang berbicara dengan ku tapi posisi tubuhnya tidak berubah sama sekali bahkan Bu Dewi tidak mencoba menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.

Bu Dewi masih terduduk dengan setengah bersandar , dengan kedua tangannya sebagai penopang badan di kiri dan kanan badannya.

Kakinya pun masih terbuka lebar , mempertontonkan memeknya tepat ke arah aku berdiri.

Karena respon Bu Dewi yang seperti itu , aku lalu perlahan berjongkok di depan Bu Dewi.

Dengan perlahan dan tangan yang masih agak ragu , kuelus paha Bu Dewi.

“Bener Bu , ibu gak kenapa kenapa?”. Tanya ku sambil dengan perlahan tanganku bergerak mengusap ke paha bagian dalam.

Bukannya menolak , Bu Dewi seperti menyodorkan tubuhnya untuk ku jamah karena Bu Dewi justru mendekatkan memeknya kearah ku.

Tanpa ragu aku langsung mengelus memek Bu Dewi dengan perlahan.

Bu Dewi hanya mendesah lirih sambil melihat tangan ku yang bermain di memeknya.

Setelah jari ku sudah cukup basah dengan cairan memek Bu Dewi , aku coba masukan kedua jari ku kedalam dan sedetik kemudian jari ku sudah terbenam didalam tubuh Bu Dewi.

“Ahhhhhhh hadii…..”. Desah Bu Dewi

Tapi ketika jari ku sudah masuk , aku hanya mendiamkan jari ku saja , aku sengaja karena ingin melihat reaksi dari Bu Dewi.

Dan ternyata seperti orang yang tidak sabaran , Bu Dewi justru menggoyangkan pinggulnya maju mundur supaya jari ku bisa keluar masuk di lubang memeknya.

“Ngapain Bu?”. Tanya ku ke Bu Dewi

“Uhhhh mmmm kamu itu ahhh yang ngapain?”. Kata Bu Dewi yang berbalik bertanya pada ku

Melihat Bu Dewi yang bernafsu , aku pun mulai menggerakkan jari ku maju mundur dengan irama pelan pelan.

Ketika sudah sangat licin , kupercepat tempo jari ku.

“Ahhhh hadiii ahhhh hadiii aduhhhhh ahhhhhhh emmmmmm”. Desahan demi desahan masih terus terdengar dari mulut Bu Dewi.

Setelah beberapa lama…

“Hadii yang cepatt ahhhhh cepat terussss terussss ahhhhh ahhhhhhh hhh cepatttttt ahhhhhhhhh keluarrr keluarrrrrrrrr ahhhhhh”. Erangan panjang dari Bu Dewi menandakan tercapainya puncak kenikmatan itu.

Aku pun dengan segera mencabut jari ku berbarengan dengan menyembur nya cairan dari lubang kenikmatan nya hingga membasahi tangan ku yang masih aktif beberapa saat tadi.

Bu Dewi yang awalnya duduk setengah bersandar , langsung merebahkan tubuhnya akibat serangan gelombang kenikmatan yang barusan di rasakan.

“Basah semua nih Bu”. Kata ku sambil menunjukkan kedua jari ku yang basah kuyup

“Hahhh hahhhh iyaah hahhh kamu sih mainin punya ibu hahhh”. Kata Bu Dewi masih sambil terengah-engah

Bahkan ketika sudah keluar , Bu Dewi tidak mencoba sedikit pun walau hanya untuk merapikan pakaian nya justru malah semakin di lebarkan kakinya untuk dapat ku nikmati.

Melihat Bu Dewi yang hampir telanjang dengan pakaian yang sudah tidak teratur apa lagi bagian bagian tubuh nya yang terekspos , membuat kontol ku semakin keras di balik celana.

Tanpa berlama lama , aku pun langsung melepas celana ku dengan kontol ku yang sudah mengacung tegak.

Langsung ku berjongkok dan memposisikan diri ku didepan Bu Dewi dan ketika Bu Dewi melihat ku walau masih terlihat kelelahan dan terbawa nafsu , tidak berniat untuk melarangku sama sekali.

“Kalau mau kamu pakai , pakai aja tapi pelan pelan ya ibu masih capek”. Kata Bu Dewi sambil perlahan mengangkat kedua kaki nya keatas.

“Bu …”. Panggil ku pelan sembari menggesekan kontol ku ke bibir memeknya.

“Emmm kenapa Hadi?”. Tanya Bu Dewi sambil melihat ku

“Bu aku tanya tapi jawab jujur ya”. Kata ku sambil terus menggesek kontol ku semakin cepat

“Emmmmm ehhhh tanya aja ….. Cepettt”. Kata Bu Dewi

“Ibu aslinya lonte ya?”. Tanya ku

“Uhhhh iyyaahhh ahhhhhhhhhhhhh”. Desah panjang Bu Dewi

Bersamaan dengan jawaban Bu Dewi , ku masukan kontolku dengan sekali hentakan sekingga mencapai kedalaman rahim Bu Dewi.

“Apa Bu gak kedengeran”. Kata ku sambil mulai memompa kontol ku.

“Ahhhh ahhhhh iyaaah benerrrr uhhhhh hadii pelannn ahhhhhh pelaannn pelannnnn”. Kata Bu Dewi

Walau Bu Dewi memohon untuk memperlambat tempo ku , tapi Bu Dewi justru malah mengimbangi goyangan ku dengan gerakan pinggulnya.

Ketika aku bergerak mundur , Bu Dewi pun agak menarik pinggulnya.

Begitu juga ketika aku bergerak maju , maka Bu Dewi akan menyambut kontol ku dengan dorongan pinggulnya seperti berharap agar kontolku bisa makin terbenam dalam lubang memeknya itu.

“Apanya yang bener Bu?”. Tanya ku sambil mempercepat gerakan ku.

“Iyaaa benerrr ahhhhhhh ibuuu aslinyaa uhhhhh lonteee ahhhhhhhh”. Kata Bu Dewi sambil terus mendesah

“Ibu suka ngentot berarti?”. Tanya ku lagi

“Iyaa sukaaa ahhhh ahhhhh sukaaa terusss ahhhh”. Kata Bu Dewi

Tapi bukannya kuteruskan , aku malah mencabut keluar kontolku.

“Ahhhh kok di cabut Hadi , masukin lagi kontolmu”. Kata Bu Dewi dengan wajah memelas

“Coba ibu nungging”. Kata ku pada Bu Dewi

Bu Dewi pun langsung memposisikan tubuhnya seperti yang aku perintahkan.

“Emang mantap pantat nya Bu”. Kata ku sambil meremas kedua pantat Bu Dewi

“Jangan cuma di lihatin dong Hadi , di pake juga”. Kata Bu Dewi tidak sabaran

“Katanya ibu lonte , bukain dong lubang memeknya”. Kata ku pada Bu Dewi

“Hadiii cepatt masukin”. Kata Bu Dewi semakin memohon.

“Mintanya juga harus kata lonte dong Bu”. Kata ku lagi

“Hadiiii tolong buruan …. Masukin kontolmu ke memek ibu”. Kata Bu Dewi

Dan langsung aku kembali memasukan kontolku lagi ke memek Bu Dewi yang makin basah.

“Ahhhhhh iyaaaa goyang Hadi ahhhhh”. Kata Bu Dewi

Sambil memompa akupun sambil menikmati keindahan tubuh Bu Dewi , tubuhnya yang ikut maju mundur mengikuti irama gerakan ku membuat aku tidak peduli kami sedang dimana dan melakukan apa , hanya nafsu mengejar kenikmatan yang ada di fikiran ku dan Bu Dewi.

“Bu katanya lonte kok pake jilbab?”. Tanya ku di sela sela permainan kami

“Iyahhh ahhhhh ahhhhh soalnya ahhhhhh banyak yang sukaaaa uhhhhhh kalauuu la ahhh lagi main sambil pakai jilbab”. Kata Bu Dewi

“Udah berapa banyak yang make Bu?”. Tanya ku

“Ahhh gakkk ahhhhh gak ngitung uhhhhhhhh”. Kata Bu Dewi

“Siapa aja yang pernah make Bu?”. Tanya ku lagi

“Ahhhh banyakkk ahhhhh udahhh banyakkkk ahhhhhh”. Kata Bu Dewi

“Bayar enggak pas make Bu?”. Tanya ku

“Uhhhhh hadiii ahhhhhh hadiiiii hadiiii ahhhhh”. Desah Bu Dewi terus terusan

Plakkk …….

“Jawab aja Bu kalau di tanya”. Kata ku sambil menampar pantat Bu Dewi

*Ahhhhh adaa … Adaaa yang bayarrrr ahhhhh adaaa yang enggakkk uhhhhhhh”. Kata Bu Dewi

“Aku bayar gak nih make memek mu Bu?”. Tanya ku

“Enggakkkk ahhhhhh enggakkk usahhhhh aduhhhhhhhhh ahhhh emmmmmm”. Kata Bu Dewi

“Bu rambutnya aku tarik yaa”. Kata ku meminta izin ke Bu Dewi

“Jangannn ahhhhh jangannnn ….. Jangann cuma rambut uhhhh jilbabnya sekaliannn ahhhhh”. Kata Bu Dewi

Tanpa fikir panjang , ku pegang dengan cukup erat jilbab beserta rambut Bu Dewi dan kutarik mengikuti goyangan ku.

“Ahhhhh ahhhhhh cepetinn uhhhh yang cepet hadiii”. Kata Bu Dewi

“Ngomong kaya lonte Bu biar semangat”. Kata ku sambil masih menarik rambut Bu Dewi

“Iyaaahhhh ahhhhhhhh ahhhhh terusss entot terusss ahhhh memekku enakk ahhhhh uhhhhhh”. Kata Bu Dewi

Plakkk …… Plakkkkk
Kembali tamparan ku berikan ke pantat besar Bu Dewi.

“Terus ngomong terus Bu sampe keluar”. Kata ku tidak kalah bernafsu.

“Aduhhhhhh enaakkk ahhhh cepetinn uhhhh cepetinn hadii ahhhhh cepetinnn ngentotnya uhhhhhhh memek ibu enak kamu entotin ahhhhhhhhhh”. Kata Bu dewi

“Bu aku mau keluar”. Kata ku sambil mempercepat tempo goyangan ku

“Sama samaaaa ahhhhhhhh mentokinnn uhhhhhh mentokin kalau keluarrr hadii ahhhhh”. Kata Bu Dewi makin tidak karuan

“Bu kalau keluar bilang kalau kamu lonte”. Kata ku ketika merasa sudah tidak tahan lagi

“Ahhh ahhhhhhh hadiiii ahhhhhhhh lonnntee ahhhhhh lontee ahhh akuuuu lonteeeee ahhhhhhh ahhhhhhhhh”. Erangan panjang Bu Dewi mengiringi semburan sperma panas ku di rahimnya bercampur dengan derasnya cairan puncak dari Bu Dewi.

Bu Dewi pun tersungkur tengkurap kelelahan karena gempuran ku tadi , tangannya yang seperti gemetaran menandakan lelah serta terpuaskannya hasrat nafsu Bu Dewi.

Setelah beberapa lama , aku pun mencabut kontol ku dari memek Bu Dewi.

Bu Dewi pun langsung merubah posisinya menjadi terlentang agar mempermudah untuk istirahat serta mengatur nafas.

Walau telah kudiamkan cukup lama didalam tadi , tapi cairan sperma ku masih ada yang menetes di sela sela lubang memek Bu Dewi.

Tidak terasa , sudah cukup lama aku menggoyang Bu Dewi hingga hari sudah terlewat siang.

Aku langsung bergegas bersih bersih dan memakai celana ku kembali.

“Bu lain kali aku boleh minta jatah lagi?”. Tanya ku pada Bu Dewi sambil merapikan pakaian ku

“Iyaa boleh kapan kapan”. Kata Bu Dewi

“Bu gak ikut bersih bersih sekalian?”. Tanya ku pada Bu Dewi

“Ibu nanti aja , masih capek kamu kalau mau duluan gak apa apa takut dicariin sama ibu mu nanti”. Kata Bu Dewi

Setelah aku selesai memakai pakaian ku lagi , aku pun pamit pada Bu Dewi.

“Bu saya duluan , terima kasih buat yang barusan Bu”. Kata ku pada Bu Dewi

“Iya ibu juga terima kasih”. Jawab Bu Dewi

Sebelum pergi , ku sempatkan untuk meremas payudara serta mencium bibir Bu Dewi yang tidak ku sentuh dari tadi.

Sebelum keluar bilik , ku pastikan tidak ada orang di sekitar.

Setelah kurasa aman , aku pun langsung bergegas meninggalkan tempat itu menuju ke jalan pulang.

Sementara itu ……

Ketika Hadi sudah berjalan jauh hingga tidak terlihat lagi , ternyata ada orang yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu sejak awal hingga akhir.

Dengan yakin orang tersebut melangkah masuk ke dalam bilik , dan didapatinnya Bu Dewi yang terlentang kelelahan dengan pakaian yang sudah tidak beraturan.

Melihat tubuh Bu Dewi , orang tersebut langsung mengeluarkan kontolnya yang sudah tegak bersiap untuk bertempur.

Ketika Bu Dewi melihat orang tersebut , Bu Dewi pun langsung berkata.

“Puas kamu lihat ibu kaya tadi?”. Tanya Bu Dewi

“Ibu juga suka kan?”. Tanya orang tersebut

“Iya Suka … Nih memek ibu , masih ada sisa sperma nya si Hadi kalau kamu mau langsung masukin aja”. Kata Bu Dewi sambil melebarkan lubang memeknya.

Tanpa diminta lagi , kembali memek Bu Dewi dimasuki oleh benda panjang itu membuat Bu Dewi yang awalnya sudah kelelahan mulai terbangkitkan lagi nafsunya.

“Memek mu masih enak aja Bu , padahal habis di pake”. Kata orang tersebut

“Ahhhh iyaaaa ahhh terusss uhhh teruss entotin memek ibu gusss ahhhhh”. Kata Bu Dewi.

Ternyata orang tersebut adalah Agus anaknya Bu Dewi sendiri.

Nyatanya sejak awal , aguslah yang menyuruh Bu Dewi untuk masturbasi di bilik itu sampai ada orang yang datang dan ternyata orang yang datang itu adalah Hadi.

Dan Agus yang sejatinya memang di sekitar tempat itu sejak tadi , menyaksikan ibunya dinikmati oleh Hadi dari awal sampai akhir.

Bu Dewi dan Agus pus terus mengikuti hasrat mereka sampai mereka berdua sama sama mencapai puncak kenikmatan.

Bersambung …..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *