Lanjutan 7
Pagi hari aku terbangun , kulihat ibu sudah tidak ada di sampingku lagi.
Kucoba keluar kamar mencari keberadaan ibu dan ternyata ibu sedang memasak di dapur.
Kucoba dekati itu dan langsung kupeluk dari belakang.
“Ehh anak ibu sudah bangun”. Kata ibu yang hanya diam saja ketika kupeluk
“Iya Bu baru bangun , Ibu masak?”. Tanya ku
“Iya masak buat sarapan nanti”. Jawab ibu ku
“Ibu gak bikin kue?”. Tanya ku sambil meremas payudara besar ibu
“Emmm Iya tadi ibu kesiangan jadi gak sempat nyiapin kue buat di warung”. Jawab ibu dengan desahan ringan
Kuremas perlahan payudara ibu ku yang hanya tertutup daster , putingnya yang besar tampak menonjok karena ibu tidak memakai bh.
“Ahhh emmmm pelan nak emm masih pagi loh ini”. Kata ibu yang hanya bisa mendesah tanpa melawan
Kucoba singkap perlahan daster ibuku yang ternyata tidak memakai CD , terpampang jelas pantat besar dan memek berambut tipis milik ibu.
“Bu lebarkan kakinya sedikit”. Kataku berbisik di telinga ibu
Ibu pun perlahan mulai melebarkan kakinya memudahkan ku mempermainkan daerah kewanitaan nya.
Karena posisi ku yang di belakang ibu , aku bisa dengan mudah memainkan payudara dan memeknya dengan leluasa.
Kuremas dan kupilin putingnya dengan nafsu sembari tangan ku satunya mengelus dari atas kebawah mengikuti garis kewanitaannya.
Bisa kurasakan cairan bening mulai membasahi tangan ku yang sedang bermain di memek ibuku.
“Emmm ahhhh terusss ahhhh ahhh emmm”. Hanya desahan yang keluar dari mulut ibuku
“Aaahhh hadii uhhh cium ibu nak uhhhh”. Kata ibu sambil melihat kearah ku
Tanpa ba bi bu , langsung kulumat bibir ibu dengan penuh nafsu.
Kumainkan lidah ku didalam mulut ibu , kuhisap lidahnya dan ku kulum bibirnya atas bawah.
“Emmmm mmmmm emmmmmm mmmm”. Suara desahan yang tertahan dari ibuku
Semakin banyak cairan yang merembes dari memek ibu.
Kulepas kuluman ku dan kuganti dengan menciumi leher ibu.
“Ahhhhh hadiii emmmmmm mmmm”.
“Bu coba nungging pegangan meja”. Kata ku
“Jangan entot ibu ya nak …. Kamu boleh main apa aja sama tubuh ibu asal kontol mu jangan masuk ya”. Kata ibu dengan wajah memelas
“Iya enggak kok Bu”. Jawab ku sambil dengan perlahan mendorong punggung ibu ke depan agar mulai membungkuk
Ibu pun langsung membungkuk dan sedikir menaikkan pantatnya , mempertontonkan kedua lubang pantat dan memeknya yang terlihat mengkilat terkena cairan yang menetes sejak tadi.
Perlahan kembali ku masukan 2 hari kedalam memek ibu.
Dan kembali terdengar desahan dan erangan ibu memenuhi dapur di pagi itu , seirama dengan suara decak ketika jari ku keluar masuk ke dalam memeknya.
Ketika kurasa memek ibu sudah sangat basah , kucabut keluar jari ku dari lubang memek ibu.
“Hahhh hahhhh ahhhh”. Suara nafas berat ibu seperti orang yang habis melakukan maraton
“Kenapa dicabu ….. Ahhhhh”. Belum selesai kata kata yang akan diucapkan oleh ibu tapi sudah digantikan dengan lenguhan panjang yang terdengar
“Hadii apa itu uhhhh yang masuk ke memek ibu?”. Tanya ibu ku mencoba melihat kebelakang
Tanpa menjawab pertanyaan ibu , kukeluar masukan timun yang tadinya ada di meja.
Ukurannya mungkin tidak sebesar terong yang masuk ke memek ibu semalam tapi karena aku memainkan dengan tempo yang cepat sudah pasti membuat ibu mendesah.
“Ehhhh aduhhhh ahhh ahh hadiii uhhh pelan nak ahhhhh”. Desahan demi desahan terus terdengar dan ibu hanya pasrah menerima perlakuan yang aku lakukan
Hingga ketika Kami sedang menikmati ‘olahraga’ pagi ini tiba tiba terdengar suara memanggil dari depan rumah.
“Assalamualaikum , Bu nur”. Terdengar suara sapaan dan ketukan dari depan pintu.
Langsung dengan buru buru kucabut keluar timun dari memek ibu dan ibu juga mencoba merapikan dasternya yang sudah acak acakan.
“Waallaikumsallam, siapa ya?”. Tanya ibu sambil merapikan pakaiannya
“Saya Bu nurul Bu”. Jawab orang di luar
“Ohh iya sebentar Bu”. Jawab ibu buru buru
Melihat ibu yang buru buru , terlintas ide ‘nakal’ ku untuk mengerjai ibuku.
Ketika ibu hampir sampai di depan pintu , kupegang tangannya.
“Ada apa nak , Bu nurul sudah nunggu itu”. Kata ibu ku tergesa gesa
Tanpa menjawab , kusibakan daster ibuku dan kumasukan kembali timun tadi ke memek ibuku.
“Uhhhhh Hadi jangan bercanda”. Kata ibu dengan suara berbisik
Aku menyuruh ibu untuk jangan berbicara keras keras supaya Bu Nurul yang ada di depan pintu tidak mendengar percakapan kami.
Ibu pun langsung mencoba mengeluarkan timun itu , tapi belum sampai berhasil aku sudah membuka pintu rumah.
“Loh nak Hadi , ibunya mana?”. Tanya Bu Nurul
“Ada kok Bu”. Jawab ku singkat sambil membuka lebar pintu agak ibu terlihat oleh bu Nurul
Terlihat wajah ibu yang gelagapan tidak tenang.
“Bu nur kok tidak naruh kue tadi?”. Tanya Bu Nurul
“Iya Bu , saya tadi agak kesiangan soalnya”. Jawab ibuku
“Ohhh pantesan , ibu kecapekan itu kelihatan dari wajahnya”. Kata ibu nur
“Ya sudah biasa Bu , namanya juga sendiri”. Jawab ibu
Aku pun berjalan menuju kursi dan meninggalkan ibu yang sedang mengobrol dengan Bu Nurul , ketika aku berjalan ke dalam terlihat kaki ibu yang tertutup rapat mungkin menahan agas timun di memeknya tidak jatuh.
Ketika kulihat Bu Nurul akan berpamitan pulang , aku pun berjalan perlahan mendekati ibu dari belakang.
“Yasudah Bu saya pamit dulu assalamualaikum”. Kata Bu Nurul
“Waallaikumsallam Bu”. Jawab ibu
Dengan Agak cepat ibu menutup pintu dan belum sampai ibu berbalik badan , aku sudah mendorong ibu supaya kembali keposisi menungging.
Kusibakan dasternya , terlihat timun yang sedari tadi tertanam di lubang memeknya langsung ku keluar masukan kembali dengan tempo yang sangat cepat.
“Emmm emmmm mmmmmmm”. Suara desahan tertahan dari ibu , ketika kulihat ternyata ibu menutup mulutnya sendiri dengan tangan supaya desahannya tidak terdengar.
Mungkin karena kami masih ada di dekat pintu depan , ibu takut suara desahan nya terdengar dari depan rumah.
Semakin cepat ku gerakan timun itu dan ketika tubuh ibu mulai bergetar , kucabut timunnya dengan cepat.
Langsung tubuh ibu mengejang seketika , cairan kenikmatan yang mengalir deras dari memeknya menandakan puncak kenikmatan yang ibu dapatkan.
Ibu dengan kaki lemas langsung terduduk dengan sisa sisa kenikmatan yang melandanya tadi.
Aku pun hanya berdiri di samping ibu , menikmati pemandangan tersebut.
Ketika sudah mulai tenang , ibu melihat ke arahku dan berkata.
“Dasar anak nakal”.
Bersambung …….