#Part 11 Perbedaan apakah akan menjadi penghalang?
Lama kami dalam posisi tersebut, perlahan aku seka air mata yang membasahi pipi mbak Anty dan kemudian aku kecup keningnya kemudian kami berbalas kulum. Tangan kananku meremas pantatnya dan menekannya sehingga gundukan vaginanya yang masih terbungkus celana dalam beradu dengan penisku yang masih terbungkus juga oleh boxer. Perlahan penisku mulai tegang dan setelah dirasa mbak Anty tidak ada penolakan atas aktifitas nakalku tersebut aku mulai beranikan membuka payudaranya dari tanktop yang mbak Anty kenakan, tangan kiriku meremas payudara sebelah kanannya dan mulutku meluncur pada putting payudara sebelah kirinya. Tangan kananku kiri mulai meraba – raba di sekitaran lubang anusnya dan vaginanya, tampaknya sudah mulai basah vagina mbak Anty.
Tangan mbak Anty mulai berani liar dia berusaha mengeluarkan penisku dari celah kaki boxerku, perlahan mbak Anty elus dan kocok – kocok penisku. Tampak sudah semakin blingsatan gerakan mbak Anty tanpa pikir panjang aku sibak celana dalam yang ia kenakan dan mulai aku arahkan penisku kedalam vaginanya.
Bles.
Posisi mbak Anty mulai mengikuti irama persenggamaan ini, naik turun mbak Anty menggerakan pantatnya dan aku masih dalam posisi duduk selonjoran. Sesekali mbak Anty merancau kenikmatan.
Mbak Anty : “aaassshhhh, aaaashhhhh. Masssss asshhh shhhhh massss” rancau mbak Anty.
Randy : “ssssrtttt muuuaahhh clleeepp, cleeeeppp” aku masih sibuk mengulum payudaranya dan memainkan putingnya dengan lidahku.
Mbak Anty : “assshhhh, shhhhh masss. Aku kangennnn kontolmuuuu, shhhhhhssssshhh”
Plek.Plok.Plek.Plok.Plek.Plok
Randy : “gila kamu mbak, ada bang Romli juga kita malah ngentot disini” baru sadar aku kalau aku sedang menggauli istri tetanggaku di rumahnya disaat ada suaminya pula.
Mbak Anty : “ahhhh bodooo amaat massss”
Randy : “kaaalllaauu keeetaahuuann piyee mbak?”
Mbak Anty : “luwehh mass palingg di cerekan” (bodo amat mas paling di ceraikan)
Wah gila juga mbak Anty pikirku, tapi sebodo amat udah kepalang tanggung bagiku ketahuan pun tak jadi soal yang penting penisku dapat jatah.
Randy : “trus kaaallau ceraai?”
Mbak Anty : “kamuu haruss nikaaahinn aku masss, tanggungg jawaab” jawabnya terbata – bata sambil terus naik turun merasakan nikmat ini.
Randy : “tapiii……” aku terjeda karena tak sadar aku mau mencapai klimaks.
Mbak Anty : “aaahhhhhhh, massss angeeettt teempikku penakkk masss terusss semprroottt pejuuuhmu aahhhh masssss” (ah, mas hangat vaginaku enak mas terus semprot pejuhmu ah mas) rancaunya dengan sangat liar.
Randy : “aaahhhh mbaaakkkk” kurangkul makin erat dan makin kudekap tubuh mbak Anty.
Mbak Anty : “massss Randdyyyy ahhhhhhhhh” tak selang lama mbak Anty pun mulai mencapai klimaks juga.
Randy : “mbak makasih mbak
Mbak Anty : “sama – sama mass” makin merangkul tubuhku mbak Anty seolah tak ingin lepas.
Randy : “mbak, mbak sudah mbak nanti kalau ketahuan bang Romli bisa runyam”
Mbak Anty : “biarkan saja mas, aku gak peduli”
Randy : “jangan gitu mbak, nanti malah kamu malah makin terpojokan oleh banyak pihak”
Perlahan mbak Anty berdiri dan akupun berdiri dengan membersihkan sisa – sisa cairanku dan mbak Anty yang tertumpah di lantai dengan kaosku, akhirnya setelah kondisi kami tenang dan bisa mengkontrol satu sama lain aku pamit kembali ke kontrakanku. Sungguh barusan merupakan pengalaman yang sangat mendebarkan dan memberikan ketegangan tersendiri bagiku.
Paginya dan hari ini adalah hari minggu, seperti biasa aku bangun agak siangan karena pegal – pegal semalam. Aku bangun sekitar jam 9an dan berusaha mencari matahari pagi, akhirnya aku coba buka pintu kontrakanku dan menuju keluar. Kudapati mbak Anty tengah bersiap mau berangkat kerja dan menegurku.
Mbak Anty : “pagi sayanggg” sapanya berani.
Randy : “waduh sayang – sayang, nanti ketahuan loh mbak. Hehehe”
Mbak Anty : “yoben, tumben wes tangi masku sayang?” (biarkan saja, tumben sudah bangun masku sayang?)
Randy : “hooh ih, yowes tak mapan turu meneh lah” (iya nih, yaudah aku tidur lagi saja lah)
Mbak Anty : “ih malah arep mlebu meneh, terke aku dong mas?” (ih malah mau masuk lagi, anterin aku dong mas?)
Randy : “terke neng ngendi mbak? Kerjo po?” (anterin kemana mbak? Kerja ya?)
Mbak Anty : “hooh” (iya)
Randy : “sek tak salin karo ngetokke motor sek” (sebentar aku salin baju sama ngeluarkan motor dahulu)
Mbak Anty : “yo tak enteni” (iya aku tunggu)
Kegiatan pagi itu aku mengantar kerja mbak Anty, dan di perjalanan menuju tempat kerja mbak Anty aku berusaha menceritakan sesuatu yang selama ini mengganjal dalam hatiku.
Randy : “mbak ada yang mau aku omongi” sambil mengendarai motor bebekku.
Mbak Anty : “ada apa toh mas? Kayaknya agak serius ini, hehehe”
Randy : “iya mbak agak serius, aku juga bingung mau mulai dari mana. Maaf juga sebelumnya kemarin bukan maksudku juga menghilang darimu tapi perasaanku kacau eh mbak. Aku mulai suka kamu benar – benar suka dan ingin memiliki kamu seutuhnya gakmau kayak begini yang selalu ngumpet – ngumpet”
Mbak Anty : “akupun juga merasakan seperti itu mas, terus mas mau gimana?”
Randy : “entahlah mbak aku bingung”
Mbak Anty : “aku kudu cerai gitu mas?”
Randy : “entahlah mbak kalau tetiba kamu cerai terus nikah sama aku, rasanya seperti ada penghianatan dan ada kebahagian diatas penderitaan orang lain aku ndak mau seperti itu”
Mbak Anty pun hanya diam seribu bahasa, aku mulai melanjutkan obrolanku.
Randy : “tapi sebelumnya ada sesuatu hal yang ingin aku ceritain ke kamu mbak, yang mungkin kamu belum tahu mbak?”
Mbak Anty : “apa toh mas?”
Randy : “perihal keyakinan yang aku anut mbak, aku rasa mbak perlu tahu. Keyakinanku dan kamu berbeda mbak, yang aku rasa ini bisa menjadi masalah untuk hubungan kita ke depannya kalau kamu hendak menikah denganku mbak”
Mbak Anty rupanya diam kembali dan mungkin dia memikirkan kok jadi serumit ini permasalahan dia denganku, bukan lagi dari persoalan status dan perselingkuhan namun melebar kebanyak aspek mulai dari perasaan, penghianatan, cinta dan keyakinan.
Tak terasa akhirnya kamipun mau sampai tempat kerja mbak Anty, dalam jarak kurang dari 30 meter dari tempat kerjanya aku hentikan laju motorku.
Randy : “mbak sudah sampai”
Mbak Anty : “ehh, sudah sampai ya mas”
Randy : “iya mbak, turun sini aja ya mbak. Gak enak kan kalau ke dekatan tempatmu”
Mbak Anty : “iya mas, gak apa – apa. Makasih banyak mas, kamu hati – hati ya?” sambil mencium tanganku kembali.
Randy : “iya mbak sama – sama. Aku pamit ya mbak?” sambil melempar senyum.
Mbak Anty : “iya mas, dahh” sambil melambaikan tangan.
Entahlah hari itu ada sedikit perasaan legaku dan takutku yang semakin berkecamuk. Lega karena sudah berusaha jujur perihal hal yang selama ini membuatku resah dan takut karena kejujuranku bisa jadi aku semakin menjauh dari mbak Anty. Ya sudahlah ini adalah resiko dari keputusan yang telah aku buat apa lacur kedepannya akan gimana aku serahkan saja kepada yang diatas?
BERSAMBUNG >>