Mohon maaf subes semua ada sela – sela kehidupan nyata yang harus aku jalanin, mohon maaf juga bukan bermaksud kentang dan dari tadi belum menyentuh point konak yang hakiki di karenakan cerita ini masih bersambung dan bila sempat aku akan buat sikuelnya dari beberapa kejadian yang saling terkaitkan.
BH BH itu mengalihkan pandanganku.
Kok malah jadi fokus ngecek BH dan celana dalam mbak Anty di kamar mandi sih aku ini? tapi terus terang tak bisa dibohongi aku menjadi terangsang dan termotivasi setelah melihat BH dan celana dalam mbak Anty tersebut, hebat juga seleranya dan tidak ada BH atau celana dalam yang berwarna putih juga pas sekali dengan seleraku yang lebih suka BH dan celana dalam bermotif atau warna terang. Fokus Dy ke masak air, ayo fokus. Begitulah kataku dalam hati supaya cepat menyelesaikan kegundahan ini. Singkat cerita sesudah air matang dan aku seduh kopiku dan membuatkan kopi juga buat mbak Anty aku pamit pulang saja daripada otakku berkecamuk sendiri. Tiba – tiba selang tidak lama aku kembali ke kontrakanku pintuku ada yang ngetok.
Tok.tok.tok
Mbak Anty : “mas Randy”
Wah seperti suara mbak Anty ini, dengan sigap aku bukakan pintu kontrakanku.
Randy : “eh ada apa mbak?”
Mbak Anty : “gak enak nih masa minum kopi sendirian, boleh aku masuk?”
Randy : “wah boleh banget mbak, pintu kontrakanku 7×24 jam terbuka buat mbak Anty mah” rayuku kepada mbak Anty.
Mbak Anty : “ih gombal, awas aku laporin suamiku loh kami godain aku” jawab mbak Anty sambil menjulurkan lidahnya.
Randy : “waduh jangan mbak, laporin pak RT aja mbak biar di grebek”Hahahaha, pecahlah tawa kami bersama.
Mbak Anty : “eh Dy, kamu itu kerja apa kuliah sih?”
Randy : “hah kuliah, masa aku masih terlihat seperti mahasiswa sih mbak? lagian mana ada kampus dekat sini meski masih ikut wilayah Depok”
Mbak Anty : “habis aku mana tahu usiamu berapa Dy?”
Randy : “iya juga ya mbak, aku sudah tua mbak sudah menginjak kepala 3. Aku kerja serabutan jadi kuproy” (kuproy = kuli proyek)
Mbak Anty : “ah masa sudah 30th? gak percaya aku. Tuh kan bohong mana ada kuproy badannya kecil begini terus putih kulitnya?”
Randy : “serius mbak udah 30th, kalau mbak Anty berapa? mbak kuproy mah badannya kecil – kecil mbak tapi tenaganya mbak gede, kalau kuproy badannya gede – gede mah jadi binaraga mbak bukan kuproy. Kalau kulit kan emang bawaannya putih mbak, lagipula aku kuproy di mall – mall jadinya adem kena ac” candaku.
Mbak Anty : “aku masih 26th jalan 27th Dy, duh aku jadi gak enak ini manggilnya Dy Dy aja dari tadi. Aku panggil Mas Randy aja gimana? eh iya juga ya? kalau kuproy gede – gede mah bukan kuproy ya mas. Lah emangnya mas Randy orang mana aslinya?”
Randy : “wah masih muda dong mbak Anty, boleh lah di panggil begitu. Aku aslinya Jawa Tengah mbak, dari Purworejo. Lah kalau mbak Anty dari Jakarta kan?”
Mbak Anty : “sotoy nih” sambil memomyongkan mulutnya.
Randy : “lantas dari mana mbak?”
Mbak Anty : “aku juga orang Jawa Tengah juga kok mas, aku dari Boyolali mas”
Randy : “Boyolalinya mana mbak?”
Mbak Anty : “arah Gemolong mas”
Randy : “arah Gunung Kemukus mbak?”
Mbak Anty : “ealah si mas Randy tahu – tahunya Kemukus, pernah kesana ya?” tanya sambil tertawa sembari menelunjukkan jari telunjuknya kepadaku.
Randy : “hahahahaha, belum pernah mbak, cuma lewat aja sih pas naik bus umum. Pengen sih kesana, apa mbak Anty mau nemenin”
Mbak Anty : “wekss pengennya tuh, hahahaha” tawa renyahnya membuatku terpaku.
Randy : “mbak Anty kok kemarin gak ada di kontrakan mbak? apa mbak Anty kerja” tanyaku heran.
Mbak Anty : “iya mas aku kerja kemarin, kalau hari kamis aku jatahnya libur mas”
Randy : “kerja dimana mbak?”
Mbak Anty : “aku kerja dekat – dekat sini mas, masih daerah Sawangan”
Randy : “di bagian atau perusahaan apa mbak?”
Mbak Anty : “ah mas Randy, saya kerja cuma jaga toko susu mas. Itung – itung bantu perekonomian RT”
Randy : “hebat ya mbak kerja iya, ngurus RT juga. Mohon maaf mbak aku mau tanya, anak mbak Anty kok ndak ada di kontrakan?” tanyaku heran.
Mbak Anty : “ah si mas Randy mah bisa aja, jadi malu saya. Oh anak saya di kampungku mas di rawat sama Ibukku, kalau ikut disini nanti aku bingung siapa yang merawat sementara waktu aku kerja” jelasnya.
Randy : “oh begitu, habis aku tadi lihat di kontrakan mbak Anty ada foto anak kecil, tapi kok ya aku ndak lihat anak mbak Anty. Loh jauh juga di kampung mbak, nanti kalau kangen kan repot, kenapa ndak di orang tua bang Romli aja mbak? ngomong – ngomong sudah berapa tahun mbak anakmu?”
Mbak Anty : “ya kalau kangen aku cuti mas, duh di tempat orang tua bang Romli ribet mas banyak anggota keluarganya disana lagipula aku kurang nyaman dengan mereka. Anakku jalan 2th mas”
Randy : “tapikan deket mbak daripada jauh begitu kasian mana masih kecil kan masih butuh ASI mbak, emang rumah ortu bang Romli dimana mbak? Pas lah yah mbak Anty nikah umur 25th sekarang mau 27th”
Mbak Anty : “aku gak akrab mas dengan keluarga bang Romli, di Cinere mas. Sebenernya aku nikah di umur 25th jalan 26th mas, aku nikah karena gitu mas”
Randy : “gitu gimana mbak? gak paham aku. Di jodohkan? dipaksa? Ta’aruf?
Mbak Anty : “ah jadi malu mas, aku nikah karena udah hamil duluan”
Randy : “hah?? hamil sama siapa mbak?”
Mbak Anty : “sama kebo, ya sama bang Romli lah masa sama kamu. Pakai nanya lagi” jawabnya kesal – kesal gemesin.
Randy : “hahahahahaha” ketawa girang aku.
Mbak Anty : “kamar kamu enak juga ya mas, rapi dan lucu designnya. Kasurnya di atas dibawahnya buat sofa dan bisa buat tempat tidur juga”
Randy : “yoi mbak, kan kuproy jadi bisa colong – colong design orang”
Kira – kira begitulah obrolan kami sore itu, dan setelah mengorek informasi banyak dari obrolan tersebut bahwa bisa aku tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut mbak Anty kerja untuk menopang RTnya. Padahal bang Romli kerja tapi entah karena kecil gajinya atau uangnya gak jelas kemana sehingga memaksa mbak Anty ikut bekerja kembali. Sebelum menikah memang mbak Anty bekerja disalah satu supermarket di daerah sini, namun karena hamil dan sedikit malu mbak Anty akhirnya resign. Bang Romli umurnya dibawah mbak Anty dua tahun sekitar 24th jalan 25th, bang Romli bekerja sebagai field collection di perusahaan fintech swasta di Depok ini dan mbak Anty sepertinya kurang akrab dengan keluarga bang Romli lantaran pas mbak Anty hamil dan meminta pertanggung jawaban untuk di nikahkan dari pihak keluarga bang Romli kurang merespon dengan baik dan ala kadarnya menerima mbak Anty sebagai menantunya. Dan hal ini pula yang membuat kecewa dan kurang harmonisnya pihak keluarga mbak Anty kepada keluarga bang Romli.
BERSAMBUNG >>