#PART 2
Denyut di kepala Sukardi semakin tak tertahankan. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, Sukardi melipir ke luar kantor dan pergi ke tempat parkir.
“Pokoknya aku harus ngentot, kalau tidak kepalaku bisa meledak.” Pikir Sukardi sambil menaiki skuternya dan langsung kabur menuju rumahnya. Tiba di rumah, Sukardi gembira luar biasa. Motor istrinya ada di halaman dan dia langsung masuk ke dalam rumah yang sepi.
“Mami pasti sedang di toko.” Katanya sambil melepaskan seluruh celananya dan menyaksikan bagaimana kontolnya sedang mengacung-acung marah. Dia berjalan dalam keadaan telanjang dari perut ke bawah. Batang kontolnya menegang keras membayangkan dia akan mengentot memek istrinya dan memuncratkan pejuhnya yang sudah 3 bulan terpendam tidak dimuncratkan di dalam memek, hanya muncrat di kamar mandi. Kardi langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan seseorang yang dia duga adalah istrinya, masih mengenakan handuk kesukaannya yang berwarna merah, dia sedang menungging di depan lemari yang terbuka. Memeknya terlihat cantik di antara pahanya yang putih bagai susu. Liang pantatnya juga indah berwarna kecoklatan seperti lekukan pada buah apel.
Memek itu merekah. Berbentuk elips dengan liang di tengah-tengahnya.
“Hem, kelihatannya liang memek bebebku sudah basah, aku bisa langsung mencoblosnya nih.” Kata Sukardi sambil melangkah mendekati istrinya. Setelah dekat, dia mengarahkan dan menempelkan glandula kontolnya yang bagai helm tentara Jerman itu tepat di liangnya yang sedang merekah itu.
Cleb!!!
“Iiih!” wanita yang dikira istrinya itu berseru kaget. Suara kagetnya terdengar keras.
“Diam!” kata Sukardi, “aku akan mengentotmu pelahan-lahan, lalu aku akan menggenjotnya dengan cepat… seperti biasa. Kamu tahan ya Beb.”
“Aahh…” desah suara itu saat batang kontol Kardi masuk dengan mulus menelusup dan menyelinap ke dalam liang memek yang hangat, lembut dan nikmat.
“Ougkh… memek kamu makin kenceng aja.” Kata Sukardi sambil mencengkram pinggul istrinya dan menariknya hingga pantatnya mundur dan kontolnya maju.
Ssssllleeeebbbbbb….blessshhhhh!
“Aduuuuuuh….” Keluh suara itu. Saat itu Sukardi tidak bisa membedakan bahwa itu bukanlah suara istrinya. Soalnya dia terlanjur merasakan betapa nikmatnya liang memek itu.
Sukardi kemudian menusuk-nusuk memek itu dengan nikmat secara pelahan sambil mendesah karena sudah 3 bulan dia tidak menemukan liang memek istrinya. Dengan kecepatan stabil namun berirama, dia menggenjot memek itu tanpa henti dan tanpa memberi kesempatan perempuan yang dikiranya istrinya itu untuk bangkit atau menoleh.
“Oh bebb…memeknya enak sekali, legit benerrr…” kata Sukardi sambil terus menggenjot terus tanpa henti. Dia tak peduli lendir kenikmatan mengucur yang berasal dari memek istrinya itu menetes berjatuhan membasahi lantai. Walau sedikit agak heran dengan perbedaan rasa memek istrinya yang terasa lebih legit dari biasa, namun Sukardi tak begitu memperhatikan. Dia terus menggenjot hingga menimbulkan suara plak plok plak plok plak plok yang berirama, yang berasal dari bunyi pertemuan paha selangkangannya dengan pantat nikmat yang terus menunggingkan dirinya agar terus diewe. Biasanya, setelah lewat 5 menit, istrinya selalu minta perubahan posisi. Tapi kali ini tidak. Dia hanya mendesis-desis keras.
Shhhh…. Shhhh… shhhhh… shhhh…. Ougkhhhh…. Ougkhhhhh…
Dan karena tidak ada keluhan dengan posisi doggy sepeti itu, pantat Sukardi bergerak semakin lama semakin cepat mental mentul naik turun dan maju mundur. Hingga akhirnya pada menit ke 9, pantat istrinya itu menegang sangat keras lalu secara tiba-tiba terdengar sebuah bunyi yang agak aneh di telinga Sukardi karena tidak pernah mendengar sebelumnya.
Ceprot! Ceprot! Ceprot!
Lendir hangat membasahi batang kontol Sukardi diikuti sebuah denyaran dan empotan liang memek yang seakan-akan menyedot kontolnya masuk ke dalam dan menahannya di dalam sana seperti terhisap.
Sukardi menunduk. Dilihatnya seluruh kepala dan sebagian punggung perempuan yang dikiranya istrinya itu masuk ke dalam tumpukan baju-baju lama di bagian bawah lemari. Sementara buah pantat istrinya yang putih tampak memerah sebagai akibat tamparan dari pahanya.
Sukardi kemudian berpikir untuk menyemprotkan spermanya karena dia tak ingin melihat kepala istrinya terkubur di bawah tumpukan baju lama di bagian bawah lemari tua yang besar itu.
“Sekarang aku akan ke luar!” kata Sukardi sambil menarik perut istrinya dengan kedua tangannya dan dia menekan seluruh batang kontolnya hingga benar-benar terkubur dalam pendaman liang memek yang sedang berkedut-kedut.
Heup!
Crot crot crot crot crot….. Srrrrrrr… crot crot crot…
“Oargkhh…..” Sukardi menggeram keras memuncratkan pejuhnya. “Argkhhhh…. Arrrgggkhhhhhh…. ”
Dia berdiri sedikit gemetar. Membiarkan seluruh pejuhnya meluncur di dalam penampungan liang memek istrinya. Pantat itu pun diam menahan dentuman lahar cinta yang meledak di dalam.
Setelah satu menit terdiam, Sukardi menghapus peluh yang menetes di dahinya lalu berjalan mundur untuk duduk di bibir ranjang.
“Enggak nyangka beb, memeknya enak sekali… baru kali ini aku muncrat dengan sangat nikmat seperti ini.” Kata Sukardi dengan senyum puas tersungging di bibirnya. Namun wajah Sukardi mendadak pias saat perempuan itu ke luar dari lemari dan berdiri menghadap ke arahnya.
“Ma… ma… mami….”
Mertuanya menatap Sukardi dengan tatapan tajam. Sejak menikahi putrinya, Sukardi memang tidak begitu akur dengan sang mertua yang cerewet dan suka membanding-bandingkannya dengan Alex, menantunya yang lain, yang lebih kaya. Mereka juga sering bertengkar dalam perdebatan sinis yang saling menyinggung perasaan satu sama lain. Pada saat itu, sulit menggambarkan bagaimana perasaan Sukardi. Dia hanya bisa tercengang dan melongo. Tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
“Kamu benal-benal kulang ajal.” Kata Mami dengan suara cadelnya, “mami balu saja mandi, sekalang halus mandi lagi.”
“Ma… maaf… kirain…”
“Diam kamu!” bentak Mami sambil melangkah mendekati Sukardi, “lihat ini, memek mami sampe dobol begini… lihat…”
Sukardi menatap liang memek yang terkoyak akibat tusukan-tusukan tanpa ampun kontolnya. Bibir bagian dalamnya mendelik ke luar dan liang memeknya yang merekah terbuka, melongo memperlihatkan liang yang menganga. Ah, itu adalah memek yang indah.
“Ini gala-gala kontol kamu, tahu!”
Sukardi menunduk. Diam dan pasrah.
“Kamu juga kelual di dalam, kalau mami hamil gimana?”
“Maaf, mi.”
“Maaf-maaf… sekalang cepet kamu pelgi mandi, ini lantai banjil pejuh kamu dan pejuh mami… sekalang mau mami belsihin.”
“I ya, Mi.” Kata Sukardi sambil tetap duduk di bibir ranjang.
“Nunggu apa lagi? Cepet pelgi mandi sana.”
Sukardi pun melangkah ke luar kamar diikuti tatapan Mami yang berbinar-binar penuh cahaya kebahagiaan. Sukardi tidak tahu bagaimana Maminya yang menyebalkan itu sedang tersenyum penuh kepuasan karena kenikmatan yang baru saja diterimanya.
“Benel-benel kontol yang gede. Bikin aku melayang-layang di langit ke tujuh.” Kata Imelda dalam hatinya dengan sangat senang sekali. Selama 5 tahun ini, dia ingin memeknya dilinggis-linggis dengan kontol menantunya yang besar, gagah dan kuat… tidak disangka tidak dinyana, keinginannya terkabul tanpa diduga-duga.
“Kayaknya aku bakal ketagihan nih.” Kata Mami dalam hatinya.
BERSAMBUNG ….