Chapter 5
Saat mata Rika terbangun, ia melihat kesekitar kamarnya dan segera bingung karena ia merasa asing dg kamar yg ia lihat.
“A…Aku dimana?”, gumam Rika.
Ia teringat ia disetubuhi pak Tarjo, pembantu rumahnya yg sudah tua dan segera memeriksa selangkangannya. Rika tertegun, bagian bawah celana hotpantsnya basah dan ada noda putih yg sudah mengering. Hatinya pun hancur, ia benar-benar sudah menghianati suaminya. Ia malu, bagaimana mungkin ia bs menghadapi suaminya setelah ia disetubuhi orang yg beda kasta dengan dirinya. Tiba2 saja pintu kamar pun terbuka dan pak Tarjo masuk membawakan segelas minum.
“Eh nyonyah dah bangun ternyata, silahkan diminum nyah, pasti haus kan hbs olahraga”, kata pak Tarjo.
Rika masih tak bs menatap pak Tarjo, dan kenapa tidak, harga dirinya sebagai majikan sudah hancur,”Gak… Bapak jahat, kenapa saya diperkosa pak?! Apa salah saya?”
“Lhooo kan saya udah bilang berkali-kali, saya cuma mau bantu nyonya saja”
“Bantu apa? Saya sendiri gk minta bantuan apa-apa, itu pemerkosaan pak! Saya bisa laporkan bapak ke polisi!”, seru Rika tak bs mengendalikan emosinya.
“Hahaha… Nyonyah polos sekali… Kalau saja nyonya tahu, pasti nyonya gak akan bilang seperti ini”, kata pak Tarjo.
Rika bingung, pak Tarjo terlihat santai meski ia ancam,”Apa maksud bapak?”
“Nyah, nyonya Rika tahu sendiri saya sudah bekerja lama dengan keluarga pak Andre, dan saya juga kadang mengantar jemput nyonya Wijaya”, Kata pak Tarjo. Pria itu kemudian menatap Rika dg tatapan tajam,”Nyonya ingat saat saya mengantar nyonya Wijaya dan tuan Andre ke rumahsakit?”
Rika ingat, Andre agak tak enak badan sehingga ibu mertuanya memaksa mengantarkan suaminya ke rumah sakit. Rika sebenarnya sudah menyuruh suaminya periksa tp suaminya keras kepala dan tak mau periksa. Akhirnya dia jg yg disemprot mertuanya karena dianggap mengacuhkan suaminya. Rasa sakit hati masih terasa dihatinya mengingat kejadian itu.
“Dan apa nyonya tahu apa yg nyonya Wijaya katakan pada tuan Andre?”, kata pak Tarjo dg senyuman diwajahnya.
Rasa penasaran, dan kekhawatiran membuatnya bertanya,”A… Apa pak?”
Dg nada yg menirukan nada bicara ibu mertuanya, pak Tarjo pun berkata,”Ndre, kalau sampai tahun ini istrimu itu tidak juga hamil, kamu ceraikan Rika. Wanita gk guna!”
Rika terbelalak, “G… Gak mungkin! Gak mungkin! Mas Andre pasti membela saya!”
“Hehe, ah nyonyah ini sukanya bercanda ya, mana berani tuan pada nyonya besar. Tuan Andre hanya diam dan mengangguk aja, hahaha”
Rika merasakan jiwanya bagai keluar dr tubuhnya, tatapannya kosong. Ya, memang benar kalau suaminya tak akan berani macam-macam pada ibunya. Semua sumber kekayaan berasal dr mertuanya dan jika mas Andre berani melawan, tak mengagetkan kalau ibu mertuanya akan mengusir suaminya dan dirinya dr rumah ini, dan mas Andre pun pasti dipecat dan berkat koneksi keluarga mertuanya akan dibuat susah mencari pekerjaan. Dan kenapa tidak, mas Andre sendiri sudah mengakui bahwa ia bukan anak favorit orang tuanya, dan ia tak bs hidup tanpa ‘dukungan’ keluarga besarnya.
Dan Rika pun akhirnya paham, kenapa setelah diantar ke rumah sakit itu suaminya agak murung dan seolah tak bs menatap matanya,”Hiks… Hiks… Mas Andre… Kenapa mas…”
“Nah, saya jg gk enak kalau kebahagiaan nyonya Rika hancur karena keputusan nyonya Wijaya. Saya yakin, ini bukan salah nyonya Rika, tuan Andre saja yg ngeyel tak mau periksa. Karena itu, kalau nyonya hamil, saya yakin semua orang pasti senang”, kata pak Tarjo mendekati Rika dan mengelus pahanya.
“J… Jangan pak!”, seru Rika refleks.
“Kenapa nyonya, apa nyonya lbh memilih hidup tuan dan nyonya hancur?”, kata pak Tarjo.
“N… Nggak pak… Tapi…”, kata Rika.
“Haha, ya udah, nyonya pikir-pikir dl saja. Kalau nyonya bingung kenapa nyonya ada dikamar saya, itu karena ranjang nyonya agak basah hbs kita main tadi jd saya bersihkan dulu, hehe”, kata pak Tarjo kemudian mengundurkan diri dan keluar dr kamar.
Rika menjatuhkan dirinya dan kembali menangis, ia ingin tak percaya dg apa yg sudah terjadi, dan apa yg pak Tarjo katakan. Tapi apa mau dikata, semua itu nyata dan apapun yg pak Tarjo katakan masuk akal. Ibu mertuanya pernah menyindirnya, berharap anaknya menikahi wanita pilihannya drpd dengan Rika.
Ia takut, kalau mas Andre tak lagi bersamanya, apa yg akan terjadi nanti? Ia yatim piatu dan tak ada keluarga lain yg bs membantunya dan ia pun tak pernah bekerja, mustahil baginya untuk berdiri sendiri menghadapi hidup.
Rika seolah tak mau bangun dr ranjang dan menghadapi kenyataan hidupnya yg kini terancam runtuh. Rika melamun, entah berapa lama berlalu sejak ia pingsan dan larut dalam lamunan. Matanya akhirnya beralih ke arah jam dan melihat hari sudah sore, jam 4 sore lebih tepatnya. Ia bs mencium bau yg agak menyengat, entah dari kamar atau dr dirinya sendiri. Ya ia mencium bau keringat dan bau peju yg menyengat dr tubuhnya sehingga ia mau tak mau harus mandi. Rika kemudian turun dr ranjang dan keluar dr kamar yg lokasinya berada di samping dapur itu. Rupanya di dapur pak Tarjo sedang memasak, baunya cukup wangi dan karena ia tidak makan siang tentu perutnya berbunyi skrg.
“Eh nyonya udah bangun ternyata, mandi dl aja nyah, hbs ini makan malem siap”, kata pak Tarjo.
Rika tak menyahut dan memilih untuk segera mandi saja. Dikamar mandi pibadi dikamar utama, Rika segera melepaskan semua bajunya. Dan dg berat hati, ia bs melihat selangkangannya terlihat penuh bercak2 putih yg sudah kering. Di celana dalamnya pun kini punya bercak yg sama, jelas menandakan vaginanya memuntahkan sisa2 peju pak Tarjo yg sangat banyak. Rika seharusnya segera membersihkan bercak-bercak itu, tp entah kenapa dadanya malah berdegup. Rika menggelengkan kepalanya dan segera membersihkan diri, tak hanya sekali ia menyabuni dirinya, tp sampai 3 kali hanya karena ia merasa kotor setelah disetubuhi pak Tarjo.
Selama makan malam, Rika tak menatap pak Tarjo yg sesekali lewat diruang makan dan saat Rika selesai makan, ia segera ke ruang tengah dan menonton tv. Ia memegang hp nya, mempertimbangkan apakah ia hendak melapor pada suaminya atau polisi. Tp kemudian ia teringat, kalau memang benar ibu mertuanya ingin suaminya menikahi wanita lain, entah kenapa ia tak ragu bahwa ibu mertuanya akan membalik keadaan dan dialah yg akan diusir dr rumah ini. Sama hal nya kalau ia melapor ke polisi, paman mas Andre adalah kepala polisi dan adik dr mertuanya, yg ada kasus yg ia laporkan bs ditutup-tutupi dan dirinyalah yg tetap kena getahnya.
Dalam lamunannya, pak Tarjo rupanya tiba-tiba saja duduk di lantai, didekat kakinya.
“Lagi ngalamunin apa sih nyah?”, tanya pak Tarjo menatap Rika.
Rika tersadar dan melihat tatapan mesum tak Tarjo, segera merasa tak nyaman.
“Gk kok pak, gak… Gak ada apa-apa…”, kata Rika menatap kedepan. Tp meski ia mengenakan kaos dan celana kain panjang yg seharusnya tidak menggoda, tetap saja ia merasa ditelanjangi didekat pembantunya ini.
Tp meski begitu pak Tarjo hanya tersenyum saja,”Mau saya pijitin lg nyah?”
Rika kaget mendengar itu, bukannya pijitan lagi yg ia ingat melainkan genjotan pak Tarjo. Dan terutama, seberapa nikmat yg ia rasakan dr genjotan pembantunya itu. Tp akal sehatnya masih cukup kuat untuk mengambil alih,”Nggak pak, saya gk butuh pijatan bapak lagi!”
Rika segera meninggalkan ruang tengah itu dan berlari menuju kamarnya, ia tak mau kecolongan lagi dan mengunci pintu kamar. Rika melemparkan diri ke ranjang yg kini memakai sprei baru, tp bau peju dan keringat masih tersisa. Bau itu kini mengingatkannya dg seberapa nikmat yg sudah ia rasakan, meski itu bukan dg suaminya sendiri. Ia ingin masturbasi, ia ingin merasa nikmat lg, tp ia harus menahan diri dan menutup matanya, berharap hari esok ia bs menghadapi situasi dirumah yg tak nyaman seperti ini.
BERAMBUNG …..