Sudah tiga bulan aku dikota ini.. dan dalam tiga bulan ini aku merasa betah sekali dikota ini.. suasana yang dingin dan dikelilingi pegunungan.. masyarakatnya yang ramah dan welcome banget kepada para mahasiswa perantauan.. membuat aku merasa seperti dirumah sendiri.. dan satu lagi yang membuat aku kagum.. klub bolanya yang membuat seporternya ‘menggila’ dalam mendukung tim kebanggaannya.. super totalitas cuukkk.. pokoknya aku jatuh cinta sama kota ini beserta isi-isinya.. assuu..
Dan sudah tiga bulan juga aku tinggal dikos ini.. makin hari aku merasakan persaudaraan yang kuat diantara teman-teman kos pondok merah.. aku mulai mengenal satu-persatu penghuni kos secara dekat.. mas pandu dengan julukan singa kampus yang terkenal seantero kota ini.. mas arief dengan wajah kalemnya ternyata debt collector, bos-bos besar kota ini yang sering memakai jasanya.. mas adam yang mengendalikan bisnis narkobanya kota ini.. dan mereka bertiga sekarang mulai fokus dengan sekripsinya..
Mas rendi bule yang mengendalikan bajingan-bajingan dikampus.. bung toni menjadi beking keamanan di beberapa tempat hiburan malam dikota ini bersama mas bendu.. selain beking keamanan mas bendu juga yang mengendalikan bisnis parkir dikota ini.. dan mas wawan dengan predikat bandar ganjanya dikota ini..
Sedang mas akbar, mas raimond, mas danis, mas bobby, mas rudi, dan alan mereka bajingan-bajingan kampus yang menguasai jurusannya masing-masing..
Mereka semua sadis dan tidak mau kompromi kalau diluar sana.. tapi berbanding terbalik kalau didalam kos-kosan.. mereka semua seperti mahasiswa yang lain.. bercanda, tertawa dan saling mengejek.. tidak pernah sekalipun selama aku dikos disini ada keributan sesama anak kos.. mereka seperti saudara kandung bahkan lebih.. dan mereka memperlakukan sama semua penghuni kos.. tidak ada yang dibedakan termasuk aku.. kekompakan dan kebersamaan yang belum pernah aku rasakan selama hidup..
Dan Hari ini setelah pulang kuliah, aku berjalan kedalam kos.. seperti biasa dengan menghisap rokok dan meminum teh kotak.. ketika sampai dikos, teman-teman berkumpul didalam kos.. mereka semua memakai jaket yang sama berwarna merah dan dibelakangnya bertuliskan “red custle” dan mereka memakai celana jeans warna hitam dan bersepatu.. kelihatannya mereka mau keluar bareng.. sangar sekali aku melihat mereka dengan setelan itu..
Mereka semua duduk melingkari meja dan lagi menikmati pesta alcohol..
“sandi sini..” kata mas pandu..
Aku berjalan kearah mas pandu.. mas pandu mengeluarkan sebuah bungkusan dari bawah meja dan dibukanya.. ternyata isinya sebuah jaket yang sama seperti punya mereka..
“sini.. dekat aku..” kata mas pandu sambil berdiri..
“lepas tasmu..”lanjutnya..
Aku melepas tasku.. lalu mas pandu memakaikan jaket itu kepadaku.. aku merasa sangat bangga memakai jaket ini.. dan aku merasa ada aura yang sangat kuat dengan mengenakan jaket ini..
“kamu telah melewati masa-masa percobaan selama beberapa bulan ini untuk bisa menjadi keluarga besar kos ini.. maaf bukannya kami ga percaya kemarin-kemarin.. ini kami lakukan karena memang sudah jadi tradisi di kos ini.. jadi.. selamat datang di kos pondok merah.. kamu sudah resmi jadi anggota keluarga besar disini..” kata mas pandu sambil menepuk pundakku.. mataku berkaca-kaca.. ga tau kenapa.. aku merasa seperti terlahir kembali dalam keluarga yang baru..
Mas arief berdiri sambil bertepuk tangan dan diikuti semua penghuni kos tanpa terkecuali.. oh.. aku baru mengerti ternyata tradisi disini kalau mereka bertepuk tangan sambil berdiri.. berarti mereka bangga dan senang dengan orang tersebut..
“ayo duduk semua..” kata mas pandu..
“bung toni.. kasih minuman selamat datang buat keluarga baru kita..” kata mas pandu
“siap mas pandu..” kata bung toni..
Bung toni lalu menuangkan segelas penuh minuman dan menyerahkan kepadaku.. tumben penuh gelasnya.. biasanya cuman separuh isi gelasnya…
“aku minum ya mas.. terimakasih aku sudah diterima secara resmi dikos ini.. mohon bimbingannya mas… biar gelas ini yang menjadi saksi bahwa aku senang dan bangga jadi bagian keluarga kos pondok merah.. semoga suaraku ini terbawa angin sampai kepuncak mahameru sehingga kerajaan para dewa itu terguncang mendengarnya..” ucapku sambil mengangkat gelas dan meminumnya..
“assu memang kata-kata pujangga bajingan satu ini.. hahahaha..” kata mas rendi dan disambut dengan tertawa oleh teman-teman..
Aku serahkan kembali gelasku.. diambil oleh bung toni dan diisinya penuh lagi..
“ko minum lagi pujangga bajingan..” kata bung toni sambil tersenyum..
Aku menoleh kesemua penghuni kos ini.. mereka cuman mengangguk dan tersenyum.. aku ambil lagi gelas itu dan kuangkat..
“terimakasih dewa Dionisos.. kau telah mengirim teman-teman yang baik kepadaku.. aku tidak salah memilih untuk datang dan bertahan dikos ini.. dan sampai hari ini aku resmi jadi bagian keluarga kos ini.. kapan kau kirim banyak wanita cantik kesini? Biar kita semua didalam sini bisa pesta besar..” kataku sambil bercanda.. aku meminum lagi kelas kedua dari bung toni, dan menyerahkan lagi gelasnya kepada bung toni..
“assu sampai nama dewa segala dibawa.. hahaha” kata alan
Bung toni mengisi gelas kosong tadi dengan isi yang penuh lagi.. dan menyerahkan kepadaku.. cuukkk aku dikerjain lagi kah ini.. aku menoleh keteman-teman.. mereka cuman tersenyum aja..
“bukan dikerjain loh san.. ini memang tradisi disini.. ayo minum lagi..” kata mas rendi sambil menatapku dengan senyuman khasnya..
Aku mengangkat gelasnya tinggi-tinggi..
“terimakasih guru sinto gendeng.. kau telah menganugrahkan teman-teman yang baik.. walaupun agak koplak sih..” ucapku pelan pada kalimat terakhir sambil mengangkat gelas dan meminumnya..
“assu.. cukimai.. bajingan.. munyuk.. biadab.. tele’..” semua penghuni memakiku
“kita dibilang koplak.. assu.. hahahaha..” kata mas raimond.. dan yang lainpun tertawa..
Setelah itu minuman diputer seperti biasa keteman-teman yang lain..
“hari ini kita ada undangan acara san.. salah satu preman penguasa kota ini sedang ada hajatan, menikahkan anaknya.. disana pasti berkumpul bajingan sekota ini.. bahkan mungkin pentolan sepropinsi dan sekitar pulau ini diundang.. makanya kita pake jaket kebanggaan kita ini sebagai indentitas kita..” kata mas pandu..
“siap mas pandu..” ucapku..
“naik apa kita kesana mas..? mobil apa sepeda motor..?”kata alan..
“naik mobilku sama mobil mas arief aja..” kata mas adam..
“iya.. jadi kita bisa sambil minum.. hehehe..” kata mas arief
Setelah menghabiskan minuman.. kami semua bersiap keacara.. untung aku tadi pake celana jeans warna hitam jadi ga perlu ganti lagi.. aku taruh tas ku dikamar.. lalu kembali keruang tengah..
Sore menjelang magrib kami berangkat keluar dengan berjalan beriringan dari dalam gang.. kami semua memasukan kedua tangan kedalam kantong samping jaket.. kami berjalan kearah kampus tempat mobil mas adam dan mas arief diparkir.. susana jalan depan gang ramai sekali.. banyak mahasiswa yang berkumpul dan berlalu lalang disana.. kami menjadi pusat perhatian.. semua mata memandang kami sambil tertunduk.. tidak ada senyuman dari kami semua.. dan tidak ada satupun dari kami yang bersuara.. mata merah, bau alkohol dan berjalan tegak menambah kesan yang menyeramkan dari kami.. tidak ada yang berani menyapa termasuk security kampus yang berjaga dipos ketika kami lewat didepannya..
Kami berjumlah empat belas orang dan dibagi menjadi dua kelompok, lalu masuk kemasing-masing mobil.. kami sempat singgah ke cak gundul untuk membeli sangu minuman untuk perjalanan.. setelah itu kami melanjutkan perjalanan sambil memutar minuman didalam mobil..
Perjalanan kami lumayan jauh.. Kami masuk dijalan sebuah desa dan masuk disebuah gerbang yang lumayan besar.. setelah sampai ditempat acara.. kami parkirkan mobil.. banyak sekali preman yang menjaga tempat ini.. mulai gerbang depan sampai parkiran.. aku sempat melihat cipeng, pentolan maling motor tigerku.. dia tersenyum kepada kami.. dan kami cuman membalas dengan mengangguk tanpa senyuman.. kami disambut dengan seseorang yang mewakili tuan rumah.. badannya kekar, bertato diseluruh tubuh dan matanya merah tanda dia mabuk..
“halo penghuni pondok merah.. selamat datang diacara cak maji.. ayo masuk..masuk..” kata orang itu dengan sopan sambil menyalami dan memeluk kami satu persatu, lalu mengantarkan kemeja kami..
Suasana disini ramai sekali.. kami disambut dengan alunan musik dangdut yang menggema.. banyak meja panjang berisi berbagai minuman.. disini juga hadir pentolan bajingan-bajingan diseluruh pelosok pulau ini.. mereka membentuk kelompok sendiri-sendiri ada yang sekedar mengobrol, main judi dan minum.. terdengar mereka tertawa.. walaupun sebagian mabuk tidak terlihat sedikitpun keributan disini..
Kami duduk dimeja kami dan dimeja sudah terhidang minuman beralkohol yang banyak beserta sandingannya.. setelah dipersilahkan minum.. bung toni pun mengambil gelas dan memutarkannya kepada kami.. disini kami tidak banyak bercanda.. hanya mengobrol ringan sambil menikmati minuman dan memakan sandingan serta menghisap rokok..
“mas pandu.. dipanggil cak maji didepan.. biasa mau ngobrol-ngobrol katanya..” kata sesorang yang datang kemeja kami..
“aku tinggal dulu ya.. jangan bikin ribut.. ga enak sama tuan rumah..” kata mas pandu sambil berdiri dan berjalan mengikuti orang yang memanggil tadi..
“itu mas pandu kumpul sama pentolan bajingan yang hadir disini san..” kata alan membisikiku..
“ooooo..” kataku sambil menghisap rokok putihanku..
Tiba-tiba aku mendengar sesorang tertawa keras di sebelah belakang meja kami.. diapun berbicara dengan keras juga.. cuukkk suaranya ga asing lagi ditelinga.. tertawanya yang keras dan sumbang.. aku menoleh kebelakang aku tatap satu persatu mereka semua.. kulihat seseorang berdiri dengan codet bekas luka dimukanya.. dia rupanya yang tertawa dan berbicara keras tadi.. kayaknya aku ga asing sama wajah ini..
“itu codet namanya.. tapi dia pasti ngamuk kalau dipanggil codet.. pasti dihajar sampai patah-patah tulang orang yang berani manggil codet.. dia maunya dipanggil ilham sesuai nama aslinya.. dia anak kabupaten sebelah.. dan dia itu salah satu bajingan yang ditakuti dibukota propinsi.. ”
“mbahnya itu preman besar dipulau ini yang disegani sampai pulau sebelah-sebelah, namanya mbah jati.. mbah jati punya anak empat.. laki-laki tiga dan perempuan satu.. bapaknya codet anak terakhir dia menikah sama anaknya cak maji yang punya acara ini, bapaknya codet yang megang terminal bus satu ibukota propinsi dan terminal bus tiga namanya cak ji’i.. “
“terus anak perempuan anak ketiga mbah jati nikah sama pentolan preman kota sebelah namanya yu’ darmi..”
“terus anak kedua dari mbah jati, yang pegang terminal bus dua sampai pelabuhan ibukota propinsi namanya cak gito..”
“nah yang satu lagi anak pertama mbah jati yang lebih gila dan menakutkan, dia tidak mau jadi bajingan seperti mbah jati dan saudara-saudaranya.. dia merantau entah kemana.. padahal dia itu calon penerus mbah jati.. namanya aku ga tau karena misterius sekali orangnya..”
“hampir semua bisnis dunia hitam dipulau ini dipegang mbah jati dan keluarganya..”
“dan semua cucu-cucu mbah jati itu bajingan semua.. dia jadi preman didaerah masing-masing.. walaupun tanpa nama besar mbah jati semua keturunannya mempunyai jiwa preman yang berani dan ditakuti semua orang.. mungkin karena sudah ada bakat alami kali ya.. ” kata mas arief dengan jelas..
“san ga usah dilihati gitu.. dia orangnya gampang teringgung.. bukannya kita takut.. ingat pesan mas pandu..” kata mas adam menegurku..
Aku langsung berbalik lagi dan menghadap teman-teman.. aku mengambil minuman yang diserahakan bung toni.. setelah kuminum aku bakar rokok dan dan menghisap rokok dalam-dalam.. terdengar suara codet tambah nyaring dan tertawa lebar.. cuukkk sudah nyaring, jelek lagi suaranya.. sampai suara alunan musik dangdut kalah nyaring dibanding tertawanya.. teman-teman melihat gelagatku sudah mulai agak aneh..
“san.. ingat jangan bikin ribut ya..” kata mas rendi yang menatapku tajam diikuti semua teman-temanku.. aku santai aja.. tapi tanganku menggaruk kepala.. mereka tau kalau aku sudah menggaruk kepala sambil menatap tajam berarti aku sudah emosi tingkat tinggi..
“CODET.. BISA KECILIN SUARAMU..” teriakku tanpa menoleh kebelakang..
Semua teman-temanku kaget dan menatapku tajam..
“san.. waduh..”alan terlihat khawatir..
“cuk..”
“nggateli..”
“bajingan..”
“ngentot loe..”
“bedebah ancene kok..”
“wah ribut sudah ini..”
“assuu kamu san..”
Satu persatu teman-teman kosku memakiku.. tapi aku tetap tenang dan santai sambil menghisap rokok..
“SIAPA BERANI MANGGIL AKU CODET..? BANGSATT..” aku mendengar codet berteriak dan berjalan kearah meja kami.. diikuti beberapa orang..
“mau kutambahin lagi codetmu..” ucapku santai dan tetap tidak menoleh kebelakang.. aku merasa dia sudah ada dibelakangku.. teman-temanku menatapku.. aku tau walaupun mereka marah sama aku, pasti mereka tetap membantuku melawan bajingan-bajingan ini..
“bajingan kamu..” codet memegang bahuku.. teman-temanku langsung berdiri dan bersiap..
“kenapa kamu ga terima..” ucapku langsung berbalik dan berdiri didepan codet dan menatapnya tajam… kuhisap rokokku dalam-dalam dan kukeluarkan diwajah codet..
“mas sa..sandi…” ucapnya terbatah-batah.. dia terlihat kaget dan menatapku seolah-olah tidak percaya siapa yang ada didepannya.. matanya melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut.. setelah agak tenang dia lalu memelukku.. teman-temanku kaget.. orang-orang yang dibelakang codet pun kaget.. melihat codet yang biasa mengamuk dipanggil seperti itu, tapi sekarang malah ga berani memukul dan malah memeluk..
“sampean lapo nde kene mas..? sek yo mas.. tak celokno ayah sek.. ono mbah kung ambe mbah putri loh nde kene..( kamu ngapai disini mas..? sebentar ya… kupanggil ayahku dulu.. ada mbah laki dan mbah perempuan loh disini..)” kata codet langsung berbalik dan berlari kearah panggung utama.. teman-teman codet bingung mereka mengangguk dan tersenyum padaku..
“san.. kamu kenal ilham codet..?” kata mas arief kaget.. aku berbalik dan duduk lagi.. teman-temanku pun berdiri mematung menatapku.. seakan ga percaya apa yang kulakukan barusan..
“loh dia kan dari kabupaten sebelah.. sedangkan kamu dari pulau seberang.. kok bisa kenal..” Tanya mas adam heran
“iyo dam.. malah ilhamnya kayak takut gitu.. padahal kan dia salah satu preman yang ditakuti..” kata mas arief..
“belum lagi reputasi keluarga ilham yang ditakuti karena keturanan mbah jati..” lanjut mas arief..
“ayolah duduk semua mas.. kita lanjutkan minumannya lagi.. ntar aku cerita..” ucapku sambil merokok..
“cepat cerita.. pujangga bajingan..” kata mas rendi
Cuukkk.. sempat-sempatnya mas rendi manggil aku pujangga bajingan..
“itu codetnya ilham aku yang buat.. dia pernah nantang aku dulu waktu SMP.. biasa anak baru gede.. jiwanya labil.. katanya sebagai cucu mbah jati dia ingin membuktikan siapa yang terkuat diantara kami.. ya sudah kuladenin.. kuhajar tanpa ampun.. kepalanya kuhantamkan batu dipinggir kali.. sampai dia pingsan.. ya itu hasilnya.. jadi codet..” ucapku santai.. teman-teman terkejut dengan ceritaku.. mereka duduk dan diam mendengar aku cerita
“jadi kamu salah satu cucu mbah jati san.. dari anak yang keberapa dari mbah jati?” kata mas arief dengan ekspresi yang kaget..
“iya mas aku cucu mbah jati.. aku tuh anak pertama dari ayahku namanya irawan jati.. dan ayahku anak pertama mbah jati.. jadi aku ini cucu pertamanya mbah jati.. lah si ilham codet itu anak pertamanya adek terakhir ayahku lek ji’i..” ucapku yang membuat tambah terkejut teman-temanku..
“serius kamu… ayahmu anak pertama mbah jati yang misterius itu..?” kata mas arief seakan tidak percaya.. aku hanya mengangguk dan tersenyum..
“pantes aja san.. kamu kok punya aura yang menakutkan kalau berkelahi.. ternyata sudah turunan ya..” kata mas rendi yang masih kaget dengar ceritaku barusan..
“MANA SANDI.. MANA DIA HAM..” terdengar suara lek ji’I mencariku diarah belakangku..
“ituloh yah yang hadap kesana pake jaket merah..” kata ilham codet..
Aku langsung berdiri diikuti teman-temanku.. aku berbalik dan menoleh kearah lek ji’i..
“anak kurang ajar kamu san.. dirumahmu sendiri malah duduk dimeja tamu..” kata lek ji’i langsung memelukku erat.. dan aku membalasnya dengan pelukan erat.. lek ji’i memeluk sambil mengelus rambut belakangku..
Preman-preman disekitarku berdiri dan kaget melihat adegan ini..
“gimana kabar ayahmu..? ngapain kamu dikota ini..?” kata lek ji’i merangkulku dari depan dan menatap wajahku.. wajahnya penuh haru dan matanya berkaca-kaca.. aku pun juga terharu dan mataku pun berkaca-kaca..
“kabar ayah baik-baik saja lek.. biasa.. sibuk dengan kerjaannya.. kalau aku kuliah disini lek’..” ucapku.. lalu meraih tangannya dipundakku dan menciumnya..
“kurang ajar kamu.. ga kasih kabar kalau kuliah disini.. kamu kan bisa tinggal disini..” katanya..
“ngga lek.. aku tinggal didepan kampus aja biar lebih dekat..” kataku..
“dimana..?” tanyanya..
“dipondok merah lek..”
“berarti sama pandu ya..?” kata lek ji’i
“iya lek.. sama mas pandu.. loh sampean kenal mas pandu..?” jawabku
“kurang ajar kamu manggil mas.. pandu itu pamanmu.. dia itu sepupu ayahmu dan sepupuku juga.. kamu harusnya panggil dia lek.. dia anaknya mbah wito dari istri keduanya.. mbah wito adeknya mbah jati.. yang tinggal didesa sebelah, desa jati bening.. kamu ga ingat kah..?” kata lek ji’i yang membuat aku kaget dan juga teman-temanku ikut juga kaget..
“ngga lek.. aku ga ingat sama sekali.. mas pandu.. eh maksudku lek pandu ga pernah cerita selama ini..”ucapku kaget…
“sudahlah kita cerita meja utama aja.. pandu ada disana.. ayo kesana yo.. disana ada juga mbah kung sama mbah putri, ada juga yu darmi sama cak gito..”ucap lek ji’i..
“ini yang pake jaket merah pindahkan di kursi depan semua ham.. meja VIP..” kata lek ji’i ke ilham codet.. sambil menarikku kemeja utama.. ilham codet termasuk seksi sibuk juga diacara ini.. ya pasti sibuklah.. dia kan cucunya cak maji salah satu preman terbesar dikota ini.. jadi dia termasuk tuan rumah juga disini..
Dimeja utama kulihat mbah jati duduk dikeliling pentolan-pentolan preman pulau ini.. beliau duduk dengan tegak.. walaupun sudah tua beliau masih kelihatan gagah dan berwibawa.. kelihatan semua orang agak menunduk ketika berbicara dengan mbah kung ku itu.. disana juga ada lek gito dan suami lek darmi dan ada juga mas pandu eh.. aku manggilnya lek atau mas ya..? ah sudah lah ntar aja itu dibahas..
“pak.. mohon maaf.. itu ada cucu pertamamu tersayang..” ucap lek ji’i kepada mbah jati..
“siapa..? sandi..? mana dia.. di datang kesini..? suruh sini cepat..” kata mbah jati kaget..
Aku langsung mendatangi dan berlutut meraih tangan mbah kung ku ini.. aku cium tangannya yang kecil tapi jarinya yang besar dengan bulatan-bulatan kulit yang mengeras dipunggung tangannya.. lalu aku cium lutut kanannya dan lutut kirinya.. Mbah jati meraih wajahku, lalu mencium keningku dan pipi kanan serta pipi kiriku.. setelah itu mbah jati memelukku erat.. suasana menjadi haru dan membuat semua orang terdiam..
“kapan kamu datang le’..” ucap mbah jati menatapku..
“saya baru datang mbah kung..”
“dari pulau seberang langsung keacara ini..?” tanyanya
“ngga mbah kung.. saya kuliah dikota ini.. sudah tiga bulan saya disini.. saya diajak ke acara ini sama lek pandu.. kami satu kos didepan kampus..” jawabku
“kamu tiga bulan kesini ga singgah sama sekali ke desa jati luhur le.. kamu ga kangen mbah kung sama mbah putri kah? Atau kamu dilarang ayah ibumu kesana..?” Tanya mbah jati sambil berkaca-kaca matanya.. beliau mengelus rambutku.. membuat aku merasa bersalah dan aku pun terisak.. terus terang aku memang diwanti-wanti ayahku supaya jangan terlalu sering berhubungan dengan keluarganya.. boleh berhubungan tapi jangan terlalu dekat.. takut kalau aku terjerumus dan malah jadi penerus mbah jati.. ayahku aja merantau supaya terhindar dari bisnis yang memakai otot ini.. masa anaknya malah masuk didalamnya.. begitu pesan ayahku..
“pandu.. kamu kok ga cerita kalau kamu bawa ponakanmu kesini..?” kata mbah kung ku menatap mas pandu yang cuman mengangguk dan tersenyum..
“mohon maaf mbah kung.. ayah ibu ga pernah ngelarang.. saya masih sibuk kuliah mbah kung.. besok setelah ujian tengah semester saya kedesa..” ucapku sambil terisak..
“iya sudah.. kamu kedalam dulu.. temuin mbah putrimu.. pasti dia kaget lihat kamu disini..” kata mbah kung..
“Iya mbah kung.. saya pamit dulu kedalam..” ucapku.. saat aku berdiri tanganku ditahan mbah kung..
“kenalin.. ini cucuku yang pertama.. sandi purnama irawan.. di anak dari irawan jati anak pertamaku dipulau seberang..” mbah kung mengenalkanku pada semua orang disini.. mereka terkejut mendengar nama ayahku yang selama ini menghilang dari pulau ini..
“udah kedalam dulu sana kamu le..” ucap mbah jati..
Sebelum aku kedalam, aku menghampiri lek gito adek ayahku.. beliau merangkulku dan menangis sesenggukan.. aku pun mencium tangannya.. lalu aku kesuami lek darmi.. aku mencium tangannya dan merangkulnya juga.. setelah itu aku kearah dalam rumah utama diantar lek ji’i.. kulihat mbah putri lagi duduk bersandar didinding dengan memakai perpaduan kebaya serta kemben dan kaki dilipat kebelakang khas perempuan desa.. beliau lagi mengobrol dengan beberapa perempuan sebayanya.. wajah mbahku terlihat menua tapi aura kecantikannya tidak berubah.. wajahnya cantik khas none belanda yang putih karena keturunan dari buyutnya.. beliau tersenyum dengan orang disekitarnya..
Aku melepas sepatu lalu berjalan kearahnya.. aku langsung jongkok meraih tangannya dan menciumnya.. aku tahan agak lama.. mbah putri bingung siapa yang tiba-tiba datang langsung mencium tangannya lama.. aku angkat kepalaku dan kulihat wajah beliau.. beliau langsung kaget dan langsung memelukku sambil menangis terisak-isak.. beliau cium keningku, pipiku dan hidungku.. dan lagi-lagi membuat semua orang terharu melihatnya..
“kapan kamu datang le.. kok ga ngomong-ngomong kalau kesini..” kata mbah putri sambil menangis dan membelai pipiku….
“baru aja mbah putri..” ucapku..
“sama siapa? Ayah ibumu..?” tanyanya..
“engga mbah putri…saya datang sama teman-teman kos.. saya kuliah dikota ini.. sudah tiga bulan saya tinggal dikota ini..” ucapku sambil tertunduk..
“kamu tinggal di kota ini sudah lama dan ga pernah main kedesa..? jahat betul sih..? ga kangeng sama mbah putrimu ini kah..?” katanya sambil memukul keningku pelan menggunakan tangan bagian bawah yang terkepal..
Aku langsung tidur dipangkuan mbah putri sambil menghadap keperutnya dan aku memeluk mbah putri.. ini kebiasaanku ketika didesa.. aku menangis sesenggukan.. mbah putri pun membelai kepalaku sambil tersenyum..
“maaf mbah putri.. saya sibuk kuliah.. saya kangen sama mbah putri..” kataku sambil mengambil tangan mbah putri lalu kucium dan kutempelkan kepipiku sambil menatap wajah ayu nya.. beliau mengelus pelan pipiku..
“kebiasaan.. kalau sudah manja gini mbah ga jadi marah sama kamu.. tatapan matamu itu loh.. bikin mbah tambah sayang..” kata mbah putri sambil menatapku dan mengelus pipiku..
“siapa itu mak..?” terdengar suara lek darmi dibelakangku..
“gani kah? (gani itu nama sepupuku anak lek gito..) kok manja betul gitu.. ga tau kah kalau disini banyak tamu..” Tanya lek darmi
“bukan.. ini sandi.. ponakan tersayangmu..” kata mbah putri.. dan aku menoleh tanpa mengangkat kepalaku dari pangkuan mbah putri..
“ya Allah.. sandi.. kapan kamu datang le.. lek darmi kangen sama kamu..” ucap lek darmi langsung jongkok dan mencium pipiku dan keningku berulang-ulang sambil menangis..
“baru aja lek..” ucapku sambil memegang wajah lek darmi.. aku mencium pipinya juga..
“kamu datang ga kasih kabar.. dasar..” tangannya langsung mendorong pelan keningku..
“sudah-sudah duduk situ kamu mi..” kata mbahku ke lek darmi..
“lek.. aku buatin teh ya.. tapi sampean yang buatin jangan yang lain.. aku kangen teh buatan lek darmi yang enak dan seger… hehehehe..” ucapku memelas.. teh buatan lek darmi ini enak sekali.. manisnya pas seperti wajah lek darmi.. sebenarnya sih buatan mbah putri lebih enak.. tapi aku ga mau minta ke mbah putri, aku masih pengen tidur dipangkuan mbah putri..
“kebiasaanmu itu mirip ayahmu..” ucap lek darmi sambil berdiri dan mengusap air matanya..
“enaknya mas sandi ini.. datang-datang langsung tidur dipangku mbah putri.. coba aku.. pasti dimarahin kalau tidur dipangkuan mbah ditempat ramai gini..” kata ilham codet..
“hahahaha.. itu sih deritamu ham..” ucapku sambil tersenyum.. aku memang cucu yang paling disayang oleh mbah kung dan mbah putri.. sampai kadang-kadang sepupuku yang lain iri.. termasuk ilham codet ini.. makanya dia dulu ngajak aku duel waktu SMP waktu aku berkunjung kedesa jati luhur bersama kedua orang tuaku dan adek-adeku..
Mbah putri cuman tersenyum dan terus membelai kepalaku.. ga lama lek darmi datang dengan segelas teh hangat dan menaruhnya disampingku.. aku langsung duduk dan bersandar didinding.. lek darmi langsung ngelendot dipundakku.. aku ambil tehnya dan kuminum perlahan..
“uueeennnaaakkk lek..” ucapku sambil mencium kening lek darmi..
“iyalah.. siapa dulu yang buat..” kata lek darmi..
Aku menghabiskan tehnya.. dan aku pamit kedepan untuk bergabung dengan teman-teman..
“mbah saya kedepan dulu ya.. ga enak sama teman-teman..” ucapku ke mbah putri..
“ga enak sama teman-teman atau pengen mabuk lagi..” kata lek darmi
Aku cuman tersenyum sambil menunduk..
“kenapa sih buru-buru.. mbah ini masih kangen loh…” kata mbah putri..
Kali ini aku tersenyum dan kuangkat wajahku sambil menatap wajah beliau..
“tatapanmu itu loh san.. iiihhh.. iya sana sudah.. tapi jangan terlalu banyak minum ya.. nanti kesini lagi loh ya..” kata mbah putri setengah merajuk..
“iya mbah ucapku..” aku mencium tangan mbah putri dan berdiri..
Lek darmi pun langsung memelukku dan mencium keningku..
Aku berjalan kedepan kemeja vip dekat panggung utama dimana teman-teman kosku kumpul dan lagi minum disana.. kulihat mas pandu sudah ikut duduk dan minum disitu.. dia berdiri ketika aku datang.. dia mau memelukku.. tapi aku berhenti tepat didepannya dan menatap matanya dengan santai..
“jadi sampean tau kalau aku ini keponakanmu lek..?” tanyaku
Mas pandu langsung memelukku erat..
“kayaknya tua banget aku, dipanggil lek sama kamu san..” ucap mas pandu
“kan memang gitu manggilnya kalau menurut silsilahnya keluarga lek..” kataku sambil membalas pelukannya..
“kalau kumpul sama anak kos dan dikampus jangan panggil aku lek, panggil aja aku mas.. tapi kalau lagi kumpul sama keluarga didesa ya panggil lek.. paham..” kata mas pandu melepas pelukannya.. lalu duduk
“ya lihat nanti aja lek..” ucapku santai lalu duduk dikursi sebelah mas pandu..
“tinjuku ini masih kuat loh.. bisa buat kamu pingsan kedua kalinya..” kata mas pandu sambil mengepalkan tangannya didepanku..
Cuukkk serem sekali kepalan tangan mas pandu..
“hahaha…” teman-temanku tertawa melihat gaya mas pandu mengepalkan tangannya..
“awas pamanmu galak loh san..” kata mas arief..
“kurang ajar.. memang aku assu apa kok galak..” ucap mas pandu sambil tersenyum..
“mas sampean belum jawab pertanyaanku loh…sampean sudah tau sebelumnya kalau aku ini ponakanmu..?” tanyaku..
“iya taulah.. aku kan sering telpon ayahmu.. aku juga sering dapat kerjaan dari ayahmu.. cuman kalau aku kesana aku pasti nginap dihotel ga kerumahmu.. sengaja aku dirahasiakan sama ayahmu.. aku ga tau alasannya.. Tanya aja ayahmu.. terus tentang kamu disini aku ga bolleh cerita sama ayahmu ke mbah jati.. ini aja aku ngajak kamu kesini aku ijin dulu sama ayahmu..” bisik mas pandu.. eleh mas apa lek..? bingung aku..
“aku juga tau dari ayahmu.. kalau kamu kuliah disini.. sebenarnya aku mau cari kamu.. tapi aku dapat informasi dari rendi kalau ada anak baru yang bernama sandi purnama irawan kos dipondok merah.. siapa lagi nama itu kalau bukan namamu.. makanya aku ga jadi berangkat kekota ini untuk cari kamu kemarin…” sekarang suaranya sudah agak nyaring seperti biasa..
“masalah kita adu pukul dikampus.. itu aku disuruh ngetes kamu sama ayahmu.. kurang ajar.. aku ga nyangka kalau pukulan sama tendanganmu keras banget.. aku sampe dirawat beberapa hari dirumah sakit.. soalnya aku muntah darah.. tulang igaku ada yang retak.. belum pernah ada yang mukul aku sampe aku dikirim kerumah sakit.. ” kata mas pandu sambil merokok..
“serius mas.. kok sampean tetap berdiri tegak aja kemarin waktu aku serang..?” tanyaku kaget..
“kalau aku roboh diruang keamanan.. mau ditaruh dimana mukaku ini.. hahahha..” kata mas pandu..
“ini reoni keluarga ya namanya..hehehehe..” Tanya mas arief..
“asssu kamu rief.. wajarlah.. kan sandi baru tau kalau aku pamannya..” kata mas pandu
“sampean ternyata jahat juga mas.. ga ngasih tau dari kemarin-kemarin.. tega dan kejam..” ucapku santai sambil mengisap rokok..
“assu.. bajingan.. lebay betul kata-kata mu san..” kata mas rendi..
“hatiku kan memang melankolis mas.. hahahaha..” ucapku tertawa..
Kami pun mengikuti acara sampai tengah malam.. setelah itu kami pamit pulang.. aku sempat ditahan oleh mbah dan pamanku.. aku disuruh nginap disitu.. aku ga mau dan tetap ingin balik dengan alasan besok ada ujian dikampus.. tapi aku berjanji aku akan main-main kesitu dan aku juga janji akan kedesa jati luhur setelah ujian tengah semester.. akhirnya mereka mengijinkan aku balik ke kos..