Skip to content

Tawaran Kehangatan dari Istri Kakak Ipar

#PART 15 

#PART 15 

Dalam kegelapan malam, aku masih bersandar di tiang rumah untuk menormalkan nafas dan mengembalikan kekuatan. Setelah merasa sanggup berdiri, aku simpan kontolku dalam celana training dan kembali mengintip ke dalam kamar. Kosong tempat tidur itu. Hanya terdengar deru nafas yang bersahutan. Sepertinya mereka telah menyelesaikan pertarungan mereka dan kini, aku membayangkan, tubuh telanjang mereka berbaring di tempat tidur, berpelukan.

Perlahan, tanpa mengeluarkan suara, aku beranjak keluar dari kolong rumah. Ah, lega rasanya karena aku bisa meluruskan kembali tubuhku setelah lama menunduk akibat kolong rumah yang rendah. Kuketuk pelan dinding kamar itu tiga kali, sesuai kode yang aku dan istri kakak iparku sepakati, lalu aku menyelinap kembali ke kolong rumah, bersembunyi dibalik tiang, tetapi tidak ada jawaban dari istri kakak iparku.

Setelah lama menunggu, kembali aku mengetuk dinding kamar tidur itu, kali ini di lantai kamar tidurnya. Hatiku berteriak senang manakala terdengar langkah di lantai, lantas disambung dengan ketukan di lantai, juga tiga kali. Cepat kutuju lubang di lantai kamar itu, mengintip ke dalam. Berdiri didepan suaminya yang duduk dipinggir tempat tidur, kekasihku masih tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. Sepertinya mereka sedang bercakap-cakap.

Si Akang berdiri dan menyarungi selangkangannya yang telanjang. Eceu pun mengenakan dasternya. Kulihat pasangan suami istri itu berciuman. Tangan lelaki itu meremas pantat istrinya, kekasihku. Selesai berciuman, berurutan mereka keluar kamar dan kemudian, pintu depan terdengar dibuka. Dari tempat persembunyianku di kolong rumah, dapat kulihat sepasang kaki, yang kuyakini milik si Akang, berjalan meninggalkan rumah. Dia pasti kembali ke warung.

Aku keluar dari bawah kolong rumah. Berjalan aku ke belakang rumah, menuju pintu belakang, berharap istri kakak iparku menyambutku di ambang pintu. Belum sempat aku mendorong pintu, pintu telah membuka. Eceu, istri kakak iparku, pujaan hatiku, berdiri. Ditariknya aku masuk dan dipeluknya aku.

“Lama, ya, menunggunya?”tanyanya mesra.

“Yang kedua harus mengalah, Ceu,”balasku.

Tertawa dia. Diciumnya aku. Lalu,”Kok tahu ada Akang malam ini?”

“Desahan Eceu jelas terdengar,”jawabku,”Sampai penasaran aku mengintip.”

“Mengintip lewat mana?”

“Ada, deh,”jawabku lagi sambil memeluknya.

“Jangan di sini, Amir,”ucapnya sambil menahan dasternya yang aku tarik meninggi.

Tanganku memaksa masuk ke dalam daster untuk meraba selangkangannya yang tanpa celana dalam itu.”Sudah tidak tahan lagi, Ceu.”

Hihihi… kembali tertawa si Eceu. Lalu, pinggangku dirangkulnya. Dibawanya aku melangkah menuju kamar tidurnya.

“Busyet! Berantakan sekali kasurnya, Ceu,”komentarku melihat seprai yang semrawut, bantal-bantal yang bergeletak tidak beraturan, serta beha dan celana dalam yang terlantar begitu saja di lantai kayu.

Kembali istri kakak iparku ber-haha-hihi.

“Kayaknya Eceu menikmati sekali permainan Akang, ya?”tanyaku dengan nada cemburu.

“Kok tahu? Mengintip, ya?”tanyanya dengan nada bercanda.

Aku hanya diam. Mematung didepannya.

“Cemburu ni yee…”Sambil berucap, istri kakak iparku menarik kaosku tinggi.

Kedua tangan aku angkat tinggi agar Eceu mudah melepaskan kaosku. Sambil mendongak, menatap aku yang menjulang tinggi dihadapannya, jemari istri kakak iparku mengelus perutku dan memainkan puting susuku. Menggeliat aku jadinya.

Rambut panjangnya yang hitam lurus aku elus-elus ketika lidahnya menjilati dadaku, ketika bibirnya mencumbui puting susuku. Kubiarkan jemarinya yang menyelinap ke dalam training, membiarkan dia menggenggam kontolku. Diremas-remasnya kontolku, disentuhnya ujung kepala kontolku.

Jam dari ruang tengah yang berdentang dua kali, menyadarkan kami.. Dia mendongak, menatap aku. Aku tersenyum, lalu kuturunkan tali daster yang dikenakannya. Daster pun melorot. Telanjang dia didepanku.

Pandanganku mengarah ke kedua buah dada ranum membulat milik istri kakak iparku yang malam ini penuh dengan tanda merah, hasil karya Akang, suaminya. Kusentuh buah dadanya, menyentuh cupangan suaminya.

“Berarti malam ini aku boleh mencupang Eceu, dong?”guyonku karena memang selama ini Eceu selalu mewanti-wanti aku untuk tidak meninggalkan jejak di tubuhnya dan aku setuju karena ini demi tetap terjaganya kerahasiaan hubungan kami.

Malu-malu istri kakak iparku tersenyum. Genit ditutupinya kedua buah dadanya dengan telapak tangannya, membuat aku ingin segera menggagahinya.

“Kalau aku menambah lima cupangan, suami Eceu pasti tidak tahu,”kejarku, senang melihat istri kakak iparku tersipu malu.

“Coba lihat lehernya, Ceu.”Kepalanya aku palingkan.”Tuh, kan ada banyak juga cupangan di leher Eceu.”

Spontan istri kakak iparku menarik kepalanya dari tanganku.

“Jangan-jangan di memek Eceu ada juga cupang?”ucapku dengan wajah kupasang curiga.

“Hei,”teriak istri kakak iparku sembari menutupi selangkangannya ketika aku pura-pura hendak merunduk.

Hahaha! Tawaku pecah. Istri kakak iparku mencubit pinggangku sehingga tawaku berganti menjadi jeritan kecil.

“Jangan keras-keras. Nanti ada yang dengar,”ucapnya sambil menatap aku yang mengusap-usap pinggang yang tadi dicubitnya.

“Sakit, ya?”Dia ikut mengusap-usap pinggangku.

“Kalau Eceu yang mencubit, tidak sakit, kok.”

Tertawa dia. Dipeluknya aku. Hangat buah dadanya menempel, menyebabkan hasrat kembali membludak.

Kulepaskan pelukannya, lalu, “Eceu naik ke atas.”

“Mau apa?”Heran dia bertanya.

“Naik saja.”

Kubantu istri kakak iparku menaiki tempat tidur. Berdiri dia meninggi di hadapanku.

“Malu, Amir.”Telapak tangannya menutupi selangkangannya.

“Lepas tangannya.”

Menggeleng dia. Selangkangannya masih ditutupinya. “Malu..”

“Tidak ada orang lain ini, Ceu.”Dengan mata memohon, aku menatap matanya.

Istri kakak iparku mengarahkan pandangannya ke anaknya yang terbaring lelap di kasur kecil di lantai. Kemudian, dengan segan, dia menarik telapak tangannya dari kemaluannya.

“Angkat tinggi-tinggi tangannya,”perintahku.

Malu-malu istri kakak iparku mengangkat tangannya. Pemandangan indah pun tersaji dihadapanku. Kemaluannya yang tersaput bulu-bulu halus membuat jantungku berdetak keras.

Aku dekati kemaluannya. Ada aroma sperma bercampur dengan bau khas kemaluannya yang membuat birahiku melonjak-lonjak. Selangkangannya aku tiup dan paha itu membuka lebar. Lidah aku leletkan untuk menjilati kemaluannya. Basah. Lengket. Sepertinya sperma suaminya masih tertinggal.

Mengejang istri kakak iparku dan dijambaknya rambutku manakala, dengan penuh nafsu, aku sedot-sedot kemaluannya. Lidahku menusuk-nusuki lubang kemaluannya, memainkan klitorisnya.

Beberapa kali istri kakak iparku limbung, tetapi segera tangannya berpegangan di kepalaku.

Bibirku meninggalkan areal kemaluannya. Kutatap dia yang tegak berdiri di atas tempat tdur. Tangannya berpegangan di pundakku dan tanganku memegang pinggangnya.

Bergetar tubuh istri kakak iparku tatkala kemaluannya aku elus. Jemari tangannya merengkuh pundakku manakala jari telunjuk mengutili kelentitnya.

“Ahh…,”Istri kakak iparku melenguh karena jari tengah tanganku aku tusukkan masuk ke dalam lubang kemaluannya. Sudah licin, penuh cairan lubang kemaluannya.

Dua tangan istri kakak iparku memeluk kepalaku dan melenguh dia karena dengan perlahan dan lembut jari-jemariku maju mundur di dalam lubang kemaluannya.”Amir..”

Menggelinjang tubuh istri kakak iparku. Habis rambut kepalaku dijambakinya. Dua kakinya memendek sehingga selangkangannya makin lebar membuka dan jari-jariku makin kencang menusuki kemaluannya.

Cepat aku tarik dua jariku dari lubang kemaluannya. Bersamaan dengan itu, kepalaku yang berada dalam genggamannya, ditariknya menempel di tubuh telanjangnya. Diam aku menikmati lembut dan hangat kulit kemaluannya.

BERSAMBUNG … 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *