Aku lalu bangkit dari ranjang dan menghampiri mereka. Kupeluk tubuh Mas Rudy dari belakang.
Menciumi punggungnya sementara kedua tanganku menggapai ke atas dadanya yang dipenuhi bulu-bulu dan mengelus-elusnya.
Wajah Mas Rudy menoleh ke samping mencari-cari bibirku untuk dikulum. Aku sengaja menghindar. Menggodanya.
Ia semakin terangsang. Kubiarkan saja seperti itu.
Tangannya merayap ke atas perutnya. Meski sudah berumur tetapi tidak buncit.
Ia nampaknya rajin berolah raga sehingga masih memiliki tubuh seperti pemuda belia saja.
Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di seputar selangkangannya.
Aku sengaja tidak meraba batang kontolnya yang tengah dikulum Mbak Rini meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya.
Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Entah kenapa dalam lubuk hatiku,
aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak Rini pada Mas Rudy saat itu.
Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari oleh kaumku.
Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Rudy yang begitu penasaran dengan apa yang akan kulakukan.
Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Rini.
Kupeluk wanita itu dari belakang.
Mbak Rini menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya. Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya.
Kuremas dengan lembut sambil memilin putingnya yang sudah mengacung keras.
Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Rudy. Kuciumi punggung Mbak Rini.
Sekali-sekali kugigit perlahan.
Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya.
Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras.
Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya.Lalu mengelus-elus bulu kemaluannya.
Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya.
Mbak Rini melenguh merasakan permainan jemariku. Ia sudah basah.
Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku melesak ke dalam liangnya.
Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk lebih dalam.
Pinggul Mbak Rini bergoyang seperti gerakan bersenggama mengimbangi tusukan jariku.
Kugeser-geser dadaku ke atas punggungnya.
Buah dadaku terasa semakin membusung oleh desakan nafsu birahi.
Meski masih terhalang oleh pakaian, namun terasa hingga ke hatiku.
Aku ikut-ikutan melenguh menimpali erangan Mbak Rini yang tengah disetubuhi oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya.
Aku tahu persis kelemahannya, tahu mana titik-titik yang bisa membuatnya memekik penuh kenikmatan.
Sama persis seperti yang ada di tubuhku. Karena kami sama-sama wanita.
Mas Rudy terperangah dengan aksi kami berdua di bawah.
Pemandangan di hadapannya semakin membuat Mas Rudy terangsang hebat.
Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya.
“Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa..” katanya dengan suara tersengal.
“Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh..” pintanya kemudian.
Kami lalu berpindah ke ranjang.
Mas Rudy mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di sampingnya sambil berciuman dengannya.
Mbak Rini rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kontolnya.
Ia masih asyik mengemot-emot batang itu.
Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Rudy.
Ia belum memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya.
Padahal Mbak Rini sudah mengeluarkan semua kemampuannya menghisap kontol itu. Ia penasaran sekali.
Aku dan Mas Rudy kembali berciuman.
Kurasakan tangannya bergerak lincah mempreteli kancing blouseku hingga terlepas.
Ia lalu meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya.
Mas Rudy melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku.
Kedua tangannya segera menangkap buah dadaku.
Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku.
Ia tak berhnti memuji-muji kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas payudaraku.
Menciumi keduanya dan menjilat-jilat putingku.
Aku meringis keenakan menghadapi kemotan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk dibimbing ke arah kontolnya.
Mbak Rini lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kontolnya.
Ia bangkit dan mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Liang memeknya persis di atas kontol yang tengah kupegang.
Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya.
Aku melirik ke arah Mbak rini dan mewmberi tanda supaya menurunkan tubuhnya.
Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya.
“Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Rini penuh kenikmatan.
Kulihat batang yang lebih besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Rini yang sempit.
Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Rini sudah kelihatan gelagapan.
Kelihatannya tak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik.
Sedikit demi sedikit gerakan itu membantu batang Mas Rudy masuk lebih dalam lagi.
Mbak Rini baru menjerit lega setelah merasakan batang itu masuk seluruhnya.
Ia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun.
Telihat lambat sekali. Ketika naik rasanya tidak sampai-sampai ke ujungnya.
Begitu pula saat turun. Terasa lama sekali baru mentok hingga ke dasarnya.
Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya.
Aku tak bisa berpikir lama karena tangan Mas Rudy bergerak semakin nakal.
Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana dalamku.
Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari Mas Rudy menusuk-nusuk liang memekku.
Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku.
Kenikmatan di dua tempat ini benar-benar luar biasa. Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku.
Cairan pelumas dari liang memekku semakin membanjir sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Rudy.
Menyentuh seluruh relung vaginaku.
Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan.
Pinggulku bergoyang, berputar dan bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya.
“Ganti posisi Mbak..” kata Mas Rudy tiba-tiba. Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Rini yang tengah asyik menungganginya.
Kulihat Mbak Rini sepertinya tahu apa keinginan Mas Rudy.
Ia langsung mengambil posisi merangkak di atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas.
Mas Rudy mengambil posisi di belakangnya.
Ia tekan punggung Mbak Rini sehingga wajahnya menyentuh ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging.
Mas Rudy bergumam tak jelas sambil menatap penuh nafsu liang memek Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya.
Mas Rudy memegangi kontolnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan.
Mbak Rini melenguh seperti sapi yang sedang diperah.
Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Rudy.
Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya.
Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka. Nafsuku semakin memuncak.
Kedua tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri.
Mas Rudy melihat perbuatanku.
Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Rini segera menarik tubuhku hingga telentang persis di bawahnya.
Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Rini mendekati pangkal pahaku.
Aku berdebar menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku.
Tubuhku bergetar hebat. Luar biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati memekku.
Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat.